iklan

Minggu, 11 November 2018

Konflik dan Bencana, Apa Hubungannya??


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Konflik adalah suatu peristiwa yang hampir setiap tahun terjadi di dunia. Konflik terjadi karena perbedaan pendapat antarsesama, tidak adanya toleransi dan sebagainya. Contoh konflik dalam kehidupan sehari-hari yang paling sederhana adalah berkelahi, saling mencaci-maki, saling menghina, sehingga  konflik semakin rumit. Sulit mencegah konflik, karena pencegahannya dimulai dari individu masing-masing. Misalnya konflik batin, terjadi suatu hal yang aneh dalam diri sehingga timbul konflik antara batin dan fisik, yaitu tidak saling menerima antara keduanya. Begitu pula konflik yang terjadi dalam kehidupan ini.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.         Apa itu konflik?
2.         Apa sajakah jenis-jenis konflik?
3.         Apa sajakah faktor yang menyebabkan konflik?
4.         Apa dampak konflik dalam kehidupan?
5.         Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik?
6.         Bagaimana cara penanganan konflik?
7.         Apa metode yang digunakan untuk menangani konflik?
8.         Dimanakah daerah rawan konflik di Indonesia dan dunia?

C.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.         Mengetahui pengertian konflik dan jenis-jenis konflik.
2.         Mendeskripsikan latar belakang terjadinya konflik dan faktor- faktor penyebab konflik.
3.         Menyelidiki dampak terjadinya konflik dan strategi menyelesaikan konflik.
4.         Mengetahui cara penanganan konflik dan metode yang digunakan untuk menangani konflik.
5.         Mengetahui daerah yang rawan konflik di Indonesia dan dunia.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Konflik
Menurut Syafiie (1997:22) menyatakan, “Konflik adalah perselisihan menegenai nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan berkenaan dengan status,kuasa,dan sumber-sumber kekayaan yang persediaannya tidak hanya bermaksud untuk memperoleh barang yang diinginkan, melainkan juga memojokkan, merugikan atau menghancurkan lawan mereka”.
Menurut Kweit (1986:149) menyatakan, “Konflik adalah suatu pola interaksi yang terjadi bilamana ada perbedaan pendapat (ketidaksesuaian pendapat) tentang alokasi sumber-sumber yang langka”.
Konflik dapat berlangsung antara individu-individu, kumpulan-kumpulan atau individu dengan kumpulan. Bagaimanapun konflik baik bersifat antar kelompok maupun yang intra kelompok, selalu ada ditempat orang hidup bersama.
Konflik disebut sebagai unsur interaksi yang penting dan sama sekali tidak boleh dikatakan bahwa konflik selalu tidak baik atau memecahkan belah atau merusak. Justru konflik dapat menyumbang banyak kepada kelestarian kelompok dan mempererat hubungan antara anggotanya.
Sebenarnya telah lama kita ketahui bahwa hal seperti menghadapi musuh bersama mengintegrasikan solidaritas dan keterlibatan, dan membuat orang lupa akan perselisihan intern mereka.
Sosiologi konflik membedakan dengan tegas antara perasaan-perasaan subjektif seperti amarah, kebencian, antipasti, keinginan akan balas dendam, dan sebagainya dengan relasi-relasipertentangan yang objektif yang membuat mereka berselisih. Teori konflik dan teori fungsional bukanlah saling menolak, melainkan saling melengkapi.
Dari sisi lain Dahrendorf melihat, ia menyebut teori konflik atau teori koersif (paksaan) yang berisikansendiri dan pengertian-pengertian berikut:
1.         Tiap-tiap masyarakat disegala bidang mengalami proses-proses perubahan,  perubahan terdapat dimana-mana.
2.         Tiap-tiap masyarakat memperlihatkan perbantahan dan konflik disegala bidangnya. Konflik sosial ada dimana-mana tidak semua orang sepaham dan satu suara, tidak semua orang setuju, selalu ada pihak pro dan kontra.
3.         Tiap-tiap unsur di dalam masyarakat menyumbang kepada disintegrasi dan perubahannya.
4.         Tiap-tiap masyarakat berdiri atas dasar paksaan yang dikenakan oleh segelintir anggota atas sesama anggota lain.

B.       Jenis-jenis Konflik
Setelah kita mengetahui pengertian dari konflik, kita akan menulusuri jenis-jenis konflik yaitu sebagai berikut:
1.         Konflik rasial “vertikal”
Konfik rasial “vertikal” terjadi antara kelompok rasial yang dominan, yang bertempat tinggi diatas tangga sosial, dan kelompok rasial yang  diperintah, yang bertempat dibawahnya. Demikianlah konflik antara orang-orang putih  dan orang-orang hitam ditanah jajahan atau negara-negara  pseudekolonial, Amerika Serikat bagian selatan atau Republik Afrika Selatan. Demikian  konflik antara orang-orang bukan yahudi dan yahudi di dalam negara-negara antisemiti, demikian konflik antara minoritas-minoritas rasial tertentu dan ras dominan didalam bangsa-bangsa “polyetnik”.

2.      Konflik rasial “horizontal”
Teori-teori rasis diberikan dalam usaha untuk membenarkan konflik ini dengan membela bahwa ras yang dominan secara politik adalah ras dengan hak moral untuk berkuasa karena dia superior. Kepalsuan teori rasial menghancurkan usaha ini untuk menyembunyikan kebenaran, akan tetapi dia tidak menghapus konflik-konflik. Tidaklah cukup untuk membuktikan bahwa resume mempunyai validitas ilmiah untuk mengakhiri dominasi ras-ras tertentu terhadap ras-ras yang lain. Namun, dominasi ini agak lebih sukar dipertahankan bilamana dicopot dan pembenaran moral. Didalam  konflik-konflik rasial kita disebut sebagai “horizontal”.

3.         Konflik antara kelompok-kelompok horizontal
Kelompok horizontal ini, antagonisme berkembang, banyak yang bercorak politik yaitu, dengan tujuan merebut kekuasaan atau keuntungan yang berasal dari kekuasaan. Antagonisme tertentu dikalangan kelompok-kelompok horizontal kurang atau lebih menjadi tameng bagi antagonisme dan jenis lain, seperti konflik kelas. Akan tetapi yang lain adalah kenyataan  tersendiri. Konflik antara kelompok-kelompok horizontal memainkan peranan penting didalam pengembangan antagonisme politik inilah kasus dengan konflik internasional.

4.      Konflik antara kelompok-kelompok teritorial
Kebanyakan komunitas manusia dibagi-bagi lagi menjadi kelompok-kelompok teritorial: bangsa-bangsa didalam masyarakat internasional propins, daerah dan distrik didalam bangsa-bangsa, komite didalam asosiasi. Meskipun kelompok-kelompok teritorial ini tidak sama dalam ukuran dan kekuasaan, pada umumnya mereka sama dari titik teoretis, dengan demikian merupakan kelompok horizontal seiring antar kelompok-kelompok teritorial memberikan sumbangan yang sangat banyak antagonisme politik: kadang-kadang, mereka sebagian menyembunyikan pesaing-pesaing dari berbagai jenis, akan tetapi mereka selalu mempunyai kenyataan dalam dirinya sendiri.

C.       Faktor Penyebab Konflik
Faktor-faktor yang menyebabkan konflik adalah sebagai berikut:
1.         Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak sealau sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas music dilingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
 2.         Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
 3.         Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
 4.         Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses induustrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
D.      Dampak Dari Konflik
Berikut ini merupakan dampak terjadinya konflik dalam masyarakat, yaitu :
1.         Bertambahnya solidaritas intern dan rasa in group suatukelompok. Apabila terjadi pertentangan antarkelompok, solidaritas antaranggota masing-masing kelompok akan meningkat sekali. Solidaritas di dalam suatu kelompok yang pada situasi normal sulit dikembangkan akan berlangsung meningkat pesat saat terjadinya konflik dengan pihak-pihak luar.
2.         Memudahkan perubahan kepribadian individu. Hal itu terjadi apabila ada konflik-konflik antarkelompok. Individu-individu dalam tiap-tiap kelompok akan mengubah kepribadiannya untuk mengidentifikasikan dirinya secara penuh dengan kelompoknya.
3.         Goyah dan retaknya persatuan kelompok apabila terjadi konflik antargolongan dalam satu kelompok.
4.         Menimbulkan dampak psikologis yang negatif, seperti perasaan tertekan sehingga menjadi siksaan terhadap mentalnya, stress, kehilangan rasa percaya diri, rasa frustasi, cemas, dan takut. Hal ini dapat terjadi pada pribadi-pribadi individu yang tidak tahan menghadapi situasi konflik.
5.         Mematikan semangat kompetisi dalam masyarakat karena pribadi yang mendapat tekanan psikologis akibat konflik cenderung pasrah dan putus asa.
6.         Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. Hal tersebut terjadi apabila konflik telah mencapai pada tahap kekerasan, seperti perang. Bentrok antarkelompok masyarakat, dan konflik antarsuku bangsa.
7.         Munculnya akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak. Keadaan tersebut akan muncul apabila ada tanda-tanda sebagai berikut:
·         Akomodasi akan muncul apabila kekuatan pihak-pihak yang bertentangan seimbang.
·         Dominasi akan muncul apabila terjadi ketidakseimbangan antara kekuatan-kekuatan pihak yang mengalami konflik.
·         Munculnya kekuatan-kekuatan dari pihak yang mendominasi konflik akan menyebabkan takluknya salah satu pihak terhadap kelompok pemenang.
E.       Strategi Penyelesaian Konflik
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama atau tidak kerjasama dan tegas atau tidak tegas. Dengan dua dimensi tersebut ada lima macam pendekatan penyelesaian konflik, yaitu :
1.         Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.

2.         Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.

3.         Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lainnya menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.

4.         Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.

5.         Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain. 

F.     Cara Penanganan Konflik
Setiap terjadi konflik, tentunya kita perlu untuk menangani. Berikut cara penanganan konflik:
·           Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
·           Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
·           Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti: menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
·           Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
·           Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
·           Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
·           Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
·           Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.

G.    Metode Penanganan Konflik
Ada tiga metode penyelesaian konflik yang sering digunakan, yaitu dominasi atau penekanan, kompromi, dan pemecahan masalah integratif. Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Ø  Kekerasan (forcing) yang bersifat penekanan otokratik.
Ø  Penenangan (smoothing), merupakan cara yang lebih diplomatis.
Ø  Penghindaran (avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas.
Ø  Aturan mayoritas (majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.
Ø  Kompromi, manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak yang bertikai.

H.    Daerah Yang Sering Terjadi Konflik Di Indonesia dan Dunia
1.         Konflik yang terjadi di Indonesia
No
Nama konflik
Tempat terjadi
Hari /tanggal
Tahun
1.
Penerbitan uu no.5

Aceh
-
1974-1979
2.
GAM(gerakan aceh merdeka)

Aceh
-
1976
3.
Konflik sosial(antar desa)

Tegal
Senin/10 juli
2000
4.
Konflik antar kampung

Cilacap
Kamis/6 juli
2000
5.
Konflik sosial antara komunitas dayak dengan madura

Kalimantan Tengah
-
2001
6.
Konflik sosial antara komunitas islam-kristen

Maluku
-
1999
7.
Konflik sosial antara komunitas islam-kristen

Sulawesi Tengah
-
1998

8.
DOM
Aceh Utara,Aceh Timur,dan Pidie
-
1989-1998
9.
Simpang KKA
Aceh Utara
-
1999

10.


Pembantain Tgk bantaqiah dan santrinya
Aceh Barat
-
1999
11.
Pembantaian idi cut
Aceh Timur
-
1999

12.
Konflik sosial
Lampung Tengah
27 November
2014


13.
Konflik sosial
Jakarta
7 September
2013




2.         Konflik Pertama Di Dunia
Perang Dunia Pertama berlangsung antara tahun 1914-1918 dan hanya berlaku dalam kalangan negara-negara Eropah saja. Negara-negara Eropa yang terlibat dalam peperangan ini ialah Jerman, Britain, Rusia, Perancis, Austria-Hungary, Serbia, Itali, Belgium dan Turki. Negara-negara di Asia dan Afrika turut dilibatkan apabila wilayah di kedua-dua benua tersebut menjadi rebutan negara-negara Eropa untuk dijadikan tanah jajahan. Perang Dunia Pertama melibat dua pihak yaitu Triple Alliance (Perikatan Tiga Kuasa) dan Triple Entente (Pakatan Tiga Kuasa). Akhirnya, Triple Entente yang dipimpin oleh Rusia berjaya menewaskan Triple Alliance yang diketuai oleh Jerman.
Korban Nyawa dan Kecederaan Perang Dunia Pertama banyak mengorbankan nyawa. Kira-kira 8.5 juta tentera terkorban dan 12.5 juta orang awam terkorban. Dari segi harta benda pula, peperangan ini mengakibatkan kemusnahan yang bernilai AS$ 36 760 juta. Britain kehilangan 750,000 rakyatnya, yaitu 9% daripada jumlah penduduk lelakinya yang berumur 45 tahun ke bawah manakala bilangan yang cedera dianggarkan berjumlah 2 juta orang. Lebih kurang 1.4 juta rakyat Perancis menjadi korban dan 3.5 juta cedera. Angka ini melibatkan hampir 10% jumlah rakyat lelakinya yang cerdas dan ini merupakan satu kehilangan besar kepada Perancis. Tambahan pula,Perancis mengalami kadar pertumbuhan penduduk yang rendah.
3.         Daerah Paling Rawan Konflik Di Dunia
·      Perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan
Korean Demilitarized Zone (DMZ) merupakan perbatasan antara negara korea utara dan korea selatan. Tapi masih banyak orang yang hingga saat ini masih sulit membedakan antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Dua negara korea ini sudah sangat lama berseteru semenjak kedua negara tersebut terpisah dan membentuk negara masing-masing, wilayah ini membentang sepanjang 250 km dengan lebar 4 km. Sampai saat ini pun kedua negara tersebut masih mengalami konflik yang berkepanjangan.

·      Perbatasan Antara India dan Pakistan

Negara india dan pakistan mempunyai ketidaksukaan satu sama lain, perbatasan kedua negara ini disebut Wagah Border. Sulitnya hubungan antara kedua negara ini menyebabkan daerah perbatasan antara dua negara ini terutama daerah Kashmir menjadi bahaya untuk turis pendatang.
Namun lucunya, terdapat upacara penutupan gerbang perbatasan antara kedua negara ini yang sering menjadi daya tarik wisatawan.

 

·      Perbatasan AS - Meksiko

Sejak pihak militer mengambil alih pengamanan perbatasan, di perbatasan ini mulai terjadi konflik antara AS dan Meksiko dan wilayah ini terkenal sebagai lokasi Drug War. Perang ini diakibatkan oleh sengketa wilayah oleh para penyelundup obat-obat terlarang oleh kartel-kartel besar baik dari Meksiko, maupun dari Amerika Serikat. Perbatasan ini masih menjadi wilayah rawan konflik, dan juga masih membuat kedua negara bertetangga ini dalam keadaan tidak nyaman satu sama lain.

·      Perbatasan Kolombia dan Ekuador

Perbatasan antara kolombia dan ekuador ini merupakan perbatasan negara paling sibuk dan paling berbahaya. Ekuador ini juga termiliterisasi ketat.
Tapi yang tidak biasa, para unit militer ini selalu sibuk berkonflik ria dengan pemberontak FARC yang terkenal dengan perdagangan obat-obatan terlarangnya. Sepertinya masalah obat-obat terlarang merupakan masalah utama bagi kedua negara ini.

4.         Daerah Paling Rawan Konflik Di Indonesia
Terdapat 6 daerah di bawah ini adalah daerah yang sering terjadi konflik, daerah yang sering terjadi kericuhan, atau daerah yang rawan / sering terjadi kerusuhan.

1.         Papua – Kerusuhan Tolikara
2.         Sulawesi Tengah – Pilkada / sosial etnis
3.         Jawa barat  – kemiskinan
4.         Jawa Tengah – Sengketa lahan
5.         DKI Jakarta – Tawuran
6.         Sumatera Utara – penggusuran

  
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Konflik dapat diatasi, ada beberapa strategi dalam menyelesaikan konflik yaitu akomodasi, kompetisi, seharing dan lain sebagainya.

B.       Saran
Janganlah sering membuat masalah yang dapat menimbulkan konflik. Apabila ingin menyelesaikan sebuah konflik maka selesaikanlah dengan cara yang baik seperti cara kompetisi, akomodasi, sharing, kolaborasi dan penghindaran, karena merupakan suatu cara penyelesaian konflik dan juga berdampak positif bagi kita semua.

   

DAFTAR PUSTAKA
Syafiie, I.K. 1997. Ilmu Politik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kweit, M.G dan Robert.W. Kweit. 1986. Konsep dan Metode Analisa Politik. Jakarta: Bina Aksara.
Duverger, M. 2002. Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Coser, L. 1956. The Function of Social Conflict. New York: Free Press.
Dahrendorf, R. 1986. Konflik dan Konflik dalam Masyarakat Industri. Jakarta: CV Rajawali Pers.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kelebihan dan kekurangan komik sebagai media pembelajaran

Kelebihan dan kekurangan Komik Menurut Rohani (1997:21) Media komik merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dipahami,...