BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut mulai muncul sejak manusia bermukim dan melakukan berbagai kegiatan di kawasan yang berupa dataran banjir (flood plain) suatu sungai. Kondisi lahan di kawasan ini pada umumnya subur serta menyimpan berbagai potensi dan kemudahan sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi untuk dibudidayakan. Oleh karena itu, kota-kota besar serta pusat-pusat perdagangan dan kegiatan-kegiatan penting lainnya seperti kawasan industri, pariwisata, prasarana perhubungan dan sebagainya sebagian besar tumbuh dan berkembang di kawasan ini. Sebagai contoh, di Jepang sebanyak 49% jumlah penduduk dan 75% properti terletak di dataran banjir yang luasnya 10% luas daratan; sedangkan sisanya 51% jumlah penduduk dan hanya 25% properti yang berada di luar dataran banjir yang luasnya 90% luas daratan. Hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia juga berada di dataran banjir.
Selain memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, dataran banjir juga mengandung potensi yang merugikan sehubungan dengan terdapatnya ancaman berupa genangan banjir yang dapat menimbulkan kerusakan dan bencana. Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan di dataran banjir maka potensi terjadinya kerusakan dan bencana tersebut mengalami peningkatan pula dari waktu ke waktu. Indikasi terjadinya peningkatan masalah yang disebabkan oleh banjir di Indonesia dapat diketahui dari peningkatan luas kawasan yang mengalami masalah banjir sejak Pelita I sampai sekarang.
1.2 Tujuan Masalah
1. Sebagai tugas pada mata kuliah pengetahuan kebencanaan dan lingkungan
2. Sebagai ilmu pengetahuan dalam pengendalian banjir
1.3 Manfaat Masalah
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui yang ditimbulkan oleh banjir
2. Mengerti bagaimana cara dalam mengatasi banjir
3. Ilmu pengetahuan dalam pengendalian banjir
4. Mengetahui respon dan mitigasi dalam masyarakat sekitar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir juga membawa lumpur berbau yang dapat menutup segalanya setelah air surut. Banjir adalah hal yang rutin.
Setiap tahun pasti datang. Banjir, sebenarnya merupakan fenomena kejadian alam "biasa" yang sering terjadi dan dihadapi hampir di seluruh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Banjir sudah temasuk dalam urutan bencana besar, karena meminta korban besar.
2.2 Jenis-jenis Banjir
1. Banjir air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.
2. Banjir “Cileunang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).
3. Banjir bandang
Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga mengangkut material air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air karena seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir bandang ini akan menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar. Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman warga yang berada di wilayah sekitar pegunungan.
4. Banjir rob (laut pasang)
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti ini kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air sungan yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan menggenangi daratan.
5. Banjir lahar dingin
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat meluber ke pemukiman warga.
6. Banjir lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa, tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama.
2.3 Daerah-daerah yang rawan terjadi banjir
1. Medan dan Riau (Sungai Siak, Kampar, Rokan);
2. Jambi (Batanghari);
3. Banten (Cisadane);
4. Jakarta (Ciliwung, Pesanggrahan, Angke);
5. Jawa Barat (Sungai Citarum, Cimanuk, Citanduy);
6. Jawa Tengah (Sungai Pemali, Bengawan Solo);
7. Jawa Timur (Sungai Bengawan Solo, Duduk Sampean).
2.4 Bencana banjir terbesar
A. Bencana banjir terbesar di dunia
1. Banjir Sungai Kuning 1931
Pada 1931 di Sungai Kuning, China, banjir besar melanda dan mengakibatkan hingga 4 juta orang meninggal dunia. Banjir Sungai Kuning ini merupakan bencana alam terbesar yang pernah tercatat dengan paling banyak memakan korban meninggal dunia dari abad 20. Kematian yang disebabkan oleh banjir tersebut, termasuk korban karena tenggelam, penyakit, kelaparan, dan kekeringan juga.
2. Banjir Sungai Kuning 1887
Sebelum banjir 1931 di Sungai Kuning, pada 1887 hal serupa juga pernah terjadi di sana. Bedanya, banjir ini menelan korban jiwa mencapai 2 juta orang. Sungai Kuning memang daerah rawan banjir. Banjir kali ini menghancurkan daerah sekitar sungai tersebut. Jutaan orang terbunuh banjir di sini, karenanya, sungai yang lebih dikenal dengan nama Huang He ini sering disebut 'China’s sorrow'.
3. Banjir Sungai Kuning 1938
Masih di Huang He, pada 1938, banjir kembali melanda dan memakan sekitar 900 ribu korban jiwa. Banjir kali ini disebabkan karena pasukan China Nasionalis di bawah pimpinan Chiang Kai-Shek yang mematahkan tanggul sebagai upaya untuk menyerang Jepang. Strategi ini memang cukup berhasil berhasil, namun sayangnya, harus mengorbankan banyak jiwa.
4. Banjir Sungai Kuning 1642
Lagi-lagi di Huang He, banjir besar pertama di daerah ini terjadi pada 1642. Tak seperti banjir-banjir setelahnya, kali ini korban meninggal adalah 300 ribu jiwa. Banjir kali ini juga disebabkan karena pemberontak Cina yang menghancurkan tanggul di sepanjang kota Kaifeng.
5. Banjir Sungai RU
Pada 1642 di Dam Banqiao, China, terjadi banjir yang menelan korban sekitar 230 ribu jiwa. Banjir ini disebabkan oleh runtuhnya Bendungan Banquia. Menyusul kemudian, hujan deras yang disebabkan oleh angin topan. Runtuhnya bendungan ini merupakan yang paling mengerikan sepanjang sejarah.
6. Banjir Sungai Neva
Di Rusia, terjadi banjir besar pada 1824. Korban meninggal sebanyak 10 ribu. Sebuah bendungan es menyumbat sungai Neva, dan banjir pun melanda kota-kota di dekatnya.
7. Banjir di Belanda dan Inggris 1099
Pada 1099, di Belanda dan Inggris terjadi banjir besar yang menelan korban sebanyak 100 ribu jiwa. Air pasang yang bersamaan dengan badai, membuat air meluap membanjiri Thames dan Belanda .
B. Bencana banjir terbesar di Indonesia
1. Garut
Berdasarkan data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, melaporkan,ada 16 korban tewas yang sudah ditemukan dan puluhan orang masih dalam pencarian. Sementara itu, sekitar 1.000 penduduk diunggasikan di Korem 062 Tarumanegara, Kodim 0611 Garut, dan beberapa pos pengungsian lain. Banjir bandang ini terjadi Akibat hujan deras yang mengguyur sejak Selasa (20/9/2016) malam sekitar pukul 21.00. Puluhan rumah di bantaran Sungai Cimanuk banyak yang roboh dan terbawa aliran sungai. RSU dr Slamet dan Polsek Tarogong Kidul ikut terendam banjir. Sejumlah pasien di rumah sakit pun terpaksa dievakuasi. Kendaraan roda empat dilarang untuk melintasi beberapa jembatan. Kepolisian pun menutup jalur dari Tarogong menuju Garut Kota.
Bencana banjir bandang menimpa beberapa wilayah garut meliputi:
1. Kec. Bayongbong
2. Garut Kota
3. Banyu Resmi
4. Tarogong Kaler
5. Tarogong Kidul
6. Karang Pawitan & Samarang
2.5 Penyebab terjadinya Banjir
• Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi,
• Pendangkalan sungai,
• Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai mauupun di selokan,
• Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,
• Pembuatan tanggul yang kurang baik,
• Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.
2.6 Dampak yang ditimbulkan oleh banjir
1. Banjir dapat memutuskan jalur transportasi
Dampak paling umum dari banjir adalah memutuskan jalur transportasi darat. Akibat genangan air di jalan yang cukup tinggi, motor, mobil, sepeda, taksi, bajai, container, bahkan kereta api pun tidak bisa melewati jalan tersebut.
2. Banjir merusak dan bahkan menghilangkan peralatan, perlengkapan, harta benda bahkan jiwa manusia.
Kerugian yang disebabkan oleh banjir diantaranya adalah kerusakan bangunan, mesin, sertifikat rumah dan tanah, alat rumah tangga, rumah, gedung, bahkan sampai ke jiwa manusia.
3. Banjir dapat memadamkan listrik
Listrik sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Karena tingginya air, listrik harus di padamkan. Betapa terbatasnya aktivitas keseharian masyarakat Jakarta bila aliran listrik dipadamkan.
4. Banjir mengganggu aktivitas sehari-hari
Dengan adanya banjir, otomatis akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Sekolah terganggu, pekerjaan terganggu, istirahatpun terganggu. Karena banjir semua aktivitas terganggu bahkan harus berhenti sementara waktu sebelum banjir surut.
5. Banjir dapat mengganggu bahkan merusak perekonomian masyarakat Jakarta.
Perekonomian terganggu karena banjir merendam sawah sehingga panen terganggu. Karena transportasi terputus, bahan makanan yang diangkut oleh truk dapat membusuk, mengakibatkan membutuhkan biaya tambahan Karena harus mencari jalan alternative, walaupun lebih jauh produksi pabrik dihentikan sementara karena mesin produksi terendam air dan harus dipadamkan ,sehingga mesin produksi tidak dapat di jalankan, dan masih banyak lagi gangguan bajir terhadap perekonomian masyarakat.
6. Penyakit Yang Timbul Sebagai Dampak Banjir
Dampak banjir yang terjadi sering kali menganggu kesehatan lingkungan dan kesehatan warga. Lingkungan tidak sehat karena segala sampah dan kotoran yang hanyut seringkali mencemari lingkungan. Sampah-sampah terbawa air dan membusuk mengakibatkan penyakit gatal-gatal di kulit, dan lalat banyak beterbangan karena sampah yang membusuk sehingga sakit perut juga banyak terjadi. Sumber air bersih tercemar sehingga mereka yang terkena banjir kesulitan air bersih dan mengkonsumsinya karena darurat, sebagai penyebab diare.
7. Mematikan Usaha
Dampak banjir memang luar biasa luas. Rumah bisa rusak gara-gara terendam banjir. Barang-barang perabotan rumah tangga jika tidak segera diselamatkan bisa hanyut dan rusak pula. Yang lebih parah jika penduduk yang memiliki usaha rumahan bisa terganggu aktivitas produksinya sehingga mengakibatkan kerugian.
Kerugian akibat tidak bisa produksi berdampak pada karyawan yang bergantung nasib pada usaha tersebut. Kerugian tidak berjalannya produksi bisa kehilangan pelanggan, kemacetan modal serta kerusakan alat gara-gara banjir. Jika terus menerus situasi terjadi demikian mengakibatkan macetnya ekonomi kerakyatan yang kemudian berdampak pada semakin meningkatnya masalah sosial di lingkungan masyarakat yang sering di landa banjir.
8. Kerugian Administratif
Sering kali dampak banjir ini bukan sekedar membawa dampak kerugian material. Akibat banjir sering kantor, sekolah atau instansi bahkan pribadi harus kehilangan dokumen penting kependudukan dan sejenisnya. Akibat banjir sering kali sekolah harus diliburkan paksa dari aktivitas belajar. Seluruh siswa dan dan guru tidak bisa beraktivitas rutin, bahkan terkadang banyak berkas dan data penting yang disimpan sekolah rusak terendam banjir.
Banjir memang tidak bisa diketahui kapan datangnya, namun juga dapat diantisipasi dengan menyiapkan diri menyelamatkan dokumen penting ke tempat yang lebih tinggi. Membuatbangunan khusus yang bertingkat yang aman untuk meletakkan dokumen penting serta alat-alat belajar yang rentan rusak bila terendam banjir bagi sekolah yang berada di daerah rawan banjir adalah perlu.
2.7 CARA PENANGGULANGAN BANJIR
A. Pencegahan sebelum terjadi banjir:
• Kerja bakti memersihkan saluran air
• Melakukan kegiatan 3M (Menguras, Menutup, Menimbun) benda-benda yang dapat menjadi sarang nyamuk
• Membuang sampah pada tempatnya
• Menyediakan bak penyimpanan air bersih
B. Sesudah terjadi banjir:
• Evakuasi kelurga ke tempat yang lebih tinggi
• Matikan peralatan listrik/sumber listrik
• Amankan barang-barang berharga dan dokumeen penting ke tempat yang aman
• Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum
• Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah
• Melakukan pemberantasan sarang nyamuk
• Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah
2.8 Keuntungan Datangnya Banjir
Banyak yang berpikir bahwa banjir hanya mendatangkan kerugian dan dampak negatifnya, namun ada juga keuntungan datangnya banjir, antara lain :
1. Air tanah yang terisi kembali.
2. Di daerah yang kering, kebutuhan air dapat untuk tercukupi.
3. Banjir menambah kandungan pada tanah.
4. Ikan sangat cocok untuk berkembang biak di air banjir.
5. Tambahan kandungan ke danau atau sungai yang pada akhirnya berpengaruh positif pada industri perikanan.
6. Penyeimbang ekosistem sungai.
7. Air banjir yang melimpah dapat dimanfaatkan oleh berbagai jenis ikan guna mencari tempat hidup baru.
8. Burung memiliki cadangan makanan melimpah.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bencana banjir ini sangatlah rawan dan banyak terjadi diberbagai daerah di negeri kita, misalnya di Jakarta, Bandung, dan kota-kota lainnya yang tidak kalah besar dan banyak memakan korban
Sebenarnya penyebab utama dari banjir itu adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri, misalnya saja adany penebangan pohn secara liar di hutan, maka terjadilah banjir, kemudian adanya pembuangan sampah sembarangan sehingga mengakibatkan aliran air tersumbat, maka jadilah banjir
Cara yang paling efektif untuk mencegah banjir adalah dengan adanya sikap atau perilaku menjaga kebersihan lingkungan hidup kita. Dan cara yang efektif umtuk menanggulangi ketika terjadinya banjir adalah membuat rumah akrab banjir.
3.2 SARAN
Saran dari penyusun adalah “Marilah Kita Menjaga Lingkungan Ini Agar Tidak Terjadi Hal-Hal Yan Tidak Diinginkan Semisal Banjir”.
Jaga kebersihan lingkungan merupakan kewajiban bagi kita agar terhindar dari bencana banjir yang akan membawa bencana yang lainnya, seperti kematian yang diakibatkan peyakit yang menyerang saat banjir.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
A, Ritonga. 2001. Lingkungan Hidup. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
Brown, L.R. 1992. Penanggulangan Banjir. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Darmawijaya, Isa. 1990. Bencana Banjir. Yogyakarta: Gajahmada University Press. Yogyakarta
Maryono A. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan, dan lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Seniarianti, N.K. 2009. Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta. Widya Utama: PT Dian Rakyat, Jakarta.
iklan
Minggu, 30 Juli 2017
Kebakaran Hutan
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas di dunia setelah Brazil dan Zaire. Hal ini merupakan kebanggan bagi bangsa Indonesia, karena dilihatdari manfaatnya sebagai paru-paru dunia, pengatur aliran air, pencegah erosi dan banjir serta dapat menjaga kesuburan tanah. Selain itu, hutan dapat memberi manfaat ekonomis sebagai penyumbang devisa bagi kelangsungan pembangunan di Indonesia. Karena itu pemanfaatan danperlindungan hutan telah diatur dalam UUD 1945, UU No. 5 tahun 1990, UU No. 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, UU No. 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan dirjen PHPA dan Dirjen Pengusaha Hutan.
Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal dengan mempertahankan aspek kelestarian kini telah mengalami degradasi dan deforestasi yang cukup mencengangkan bagi dunia Internasional, faktanya Indonesia mendapatkan rekor dunia guiness yang dirilis oleh Greenpeace sebagai Negara yang mempunyai tingkat lajudeforestasi tahunan tercepat di dunia. Sebanyak 72% dari hutan asli Indonesia telah musnah dengan 1.8 juta hektar hutan dirusakkan pertahun antara tahun 2000-2005, sebuah tingkat kerusakan hutan sebesar 2% setiap tahunnya.
Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan selama ini tidak memperhatikan manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan hutan tersebut. Penyebab utama kerusakan hutan adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan terjadi karena manusia yang menggunakan api dalam upaya pembukaan hutan untukHutan Taman Industri (HTI), perkebunan dan pertanian. Selain itu, kebakaran hutan didukung oleh pemanasan global dan kemarau ekstrim.
Tujuan
Mengetahui pengertian kebakaran hutan
Mengetahui jenis-jenis kebakaran hutan
Mengetahui kebakaran hutan yang pernah terjadi
Mengetahui penyebab terjadinya kebakaran hutan
Mengetahui dampak/kerugian setelah terjadinya kebakaran hutan
Mengetahui car apencegahan kebakaran hutan
Manfaat
Pembaca dapat mengenal apa itu kebakaran hutan
Pembaca dapat mengetahui jenis-jenis kebakaran hutan
Pembaca dapat mengetahui kebakaran hutan yang pernah terjadi
Pembaca dapat mengetahui penyebab terjadinya kebakaran hutan
Pembaca dapat mengetahui dampak/kerugian setelah terjadinya kebakaran hutan
Pembaca dapat mengetahui cara pencegahan kebakaran hutan
BAB II
KEBAKARAN HUTAN
Pengertian Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan merupakan suatu faktor lingkungan dari apa yang memberikan pengaruh terhadap hutan, menimbulkan dampak negative maupun positif. Kebakaran hutan yang terjadi adalah akibat ulah manusia maupun factor alam. Penyebab kebakaran hutan yang terbanyak karena tindakan dan kelalain manusia. Ada yang menyebutkan hampir 90% kebakaran hutan disebabkan oleh manusia sedangkan 10% yang disebabkan oleh alam.
Menurut kamus kehutanan, Departemen Kehutanan Republik Indonesia Kebakaran Hutan (Wild Fire Free Burning Forest Fire) didefinisikan sebagai berikut :
Kebakaran hutan yang tidak disebabkan oleh unsure kesengajaan yang mengakibatkan kerugian kebakaran terjadi karena factor-faktor berikut :
Alam misalnya musim kemarau yang terlalu lama.
Manusia misalnya karena kelalaian manusia membuat api di tengah-tengah hutan di musim kemarau atau di hutan-hutan yang mudah terbakar.
Tipe-Tipe Kebakaran Hutan
Ada 3 lapisan bahan bakar di hutan, yaitu bahan bakar pada tajuk, permukaan lantai hutan dan di bawah permukaan lantai hutan. Biasanya kebakaran hutan dimulai dengan kebakaran permukaan yang nantinya dapat merembet menjadi kebakaran tajuk. Tipe-tipe kebakaran hutan adalah sebagai berikut:
Kebakaran Bawah (Ground Fire)
Pada tipe kebakaran ini api membakar bahan-bahan organik yang terdapat di bawah seresah seperti humus, gambut, serbuk gergaji, akar pohon ataupun kayu yang sedang melapuk.Sifat bahan bakar ini yang bertekstur halus, padat dan lepas menunjang kebakaran dalam arti membara, jadi bukan menyala. Bahan organik ini dapat membara apabila kadar airnya kurang dari 20% dan bila sudah membara dapat dalam waktu lama menghasilkan reaksi yang menimbulkan panas (reaksi exother).Pada proses pembakaran ini sedikit sekali memerlukan supplai oksigen dari luar. Kebakaran bawah sukar sekali dideteksi dan membutuhkan waktu yang cukup lama dan biasanya terjadi bersamaan dengan kebakaran permukaan.Kebakaran bawah terjadi antara humus dengan tanah mineral yang efek pemanasannya pada pangkal akar dapat mematikan kambium kayu. Pengaruh angin dan faktor luar adalah relative kecil. Terutama pengaruh angin terhadap penjalaran. Bentuk penjalaran pada kebakaran bawah adalah berupa lingkaran yang berjalan sangat lambat.Teknik pemadaman kebakaran bawah adalah secara tidak langsung yaitu dengan membuat sekat bakar berupa parit sampai lapisan tanah mineral (memutus lapisan bahan bakar).
Kebakaran Permukaan (Surface Fire).
Api membakar bahan-bahan organik dan vegetasi di atas lantai hutan, yaitu seresah, tumbuhan bawah, anakan pohon dan lain-lain.Bentuk nyala api adalah seperti api unggun, dimana angin memainkan peranan dalam penyebaran kebakaran ini. Bentuk jalaran adalah lonjong ke satu arah menuju arah angin. Anakan tanaman dan tanaman muda akan habis terbakar atau paling tidak mati layu karena pengaruh pemanasan.
Kebakaran Tajuk (Crown Fire).
Peristiwa kebakaran tajuk merupakan peristiwa kebakaran yang besar dan biasanya merupakan akibat dari penjalaran kebakaran permukaan. Namun tidak selalu demikian, karena dapat saja kebakaran tajuk terjadi secara terpisah, misalnya akibat sambaran petir.Bahan bakar potensial adalah tajuk pohon dengan ranting-ranting dan cabang pohon yang bilamana terbakar habis akan menyebabkan pohon-pohon menjadi kering dan mati. Jenis konifer yang banyak mengandung resin mengakibatkan lebih mudah terbakar daripada jenis-jenis tajuk daun lebar.Pengaruh angin pada kebakaran tajuk sangat berarti dalam menentukan penyebaran api. Bentuk jalaran api adalah lonjong ke suatu arah sesuai dengan arah angin seperti pada kebakaran permukaan.
Tipe kebakaran hutan yang lain seperti yang diungkapkan oleh Hawley dan Stickel (1948), mengklasifikasikan kebakaran berdasarkan besarnya areal yang terbakar, seperti berikut:
Tabel Tipe Kebakaran Hutan
Kelas
|
Luas Area yang Terbakar
|
A
|
0,25 acre atau kurang (1 acre = 45646 )
|
B
|
0,25 acre – 10 acre
|
C
|
10 acre – 100 acre
|
D
|
100 acre – 300 acre
|
E
|
Lebih dari 300 acre
|
Faktor-Faktor Penyebab Kebakaran Hutan
Faktor alamiah yang dapat menyebabkan kebakaran adalah karena adanya deposit tambang (misalnya: batu bara) dan terjadinya gasekan dari bahan bakar kering, sehingga menyebabkan materi tersebut menjadi panas dan akhirnya memunculkan api sebagai sumber kebakaran. Faktor buatan manusia merupakan factor yang disengaja dalam rangka kegiatatan tertentu seperti misalnya : penyiapan lahan perladangan berpindah, hutan tanaman industry, transmigrasi atau juga kegiatan pertenakan besar seperti ternak sapi yang selalu membutuhkan hijauan makanan ternak dari rumput muda, dengan membakar alang-alang, maka segera akan didapatkan rumput muda yang segar untuk pakan ternak sapi tersebut.
Sedangkan faktor yang tidak disengaja seperti api dari bekas punting rokok yang dibuang (pada saat dibuang kelihatannya mati, namun setelah ditinggalkannya masih ada bara api). Api dari bekas parapian orang-orang rekreasi yang sedang kamping atau api dari bekas orang kerja (survey) di hutan. Sebenarnya, api dari sumber ini dapat dikatakan sebagai kebakaran karena kelalaian.
Adapun faktor-faktor penyabab kebakarn hutan antara lain yaitu :
Bahan Bakar
Ada lima sifat bahan bakar yang mempengaruhi proses terjadinya kebakaran yaitu ukuran bahan bakar, susunan bahan bakar, volume bahan bakar, jenis bahan bakar dan kadar air bahan bakar.
Cuaca
Faktor –faktor cuaca yang penting menyebabkan kebakaran hutan adalah: angin, suhu, curah hujan, keadaan air tanah dan kelembaban relative.
Angin
Angin merupakan faktor pemacu dalam tingkah laku api. Adanya angin akan menurunkan kelembaban udara, sehingga mempercepat pengeringan bahan bakar, memperbesar ketersediaan oksigen, sehingga api dapat berkobar dan merambat cepat, serta adanya angin akan mengarahkan lidah api ke bahan bakar yang belum terbakar.
Di samping itu, angin juga dapat menerbangkan bara api, sehingga dapat menimbulkan api loncat, yang bisa menyebabkan terjadinya lokasi kebakaran baru. Arah dan kecepatan angin sangat penting diketahui, terutama untuk menentukan lebar sekat bakar sebagai “fire break”, mencegah supaya api tidak menjalar dan menentukan titik awal pembakaran terkendali.
Suhu Udara
Suhu udara tergantung dari intensitas panas/penyinaran matahari. Areal dengan intensitas penyinaran matahari yang tinggi akan mengakibatkan bahan bakar cepat mengering, sehingga memudahkan terjadinya kebakaran. Suhu yang tinggi akan mengindikasikan bahwa daerah tersebut cuacanya kering, sehingga rawan kebakaran.
Lokasi dengan suhu tinggi yaitu lebih besar dari 153 ° C dapat terdeteksi dari citra satelit cuaca seperti NOAA. Lokasi ini dikenal dengan titik panas (hot spot). Banyaknya titik panas pada suatu wilayah menandakan bahwa daerah tersebut rawan kebakaran hutan dan lahan. Dalam hal ini terjadi kolerasi antara jumlah titik panas dengan tingkat kerawanan kebakaran hutan. Semakin banyak jumlah titik panas, maka akan semakin tinggi tingkat kerawanan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Curah Hujan
Faktor curah hujan juga menjadi pemicu utama terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Suatu daerah yang memiliki curah hujan tinggi berpengaruh terhadap kelembaban udara dan kadar air bahan bakar. Dengan demikian bahan bakar yang mengandung kadar air tinggi dan kelembaban udara tinggi, maka akan sulit terjadi kebakaran hutan. Faktor curah hujan ini juga penting dilihat pada bulan-bulan apa saja yang termasuk curah hujan tinggi dan bulan yang termasuk curah hujan rendah.
Keadaan Air Tanah
Keadaan air tanah ini sangat penting terutama di daerah gambut. Pada musim penghujanan kadar air tanah menjadi naik. Sedangkan pada musim kemarau, kondisi air tanah menurun, sehingga menyebabkan permukaan air tanah juga menurun. Permukaan air tanah yang menurun menyebabkan lapisan tanah menjadi kering, sehingga bisa memicu terjadinya kebakaran.
Kelembaban Nisbi
Kelembaban nisbi atau kelembaban udara relatif adalah perbandingan jumlah uap air yang ada dengan jumlah uap air yang ditampung oleh suatu volume udara, pada suhu dan tekanan atmosfer tertentu. Kelembaban udara yang tinggi akan mempengaruhi kandungan air bahan bakar, dimana bahan bakar akan menyerap air dari udara yang lembab tersebut. Wilayah tropis memiliki ciri khas seperti ini dan secara alami wilayah-wilayah dengan ciri seperti ini memiliki ketahanan terhadap kebkaran hutan.
Waktu
Waktu sangat terkait dengan kondisi cuaca yang menyertainya. Pembagian waktu secara mudah dibedakan atas waktu siang dan malam. Pada waktu siang hari, umumnya kondisi cuaca yang terjadi adalah kelembaban udara rendah, suhu udara tinggi dan angin bertiup kencang. Sedangkan pada waktu malam hari kondisi cuaca umumnya justru sebaliknya yaitu kelembaban udara tinggi, suhu udara rendah dan angin bertiup lebih tenang.
Keadaan kebakaran hutan dan lahan sangat bergantung pada kondisi cuaca. Kondisi cuaca selalu menyertai kapan hal itu terjadi. Oleh karena itu, adanya kondisi cuaca yang selalu menyertai waktu terjadinya, menyebabkan adanya hubungan antara waktu dengan keadaan kebakaran.
Topografi
Topografi adalah gambaran permukaan bumi yang meliputi relief dan posisi alamnya serta ciri-ciri yang merupakan hasil dari bentukan manusia. Factor topografi merupakan salah satu factor yang ikut berperan dalam kebakaran hutan. Ada tiga factor topografi yang begitu berperan penting dalam kebakaran huta, yaitu:
Kemiringan
Kemiringan merupakan factor utama yang mempengaruhi tingkah laku api. Hutan yang memiliki kemiringan yang curam memungkinkan terjadinya lidah api yang besar, sehingga hal ini mempercepat pengeringan bahan bakar. Bahan bakar yang kering akan mudah dan cepat tersulut api. Pada lereng curam api akan cepat ke arah puncak dan lambat kea rah bawah. Semakin curam kemiringannya akan semakin cepat pula api menjalar. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
Pada lereng yang naik, nyala api lebih dekat dengan bahan bakar. Bahan bakar menjadi lebih kering dan terbakar lebih cepat dari pada tanah datar.
Aliran angin biasanya mengarah ke puncak,sehingga menyebabkan terdorongnya panas dan lidah api ke bahan bakar baru di atasnya.
Udara yang terpanasi secara konveksi dan naik sepanjang lereng menyebabkan bertambahnya kecepatan yang pada akhirnya akan mempercepat laju perembetan api.
Bara api mungkin akan menggelinding ke bawah dan menimpa bahan bakar baru yang ada dibawahnya, sehingga akan mempercepat penjalaran serta menyulut sumber api baru.
Lereng yang sangat curam juga sulit untuk dijangkau, sehingga apabila terjadi kebakaran hutan di daerah seperti ini akan sulit untuk dipadamkan. Satu-satunya cara pemadaman yang bisa dilakukan yaitu dengan bantuan pesawat atau helicopter.
Arah Lereng (aspek)
Wilayah dengan arah lereng (aspek) menghadap matahari akan lebih cepat terjadinya pengeringan bahan bakar dibandingkan dengan wilayah yang memiliki arah kemiringan yang tidak menghadap matahari. Dengan demikian lereng yang menghadap arah timur dan barat akan relative cepat mengalami pengeringan bahan bakar. Semakin tinggi intensitas penyinaran matahari pada suatu daerah, maka angin lereng akan terjadi lebih awal dan lebih kuat. Pada lereng yang langsung menghadap matahari akan terjadi hal-hal sebagai berikut :
Kondisi suhu lebih tinggi,
Angin akan bertiup lebih kencang,
Kelembaban udara lebih rendah, dan
kandungan air bahan bakar lebih rendah
Pada arah lereng yang langsung menghadap matahari,menyebabkan kondisi yang rentan terhadap kebakaran,sehingga bahan bakar akan mudah tersulut dan akan menyebabkan api lebih cepat menjalar, karena angin bertiup lebih kencang.
Medan
Medan merupakan kondisi lapangan, yang bersifat khas. Kondisi medan sebenarnya berperan sebagai penghalang yang mampu mengendalikan aliran angin. Kondisi medan yang terjal juga akan menyulitkan dalam pemadaman, karena aksesibilitas untuk didatangi relative sukar.
Dampak yang Ditimbulkan karena Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan yang terjadi dapat memberi dampak yang sangat serius terhadap berbagai aspek kehidupan.
Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Lingkungan Fisik
Dampak yang terjadi pada lingkungan fisik akibat adanya kebakaran hutan diuraikan mencakup aspek tanah, udara dan air.
Dampak Terhadap Tanah
Kebakaran hutan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sifat fisik dan kimia tanah. Hasil penelitia menunjukkan bahwa struktur tanah akan mengalami kerusakan karena kebakaran hutan. Terjadinya kebakaran hutan akan menghilangkan vegetasi di atas tanah, sehingga apabila terjadi hujan, maka hujan akan langsung mengenai permukaan atas tanah, sehingga mendapat energy pukulan air hujan lebih besar, karena tidaak lagi tertahan oleh vegetasi penutup tanah. Kondisi ini akan merusak struktur tanah.
Secara umum kebakaran hutan akan menurunkan kualitas lingkungan tanah karena hilangnya mikroorganisme tanah. Hilangnya mikroorganisme tanah mengakibatkan terhambatnya proses dekomposisi serasah,sehingga akan terjadi akumulasi serasah. Serasah yang tidak mengalami dekomposisi akan menyebabkan lambatnya proses pembentukan tanah. Hal ini akan berpengaruh terhadap proses suksesi vegetasi tanah yang ada di atasnya.
Kebakaran hutan juga menyebabkan hilangnya unsure hara melalui berbagai jalan. Nitrogen akan menguap di atas suhu 100 º C, sulfur organik terurai di atas suhu 340 º C, fosfat akan terbenam dalam bentuk silikat kompleks sehingga sukar teruarai kembali untuk dimanfaatkan oleh tanaman (Syarmidi dan Aryanta, 1997).
Dampak Terhadap Air
Kebakaran hutan bisa menyebabkan terganggunya siklus hidrologi. Hal ini disebabkan karena hilangnya vegetasi penutup tanah, sehingga mengakibatkan fungsi pnghambat air hujan oleh vegetasi tersebut berkurang. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap besarnya aliran permukaan pada saat terjadinya hujan. Aliran permukaan yang besar menyebabkan menigkatnya erosi dan sedimentasi. Dengan demikian pada kawasan yang terbakar, akan terjadi peningkatan kekeruhan air sungai akibat besarna sedimentasi atau dengan kata lain terjadinya pencemaran lingkungan air sungai.
Dampak Terhadap Iklim dan Kualitas Udara
Hutan telah diyakini memiliki fungsi utama sebagai pengatur iklim khususnya iklim mikro. Hal ini bisa dilihat melalui penjelasan trilogy kehutanan seperti pada gambar dibawah ini
Iklim
Vegetasi Tanah
Gambar trilogy kehutanan
Hilangnya vegetasi hutan karena kebakaran akan menyebabkan terganggunya iklim baik iklim makro maupun iklim mikro. Keberadaan hutan akan membuat udara sejuk di sekitarnya, dengan demikian hilangnya hutan akan mengakibatkan udara terasa panas.
Udara sejuk di kawasan hutan bisa mempengaruhi adanya proses kondensasi, yang selanjutnya akan menyebabkan hujan. Dengan demikian hilangnya hutan akan mempengaruhi perubahan iklim di daerah tersebut. Pada saat kebakaran dampak yang juga sering muncul adalah asap. Asap tebal yang muncul akibat kebakaran hutan menyebabkan menurunnya kualitas udara. Dengan kata lain munculnya asap tebal menyebabkan polusi udara. Hal ini sangat menganggu aspek kehidupan manusia seperti transportasi maupun kesehatan.
Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Flora dan Fauna
Dampak Terhadap Flora
Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies flora dan merusak keseimbangan alam. Kehidupa flora berhubungan erat dengan hutan yang merupakan tempat hidupnya. Kebakaran hutan mengakibatkan berkurangnya vegetasi tertentu, sehingga akan membentuk pola mosaik yang terdiri atas berbagai fase suksesi. Hutanyang terbakar menjadi terbuka, sehingga merangsang pertumbuhan gulma dan berbagai jenis eksotik, yang akan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekologi antar jenis.
Dampak Terhadap Fauna
Hutan terkenal kaya akan keanekaragaman satwa mulai dari satwa burung, reptile dan mamalia. Satwa-satwa besar seperti harimau, burung, gajah, babi hutan dan lain-lain memiliki gerakan yang gesit untuk berpindah jika terjadinya kebakaran hutan. Sedangkan satwa yang mempunyai gerakan lambat seperti jeis reptile akan lebih besar kemungkinan untuk terbakar.
Kebakaran hutan akan mengakibatkan banyak binatang akan kehilangan tempat tinggal yang digunakan untuk berteduh, berlindung dan tempat untuk mencari makan. Dengan demikian hewan yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan baru setelah terjadinya kebakaran akan mengalami penurunan jumlah bahkan dapat mengalami kepunahan.
Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sosial Ekonomi dan Kesehatan
Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
Kebakaran hutan tidak hanya memberi dampak terhadap perubahan ekosistem hutan saja, tetapi juga menyebabkan kerugian sosial ekonomi pada masyarakat maupun nasional. Asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan akan menganggu aktivitas masyarakat. Terganggunya aktivitas masyarakat dapat memengaruhi produktivitas dan penghasilan suatu masyarakat. Selain itu, kebakaran hutan menyebaban hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di sekitar hutan dan bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari pengolahan hutan akan mengalami tingkat kesulitan ekonomi yang tinggi.
Kebakaran hutan yang mengakibatkan binatang kehilangan tempat tinggalnya dan memaksakan mereka keluar dari hutan dan akan menganggu ketentraman suatu masyarakat. Dampak yang ditimbulkan terhadap sosial ekonomi akibat kebakaran hutan berjangka panjang dan mendalam, dalam rasa keamanan, ketentraman dan keharmonisan dalam bermasyarakat.
Dampak Terhadap Kesehatan
Asap yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan akan menyebabkan polusi udara. Menurut pakar kesehatan, polusi udara dapat menganggu kesehatan. Polusi udara yang melebihi ambang batasnya jelas akan menyebabkan penyakit pada manusia. Penyakit yang sering ditimbulkan akibat asap adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), asma bronchial, bronchitis, pneumonia (radang paru), iritasi mata dan kulit.
Cara Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan
Cara Pencegahan Kebakaran Hutan
Pecegahan merupakan upaya yang dilakukan pada fase sebelum terjadinya kebakaran. Kegiata- kegiatan yang dilakukan dalam pencegahan kebakaran hutan meliputi membuat peta kerawanan kebakaran, memantau gejala rawan kebakaran, penyiapan regu pemadam, membangun menara pengawas, dan lain-lain.
Membuat Peta Kerawanan Kebakaran
Peta kerawanan kebaaran hutan dapat dibuat dengan bantuan citra satelit yang memanfaatkan saluran termal, seperti citra NOAA. Kelas kerawanan tinggi kebakaran terjadi bila terdapat banyak hot spot, kelas kerawanan sedang bila hot spotnya agak banyak dan kels kerawanan kurang bila hot spotnya sedikit atau tidak ada hot spot sama sekali.
Berdasarkan peta kerawanan kebakaran, maka dapat dipersiapkan sedini mungkin pencegahan yang harus dilakukan terhdadap kebakaran hutan. Informasi ini sangat penting dalam pencegahan, sehingga pengamanan akan bisa difouskan di daerah tersebut. Apabila seluruh kegiatan difkuskan pada area ini jelas akan efektif hasilnya. Kondisi ini akan memerikan pengawasan secara kontinu pada area yang sangat rawan kebakaran.
Memantau Cuaca, Akumulasi Bahan Bakar dan Gejala Rawan Kebakaran
Kegiatan yang dimaksudkan disini adalah yang dikaitkan untuk memantau tingkat kerawanan api. Sebelumnya telah disebutkan bahwa api ditentukan oleh kondisi bahan bakar, angin dan topografi. Oleh karena kandungan air bahan bakar tergantung hujan, suhu, dan kelembaban, maka sebenarnya kerawanan api juga tergantung pada faktor hujan, suhu, kelembaban, struktur bahan bakar, susunan bahan bakar, angin dan topografi. Data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk menentukan kerawanan kebakaran hutan di suatu daerah.
Penyiapan Regu Pemadam
Setiap regu kebakaran harus dipimpin oleh satu orang ketua regu. Seorang ketua regu harus dipilih yang sudah berpengalaman. Kebutuhan regu pemadam dapat dihitung dengan kriteria seberapa luas kebakaran itu terjadi. Prediksi kebutuhan tenaga pemadaman kebakaran hutan ditentukan seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel Kebutuhan Tenaga Pemadam Kebakaran
No
|
Kondisi Kebakaran
|
Panjang Tepi Api yang Menyala (m)
|
Keperluan Jumlah
Regu Minimal
(Regu)
|
1
|
Kebakaran kecil
|
s/d 100
|
1
|
2
|
Kebakaran sedang
|
s/d 500
|
5
|
3
|
Kebakaran besar
|
<
500
|
5
|
Membangun Menara Pengawas
Pengawasan terhadap munculnya kebakaran hutan secara rutin harus dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi kebakaran secara dini. Pengawasan ini dilakukan melalui menara pengawas. Perlengkapan yang diperlukan dalam pengawasan ini antara lain : alat komunikasi dan lokasi pengawasan.
Lokasi penempatan menara pengawas api harus diletakkan pada tempat yang strategis artinya pada tempat yang paling tinggi di wilayah tersebut dan mudah di datangi. Menara pengawas api dengan tinggi 13 m, yang diletakkan di puncak bukit mampu mengawasi wilayah 3-5 km.
Penyiapan Peralatan Pemadam
Alat pemadam kebakaran hutan yang perlu dipersiapkan pada dasarnya dibedakan atas :
Peralatan perorangan (peralatan tangan)
Peralatan kelompok/regu
Peralatan bantuan (peralatan mekanis)
Sarana bantuan nasional
Macam peralatan pada masing-masing jenis tersebut secara rinci diperlihatkan pada Tabel berikut:
No Perorangan/Tangan Kelompok/Regu Mekanis Bantuan Nasional
1 Flapper/pemukul api Pompa Air Portable Buldozer Helikopter
2 Kampak Gergaji Mesin Traktor Pesawat udara yang dilengkapi fire fight kit (FKK)
3 Garu Truk Tangki Air Shovel
4 Sekop Bajak Mesin
5 Pompa Punggung
6 Perlengkapan Pribadi
a.pakaian tahan api
b.Sepatu boot
c.Topi helm
d.Tempat minum
e.Sarung tangan
f.Senter kepala
g.Golok
Penyuluhan
Peserta Penyuluhan
Penyuluhan merupakan kegiatan penting dalam rangka menyadarkan seluruh pihak yang terkait dalam pembakaran hutan dan lahan. Oleh karena itu, agar penyuluhan efektif, maka orang yang disuluh sebagai objek harus tepat.
Materi Penyuluhan
Materi yang disampaikan harus dalam bahasa yang mudah diterima oleh peserta penyuluhan. Materi yang disampaikan bersifat teknis. Misalnya: dengan jalan memperkenalkan peralatan pemadaman,membagikan stiker dan lain-lain.
Membuat Rambu-rambu
Ada tiga jenis rambu-rambu yaitu rambu-rambu larangan, peringatan dan anjuran. Contoh rambu-rambunya yaitu :
Dilarang membuat api di kawasan hutan.
Awas anda memasuki daerah rawan kebakaran hutan.
Marilah mencegah kebakaran hutan daripada hutan kita rusak.
Fungsi rambu-rambu tersebut adalah menyampaikan pesan kepada seluruh khalayak masyarakat,terutama masyarakat di sekitar wilayah tersebut.
Membuat Demonstrasi Pembakaran Terkendali
Dalam membuat demonstrasi pembakaran terkendali ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
Menentukan areal yang akan dibakar. Luas dan batas areal yang dibakar harus jelas (6-10 ha)
Areal yang dibakar dibatasi dengan ilaran api dengan lebar sekitar 12 m.
Menentukan arah angin.
Mencari lokasi sumber air terdekat dengan areal pembakaran.
Membentuk Organisasi Penanggulangan Kebakaran Hutan
Satuan pengendalian kebakaran hutan dan lahan tersusun atas tiga tingkat yaitu tingkat nasional (PUSDALKARLAHUTAS), yang bertugas menyusun peraturan perundang-undangan tentang kebakaran hutan untuk memayungi kegiatan lapangan dan penyuluhan tingkat nasional. PULDASKARLAHUTDA merupaa petugas di tingkat daerah yang bertugas membuat peraturan di tingkat daerah. SATLAK adalah petugas di tingkat operasional yang melakukan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebabakaran hutan serta melakukan penyuluhan terhadap masyarakat sekitarnya.
Teknik Pemadaman Kebakaran Hutan
Hal yang pertama-tama harus dilakukan adalah melakukan perhitungan (size up) terhadap seluruh situasi untuk menentukan cara terbaik memadamkan api. Hal ini perlu melaksanakan suatu inspeksi ke seluruh areal yang terbakar, sehingga bisa dilihat secara keseluruhan kondisi kebakaran yang terjadi. Hal ini sangat membantu dalam melaksanakan kegiatan pemadaman yang akan dikerjakan,tanpa mengetahui kondisi kebakaran yang terjadi, maka jelas tidak akan efektif pelaksanaan pemadamannya. Beberapa hal yang menyangkut kondisi sebelum pelaksanaan pemadaman dan metode yang digunakan perlu diperhatikan yaitu:
Informasi, Observasi dan Tindakan (Aksi)
Informasi Mengenai Cuaca dan Tingkah Laku Api
Kondisi yang perlu diketahui adalah :
Keadaan cuaca,saat ini dan prakiraan cuaca untuk esok.
Keadaan dan tingkah laku kebakaran yang baru terjadi.
Sebelum Menuju Tempat Kejadian Kebakaran
Hal yang perlu diketahui sebelum menuju lokasi kebakaran adalah kesiapsiagaan, yang berhubungan dengan personil, peralatan pemadaman dan lain- lain.
Saat Pemberangkatan Menuju ke Lokasi Kebakaran
Informasi yang perlu didapatkan adalah kapan kebakaran itu terjadi, lokasi, bagaimana akses jalan menuju lokasi kebakaran, sebab terjadi kebakaran dan bagaimana tingkah laku api.
Langkah-Langkah Pemadaman Kebakaran
Berikut ini adalah langkah-langkah yang umumnya dilakukan untuk memulai pemadaman :
Size-up
Komandan Kebakaran berjalan mengikuti tepi / pinggir api mengevaluasi luas kebakaran, bahan bakar, cuaca, kondisi permukaan tanah, perilaku api, sumber air, asset yang terancam, dan jumlah/type alat dan personil yang dibutuhkan serta lokasi penempatannya dalam rangka menentukan prioritas strategis dan taktis pemadaman kebakaran .
Anchor point
Merupakan titik aman dan menguntungkan untuk menghalangi perambatan api, biasanya adalah jalan, sungai dan lain sebagainya) dari mana pembuatan garis kendali / sekat bakar dimulai. Selalulah memulai pembuatan sekat bakar dari “anchor point”, karena bila dimulai dari tengah maka api bisa merambat dari belakang mengelilingi posisi pembuat sekat bakar dan sekat bakar tersebut menjadi sia-sia.
Sasaran
Tentukan alasan utama pemadaman. (mis. melindungi Kawasan Pemanfaatan, melindungi Kawasan inti, mencegah polusi asap, dsb).
Strategi
Pantau, Kurung, Batasi, Dikuasai, atau dipadamkan total.
Sumberdaya
Tentukan jumlah dan tipe peralatan dan personil yang diperlukan untuk mengurung kebakaran.
Taktik
Tentukan metode pemadaman yang akan dilakukan apakah satu metode saja atau kombinasi :
Serangan langsung: Begitu anchor point ditetapkan, padamkan kebakaran secara bertahap dengan langsung mendekati bahan bakar yang terbakar, baik melalui pembuatan garis kendali (sekat bakar) dengan menggunakan peralatan tangan atau alat berat dan/atau menggunakan perintang yang telah ada ( jalan, sungai dan lain sebagainya), atau juga dengan membasahi (sekat bakar basah) bagian depan api.
Serangan Tidak Langsung: Setelah anchor point ditetapkan, kebakaran ditangani melalui pembuatan sekat bakar pada jarak yang aman dari tepi/pinggir api dan memanfaatkan bahan bakar dan kondisi permukaan tanah yang menguntungkan melakukan bakar balik.
Bakar Balik : merupakan pemadaman tidak langsung dengan melakukan pembakaran sepanjang sisi bagian dalam dari sekat bakar yang dibuat atau sekat bakar alami, jaraknya harus relatif aman dan jauh dari garis pinggir kebakaran dan arah angina memungkinkan untuk itu, atau menghabiskan (mengambil keluar) bahan bakar yang ada diantara garis pinggir kebakaran dan sekat bakar. Dengan cara demikian api tidak merambat keluar dari sekat bakar.
Pemadaman Paralel: Gabungan antara serangan langsung dan tidak langsung, dimana sekat bakar dibuat dekat dengan garis luar api ( bila memungkinkan), kemudian bahan bakar yang ada diantaranya dibakar.
Hot - Spotting : Suatu metode untuk mengetahui kemungkinan perambatan api dan/atau intensitas kebakaran, dengan berjalan kaki mengikuti garis luar kebakaran dan memeriksa dimana saja posisi titik api yang potensial menyebar dan meluas dengan cepat, yang merupakan ancaman terhadap upaya membatasi kebakaran.
Pemadaman dari Udara: Pemadaman dengan menggunakan pesawat udara untuk mengirimkan pasukan, menjatuhkan/menyemprotkan cairan atau media pemadam dan/atau media penghambat laju kebakaran (retardant).
Mop-up: Pemadaman api/bara-bara kecil untuk memastikan bahwa api betul-betul telah padam dengan menggunakan lumpur, air, dan peralatan tangan. Mop dilakukan setelah kebakaran berhasil dibatasi.
Laporan Status dan Briefing
Memberikan informasi secara periodik Kadiv, Koordinator Lapg dan segenap pasukan pemadam kebakaran tentang status, kemajuan yang dicapai, kebutuhan logistik (makanan, air, BBM, dsb) dan perkiraan waktu (berapa lama) kebakaran bisa dipadamkan.
Teknik Rehabilitasi Areal Bekas Kebakaran Hutan
Departement kehutanan melalui Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1998) secara rinci menyampaikan langkah-langkah rehabilitasi lahan bekas kebakaran hutan dan lahan sebagai berikut :
Strategi Progresif untuk memperbaiki produktivitas lahan, keuntungan sosial dan ekonomi, memberikan prioritas kepada masyarakat lokalserta mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui :
Pengembangan tanaman pertanian sesuai tapak,
Menggunakan jenis tanaman multi fungsi, bernilai ekonomis tinggi
Penggunaan jenis rotasi pendek/cepat panen,
Teknik budidaya intensif padat karya.
Pengembangan jasa lingkungan melalui penutupan vegetasi hutan sebagai indikator dalam memberikan dampak positif pada perbaikan lingkungan, sosial dan ekonomi.
Penerapan standar pengelolaan partisipatif masyarakat.
Penerapan strategi pengelolaan profesional baik selama dan setelah kegiatan areal kebakaran tersebut
Kebakaran Hutan yang Pernah Terjadi
Kebakaran Hutan yang Pernah Terjadi di Dunia
Di beberapa negara belahan dunia juga pernah terjadi kebakaran hutan hebat, Berikut 8 kebakaran Hutan terbesar dalam sejarah :
Kebakaran Hutan Chelan, Oregon
Api yang semula berasal dari kilat di Chelan, Washington, terus meluas. Sampai ke 10 negara bagian Amerika, yaitu Oregon, Washington, Idaho, Montana, California, Nevada, North Carolina, Louisiana, Texas and Arizona pada bulan Agustus 2015.
Oleh karena itu, petugas pemadam pun ditambah sampai sebanyak 30 ribu orang. Apalagi, Pusat Pemadam Kebakaran Nasional mencatat sudah sebanyak 2,9 juta hektar wilayah terbakar. Selain itu, ditemukan 41.194 titik api dan menghanguskan 1.074 bangunan. Begitu mendesaknya bencana kebakaran ini, sampai-sampai Amerika meminta bantuan kepada Australia untuk menjinakkan si jago merah. Amerika juga menerjunkan militernya untuk membantu para pemadam kebakaran.
Kebakaran Hutan Peshtigo, Wisconsin
Kebakaran hutan yang terjadi pada 8 Oktober 1871 di hutan Peshtigo, Wisconsin, Amerika Serikat ini menghanguskan lebih dari 3,5 juta hektar lahan hutan dan menewaskan 2.500 orang di Wisconsin.
Kebakaran Hutan Hinckley, Minnesota
Kebakaran Hinckley adalah kebakaran besar yang terjadi pada tanggal 1 September 1894 yang membakar area minimal 810 km² , mungkin lebih dari 1000 km², termasuk kota Hinckley dan Minnesota. Api membunuh ratusan orang, dengan jumlah minimum diperkirakan 418 korban jiwa. Namun, beberapa ahli percaya angka sebenarnya dari korban yang meninggal mendekati hampir 800 korban jiwa. Jika demikian, kebakaran ini adalah kedua paling mematikan dalam sejarah Minnesota setelah peristiwa Cloquet.
Kebakaran Hutan Laguna, California
Kebakaran Hutan Laguna terjadi pada bulan September 1970 ini menghanguskan 175.000 hektar lahan hutan serta menghancurkan lebih dari 400 bangunan.
Kebakaran Hutan Yellowstone, Montana
Kebakaran Hutan Yellowstone yang terjadi pada tahun 1988 di Montana dan Idaho ini membakar lebih dari 1,5 juta hektar . Kebakaran hutan yang terjadi tahun 1988 ini membakar 793.880 acre di Montana dan Wyoming. Yellowstone National Park ditutup untuk semua personil non darurat untuk pertama kalinya dalam sejarah taman National Park Yellowstone.
Kebakaran Hutan Kursha-2, Rusia
Kebakaran Hutan Kursha-2 ini terjadi pada 3 Agustus 1936 di Meshchyora Tengah, Oblast Ryazan akibat badai api. Pada kebakaran hutan ini sebanyak 1200 orang dinyatakan meninggal dunia.
Kebakaran Hutan Cloquet, Minnesota
Kebakaran Hutan Cloquet adalah suatu bencana api besar di bagian utara Minnesota pada Oktober, 1918. Disebabkan oleh percikan pada kereta api lokal ditambah dengan kondisi kering. Bencana ini menyebabkan bagian barat Carlton County hancur, Moose Lake, Cloquet, dan Sungai Kettle. Wilayah Cloquet adalah wilayah yang paling rusak oleh bencana ini. Bencana ini merupakan bencana alam terburuk dalam sejarah Minnesota. Total korban jiwa yang meninggal mencapai 453 nyawa hilang dan 52.000 orang terluka atau mengungsi, 38 komunitas hancur, 250.000 hektar lahan (1.000 km2) terbakar, dan kerugian sebesar $ 73.000.000 dalam kerusakan properti diderita.
Kebakaran Hutan Thumb, Michigan
Kebakaran ini terjadi pada tanggal 5 September 1881, di daerah Thumb, Michigan di Amerika Serikat. Api yang membakar lebih dari satu juta hektar (4.000 km²) dalam waktu kurang dari satu hari, adalah konsekuensi dari kekeringan yang melanda, ditambah hembusan angin, panas, dan kerusakan ekologi yang ditimbulkan oleh penebangan. Kejadian ini, disebut “the Great Thumb Fire”, “the Great Forest Fire of 1881” atau “the Huron Fire” yang membunuh 282 orang di Sanilac, Lapeer, Tuscola dan Huron. Perkiraan kerusakan yang ditimbulkan mencapai kerugian $ 2.347.000.
Kebakaran Hutan yang Pernah Terjadi di Indonesia
Peristiwa kebakaran hutan di Indonesia ini termasuk paling sering, Indonesia berada di wilayah tropis maka tak heran jika sebagian besar wilayah daratnya dipenuhi dengan hutan hujan tropis. Sayangnya, hutan-hutan yang luas tersebut berulang kali mengalami kerusakan akibat bencana kebakaran.
Dan Mirisnya, terkadang bencana itu diakibatkan oleh ulah tangan manusia sendiri. Seperti yang terjadi baru baru ini. Dari Agustus 2015, tercatat ada sekitar 720 titik api yang tersebar di hutan Sumatra. Ternyata sebelumnya hutan Indonesia sempat mengalami beberapa kali kebakaran yang bisa dibilang sangat parah antara lain yaitu:
Kebakaran Hutan Tahun 1982
Sebenarnya, permasalahan tentang kebakaran hutan sudah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan Indonesia. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya aturan-aturan tertulis baik pada masa kerajaan-kerajaan maupun pada masa Hindia Belanda.
Melalui bukunya, Bowen dkk mengungkapkan bahwa antara tahun 1982 hingga 1983 Indonesia mengalami kemarau panjang. Hal itu memicu munculnya titik api di wilayah kalimantan Timur hingga menyebabkan bencana kebakaran. Sedikitnya ada 3,2 juta hektar hutan yang rusak dengan kerugian mencapai lebih dari 6 trilyun rupiah.
Kebakaran Hutan Tahun 1997
Setelah kebakaran di tahun 1982, terjadi lagi beberapa kebakaran di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Tapi yang paling parah terjadi di tahun 1997 akibat kemarau panjang dan aktivitas manusia yang mengubah fungsi hutan menjadi lahan perkebunan.
Tak tanggung-tanggung, kebakaran terjadi hampir di seluruh hutan di Sumatra dan Kalimantan. Kerugian tak hanya karena degradasi dan deforestasi hutan Indonesia saja, tapi juga karena asap tebal yang menyebabkan ribuan orang terkena masalah kesehatan. Benacan ini menelan kereguan hingga USD 1.62 hingga 2,7 miliiar. Belum lagi kerugian terkait emisi karbon yang mencapai USD 2.8 miliar.
kebakaran Hutan Riau Tahun 2014
Kebakaran hutan yang terjadi di bulan Febuari 2014 yang lalu adalah bencana besar yang tak kalah parah dengan bencana di tahun 1997. Kebakaran hutan di Riau terjadi akibat ulah manusia yang terus membuka lahan hutan dengan cara dibakar.
Akibatnya, tak hanya kerugian yang ditaksir mencapai 20 trilyun rupiah, tapi asap dari kebakaran tersebut juga membuat lebih dari 49.000 warga mengalami infeksi pernafasan. Sebelumnya, di tahun 2013 pernah juga terjadi kebakaran bahkan dampak asap tebal bisa sampai ke Singapura dan Malaysia.
Kebakaran Hutan Di Sumatra Tahun 2015
Kini kebakaran hutan kembali melanda Sumatra dan Kalimantan. Kemarin dari Bulan Agustus 2015 saja sudah ada sekitar 966 titik api yang terdiri dari 720 titik api di Sumatra dan sisanya 246 titik api ada di Kalimantan. Titik api paling banyak ditemukan di Provinsi Sumatra Selatan sebanyak 317 kemudian disusul oleh Jambi 247, Riau 94, Lampung 21, Bengkulu 7, Babel 26, Sumatra Barat 4, dan Sumatera Utara 3.
BNPB bersama tim gabungan penanggulangan bencana kebakaran hutan dari Manggala Agni, BPBD, TNI, Polri, BNPB, BPPT, MPA dan lainnya terus berupaya memadamkan kebakaran mereka mengerahkan tiga pesawat terbang untuk operasi hujan buatan dan 6 helicopter pemboman air.
Awal Juli 2016, Pembakaran Hutan di Riau Meningkat Tajam
Telah terjadi peningkatan jumlah titik api di Sumatera, tepatnya daerah provinsi Riau. Titik api disebabkan oleh adanya kebakaran hutan yang diduga sengaja dilakukan oleh oknum-oknum tertentu. Kebakaran hutan yang terjadi berdasarkan hasil laporan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN. Pemantauan satelit Modis dengan sensor Terra Aqua dari NASA pada Minggu (03/07/2016) menemukan kurang lebih 288 titik api, dimana 245 titik terdapat di Sumatera dan 43 lainnya berada di Kalimantan. Komandan Satgas Udara Riau Hendri Alfiandi menduga kuat peningkatan kebakaran hutan dalam sepekan akibat dari ulah manusia. Hal tersebut juga didukung dengan bersamaannya awal musim kemarau.
Tak hanya Riau yang terpantau memiliki sejumlah titip api, provinsi lain di Sumatera pun juga menghadapi hal serupa. Sejumlah provinsi tersebut adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Lampung, dan Sumatera Selatan. Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Wieko Sofyan telah memerintahkan satu kompi Pasukan Khas untuk membantu memadamkan api di Riau. Tak hanya itu, pasukan tersebut juga akan turut melakukan perburuan terhadap para pelaku pembakaran.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengakui bahwa upaya pemadaman mengalami sejumlah rintangan. Hal tersebut terkait akses menuju lokasi hutan yang terbakar, serta kesulitan untuk memperoleh sumber air terdekat untuk membantu pemadaman.
Namun Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Edward Sanger mengakui bahwa terdapat penurunan angka kebakaran yang ada di Riau. "Jumlah itu jauh lebih rendah daripada dua tahun sebelumnya. Kalau 2014 pada bulan yang sama, sudah 23,000 hektare. Tahun lalu, juga pada bulan Juli, hampir 6,000 hektare dilanda kebakaran," jelas Edward.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap kegiatan atau proyek pembangunan seperti pembukaan lahan untuk perkebunan dll membutuhkan lokasi dan lokasi tersebut dapat merupakan suatu ekosistem atau bagian dari ekosistem. hal ini berarti setiap kegiatan menimbulkan dampak atau gangguan terhadap komponen-komponen ekosistem(lingkungan). Jadi dampak negatif dari proyek tertentu tidak mungkin bisa dihilangkan akan tetapi seharusnya bisa diminimalkan sehingga rusaknya lingkungan tidak akan parah seperti misalnya pada kasus kabut asap di Indonesia tahun ini. untuk meminimalisir dampak negatifnya maka perusahaan-perusahaan dan masyarakat sendiri dalam mengelola lahan dan hutan harus berasaskan pada lingkungan dan memperhatikan AMDAL. Untuk itu memang diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep lingkungan sendiri supaya terbentuk kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan. Selain itu diperlukan kerjasama antara pengusaha, masyarakat, dan pemerintah dalam melakukan pengelolaan lingkungan dan pencegahan serta penanggulangan masalah-masalah lingkungan. Jika masing-masing pihak melakukan perannya dengan baik maka tidak akan terjadi masalah besar tentang pembakaran hutan dan lahan dan juga kerusakan lingkungan seperti di Riau dan empat provinsi lainnya tahun ini.
Saran
Dengan adanya makalah ini, kami berharap agar para pembaca umumnya dan kami sebagai penulis khususnya dapat dijadikan acuan sebagai bahan pembelajaran, oleh karenanya kami juga berharap kepada semua pihak yang membaca makalah ini, kiranya dapat memberikan masukan, kritik dan saran yang sifatnya membangun guna untuk perbaikan penyusunan makalah kami selanjutnya.
Daftar Pustaka
Purbowaseso,Bambang. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Rineka Cipta. Jakarta
Rahardjo,Suyono. 2006. Pengendalian Dampak Lingkungan.Airlangga.Surabaya
Soemarwoto. 1994. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan.Bandung
Langganan:
Postingan (Atom)
kelebihan dan kekurangan komik sebagai media pembelajaran
Kelebihan dan kekurangan Komik Menurut Rohani (1997:21) Media komik merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dipahami,...
-
Indikator kognitif proses merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai...
-
Kelebihan dan kekurangan Komik Menurut Rohani (1997:21) Media komik merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dipahami,...
-
HAi sahabat DP semua.......... buat kalian lagi cari bahan sambil tiduran. hari ini aq ngepost tentang hubungan antara validitas dan relia...