iklan

Senin, 24 Juli 2017

Landasan Teori

Model penilaian otentik dewasa ini banyak dibicarakan didunia pendidikan karena model ini direkomendasikan, atau bahkan harus ditekankan, penggunaannya dalam kegiatan belajar pembelajaran. Terlepas dari kesulitan guru yang belum terbiasa menerapkannya. Menurut saya, Penilaian otentik merupakan penilaian yang sangat bagus dibandingkan dengan penilaian sebelumnya. Hal ini bukan hanya menilai kepandaian siswa, tetapi juga sikap dan keterampilan siswa.

Karena di jaman yang kemajuannya sangat pesat seperti sekarang ini, dunia tidak hanya butuk orang yang pandai, tetapi juga membutuhkan orang yang berakhlak baik dengan keterampilan yang mumpuni, benar gak sobat DP???

Menurut Nurgiyantoro (2008 : 251). Oleh karenanya dalam kurikulum 2013 telah ditetapkan penilaian otentik sebagai pegangan dalam menerapkan penilaian terhadap proses belajar mengajar. 
Sehingga saat ini seluruh sekolah di Indonesia menggunakan penilaian otentik sebagai pedoman penilaian terhadap siswa. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan dari segala aspek situasi belajar siswa secara lansung. “Ketika melakukan penilaian, banyak kegiatan yang akan lebih jelas apabila dinilai lansung, umpamanya kemampuan berargumentasi atau berdebat, keterampilan menggunakan komputer dan keterampilan melaksanakan percobaan. Begitupula menilai sikap atau perilaku siswa terhadap sesuatu atau pada saat melakukan sesuatu” Majid (2014 : 58). Karena banyak penilaian yang harus dilakukan guru dalam melakukan penilaian otentik, maka guru memerlukan tehnik/ metode untuk mengumpulkan berbagai data yang menunjukkan perkembangan siswa dalam proses belajar mengajar.
Dalam penilaian otentik, perkembangan siswa tidak hanya dilihat dari hasil ujian akhir, tetapi juga dilihat dari keseharian belajar yang dilakukan oleh siswa. Menurut Nurgiyantoro (2008 : 251) “penilaian otentik mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Dengan demikian, seluruh tampilan siswa dalam rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai secara objektif, apa adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan pada hasil akhir (produk) saja”.
Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segara bisa mengambil tindakan yang tepat. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, assessment tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti EBTA/Ebtanas/UAN), tetapi dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran, Nurhadi (2004: 168). Oleh karenanya, penilaian otentik mempunya karakteristik tersendiri, beberapa karakteristik penilaian otentik adalah sebagai berikut:
a. Melibatkan pengalaman nyata (involves real-worls experience)
b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlansung
c. Mencakup penilaian pribadi (self assessment) dan refleksi
d. Yang diukur keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta
e. Berkesinambungan
f. Terintegrasi
g. Dapat digunakan sebagai umpan balik
h. Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas (Nurhadi 2004 : 173)

Dalam pelaksanaannya penilaian otentik menyediakan informasi kualitatif secara terus menerus yang dapat digunakan guru sebagai pedoman pengajaran bagi individu. Dengan demikian penilaian otentik:
a. Berbasis kompetensi
b. Assessment kinerja
c. Berpusat pada peserta didik
d. Individual
e. Tak terstruktur dan open-ended
f. Autentik (nyata, real)
g. Terintegrasi dengan pembelajaran
h. Berkelanjutan (Muslich, 2011 : 70)

Menurut Nurgiyantoro (2008 : 251) “amat banyaknya kinerja siswa yang ditampilkan selama berlansungnya kegiatan pembelajaran, sehingga penilaiannya haruslah dilakukan selama dan sejalan dengan berlansungnya kegiatan proses belajar”. Dalam penilaian otentik mengajar, belajar dan menilai dilakukan secara bersamaan. Namun hal ini tentu saja sulit dilakukan oleh guru, karena selama ini guru masih memisahkan antara proses mengajar, belajar dan menilai.
Azim (2012) mengatakan bahwa “Penilaian telah dilihat oleh berbagai pemangku kepentingan dalam cara yang berbeda. Tinjauan literatur menunjukkan bahwa guru, sering melihat proses pengajaran, pembelajaran, dan penilaian sebagai tugas yang terpisah. Mereka melihat bahwa kurikulum pertama diajarkan, belajar dan kemudian dinilai”. Oleh karenanya guru harus membiasakan diri dengan penilaian otentik dan bisa menerapkan model-model pembelajaran yang dapat mencakup semua aspek penilaian otentik termasuk penerapan penilaian otentik yang dikembangkan. 
Proses pengembangan penilaian dalam penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan berdasarkan model pengembangan pembelajaran Borg dan Gall dalam (Fatonah, 2013 : 58). Tahapannya meliputi: Penelitian pra survey, Analisis masalah, Analisis kurikulum, Studi penelitian, Konsultasi ahli, Penyusunan model prototype. Untuk tahap pembangunannya meliputi; Validasi ahli, Uji keterbacaan, Terwujud tes, Pelatihan guru, Ujicoba terbatas, dan Uji coba diperluas.
Secara garis besar ada beberapa tahap yang dilalui untuk melakukan penilaian otentik. Tahap pertama adalah umpan balik, dimana hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa sebelum diberikan perlakuan. Selanjutnya, mengidentifikasi masalah-masalah otentik yang timbul dalam bentuk pertanyaan. Setelah selesai tahap identifikasi maka selanjutnya dilakukan observasi tugas, agar dapat diketahui mana hal yang rumit yang perlu didiskusikan. Baru tahap akhir melakukan kerja dan penilaian agar menghasilkan suatu produk penilaian otentik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kelebihan dan kekurangan komik sebagai media pembelajaran

Kelebihan dan kekurangan Komik Menurut Rohani (1997:21) Media komik merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dipahami,...