BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Konflik adalah suatu peristiwa yang hampir setiap tahun terjadi di
dunia. Konflik terjadi karena perbedaan pendapat antarsesama, tidak adanya
toleransi dan sebagainya. Contoh konflik dalam kehidupan sehari-hari yang
paling sederhana adalah berkelahi, saling mencaci-maki, saling menghina,
sehingga konflik semakin rumit. Sulit
mencegah konflik, karena pencegahannya dimulai dari individu masing-masing.
Misalnya konflik batin, terjadi suatu hal yang aneh dalam diri sehingga timbul konflik
antara batin dan fisik, yaitu tidak saling menerima antara keduanya. Begitu
pula konflik yang terjadi dalam kehidupan ini.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut
ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain
sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,
konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan
kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi.
Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik
yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak
sempurna dapat menciptakan konflik.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa itu konflik?
2.
Apa sajakah jenis-jenis konflik?
3.
Apa sajakah faktor yang menyebabkan konflik?
4.
Apa dampak konflik dalam kehidupan?
5.
Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan konflik?
6.
Bagaimana cara penanganan konflik?
7.
Apa metode yang digunakan untuk menangani
konflik?
8.
Dimanakah daerah rawan konflik di Indonesia dan
dunia?
C. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan permasalahan di atas,
maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui pengertian konflik dan jenis-jenis
konflik.
2.
Mendeskripsikan latar belakang terjadinya
konflik dan faktor- faktor penyebab konflik.
3.
Menyelidiki dampak terjadinya konflik dan strategi
menyelesaikan konflik.
4.
Mengetahui cara penanganan konflik dan metode
yang digunakan untuk menangani konflik.
5.
Mengetahui daerah yang rawan konflik di Indonesia
dan dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Konflik
Menurut Syafiie (1997:22) menyatakan, “Konflik adalah perselisihan
menegenai nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan berkenaan dengan status,kuasa,dan
sumber-sumber kekayaan yang persediaannya tidak hanya bermaksud untuk
memperoleh barang yang diinginkan, melainkan juga memojokkan, merugikan atau
menghancurkan lawan mereka”.
Menurut Kweit (1986:149) menyatakan, “Konflik adalah suatu pola
interaksi yang terjadi bilamana ada perbedaan pendapat (ketidaksesuaian
pendapat) tentang alokasi sumber-sumber yang langka”.
Konflik dapat berlangsung antara individu-individu, kumpulan-kumpulan
atau individu dengan kumpulan. Bagaimanapun konflik baik bersifat antar
kelompok maupun yang intra kelompok, selalu ada ditempat orang hidup bersama.
Konflik disebut sebagai unsur interaksi yang penting dan sama sekali
tidak boleh dikatakan bahwa konflik selalu tidak baik atau memecahkan belah
atau merusak. Justru konflik dapat menyumbang banyak kepada kelestarian
kelompok dan mempererat hubungan antara anggotanya.
Sebenarnya telah lama kita ketahui bahwa hal seperti menghadapi musuh
bersama mengintegrasikan solidaritas dan keterlibatan, dan membuat orang lupa
akan perselisihan intern mereka.
Sosiologi konflik membedakan dengan tegas antara perasaan-perasaan
subjektif seperti amarah, kebencian, antipasti, keinginan akan balas dendam,
dan sebagainya dengan relasi-relasipertentangan yang objektif yang membuat
mereka berselisih. Teori konflik dan teori fungsional bukanlah saling menolak,
melainkan saling melengkapi.
Dari sisi lain Dahrendorf melihat, ia menyebut teori konflik atau teori
koersif (paksaan) yang berisikansendiri dan pengertian-pengertian berikut:
1.
Tiap-tiap masyarakat disegala bidang mengalami
proses-proses perubahan, perubahan
terdapat dimana-mana.
2.
Tiap-tiap masyarakat memperlihatkan perbantahan
dan konflik disegala bidangnya. Konflik sosial ada dimana-mana tidak semua
orang sepaham dan satu suara, tidak semua orang setuju, selalu ada pihak pro
dan kontra.
3.
Tiap-tiap unsur di dalam masyarakat menyumbang
kepada disintegrasi dan perubahannya.
4.
Tiap-tiap masyarakat berdiri atas dasar paksaan
yang dikenakan oleh segelintir anggota atas sesama anggota lain.
B. Jenis-jenis Konflik
Setelah kita mengetahui pengertian dari konflik, kita akan menulusuri
jenis-jenis konflik yaitu sebagai berikut:
1.
Konflik rasial
“vertikal”
Konfik rasial “vertikal” terjadi antara kelompok rasial yang dominan, yang bertempat tinggi diatas tangga sosial, dan kelompok rasial yang
diperintah,
yang bertempat dibawahnya. Demikianlah konflik antara
orang-orang
putih dan orang-orang hitam ditanah jajahan atau negara-negara
pseudekolonial, Amerika Serikat bagian selatan atau Republik Afrika Selatan. Demikian konflik antara orang-orang bukan yahudi dan yahudi di dalam
negara-negara
antisemiti, demikian konflik antara
minoritas-minoritas rasial tertentu dan ras dominan didalam bangsa-bangsa “polyetnik”.
2.
Konflik rasial
“horizontal”
Teori-teori rasis diberikan dalam usaha untuk membenarkan konflik ini dengan membela bahwa ras yang dominan secara politik adalah
ras dengan hak moral untuk berkuasa karena dia superior. Kepalsuan teori rasial menghancurkan usaha ini untuk menyembunyikan kebenaran, akan tetapi dia tidak menghapus konflik-konflik. Tidaklah cukup untuk
membuktikan
bahwa resume mempunyai validitas ilmiah untuk mengakhiri dominasi ras-ras tertentu terhadap ras-ras yang lain. Namun, dominasi ini agak lebih sukar dipertahankan bilamana dicopot dan pembenaran moral. Didalam konflik-konflik rasial kita disebut sebagai “horizontal”.
3.
Konflik antara
kelompok-kelompok horizontal
Kelompok horizontal ini, antagonisme berkembang, banyak yang bercorak politik yaitu, dengan tujuan merebut kekuasaan atau keuntungan yang berasal dari kekuasaan. Antagonisme tertentu dikalangan kelompok-kelompok horizontal kurang atau lebih
menjadi
tameng bagi antagonisme dan jenis lain, seperti konflik kelas. Akan tetapi yang lain adalah kenyataan tersendiri. Konflik antara kelompok-kelompok horizontal memainkan peranan penting didalam pengembangan antagonisme politik inilah kasus dengan konflik internasional.
4.
Konflik antara kelompok-kelompok teritorial
Kebanyakan komunitas manusia
dibagi-bagi
lagi menjadi kelompok-kelompok teritorial: bangsa-bangsa didalam masyarakat internasional propins, daerah dan distrik didalam bangsa-bangsa, komite didalam
asosiasi.
Meskipun kelompok-kelompok teritorial ini tidak sama dalam ukuran dan kekuasaan, pada umumnya mereka sama dari titik teoretis, dengan demikian merupakan kelompok horizontal seiring antar kelompok-kelompok
teritorial memberikan
sumbangan yang sangat banyak antagonisme politik: kadang-kadang, mereka sebagian menyembunyikan pesaing-pesaing dari berbagai jenis, akan tetapi mereka selalu mempunyai kenyataan dalam dirinya sendiri.
C.
Faktor Penyebab
Konflik
Faktor-faktor
yang menyebabkan konflik adalah sebagai berikut:
1.
Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian
dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat
menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial,
seseorang tidak sealau sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung
pentas music dilingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang
merasa terhibur.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan
yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang
atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi,
tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat
pedesaan yang mengalami proses induustrialisasi yang mendadak akan memunculkan
konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat
industri.
D.
Dampak Dari Konflik
Berikut ini merupakan dampak terjadinya
konflik dalam masyarakat, yaitu :
1.
Bertambahnya
solidaritas intern dan rasa in group suatukelompok. Apabila terjadi
pertentangan antarkelompok, solidaritas antaranggota masing-masing kelompok
akan meningkat sekali. Solidaritas di dalam suatu kelompok yang pada situasi normal sulit
dikembangkan akan berlangsung meningkat pesat saat terjadinya konflik dengan
pihak-pihak luar.
2.
Memudahkan
perubahan kepribadian individu. Hal itu terjadi apabila ada konflik-konflik
antarkelompok. Individu-individu dalam tiap-tiap kelompok akan mengubah
kepribadiannya untuk mengidentifikasikan dirinya secara penuh dengan
kelompoknya.
3.
Goyah
dan retaknya persatuan kelompok apabila terjadi konflik antargolongan dalam
satu kelompok.
4.
Menimbulkan
dampak psikologis yang negatif, seperti perasaan tertekan sehingga menjadi
siksaan terhadap mentalnya, stress, kehilangan rasa percaya diri, rasa
frustasi, cemas, dan takut. Hal ini dapat terjadi pada pribadi-pribadi individu
yang tidak tahan menghadapi situasi konflik.
5.
Mematikan
semangat kompetisi dalam masyarakat karena pribadi yang mendapat tekanan
psikologis akibat konflik cenderung pasrah dan putus asa.
6.
Hancurnya
harta benda dan jatuhnya korban manusia. Hal tersebut terjadi apabila konflik telah mencapai pada
tahap kekerasan, seperti perang. Bentrok antarkelompok masyarakat, dan konflik
antarsuku bangsa.
7.
Munculnya
akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak. Keadaan tersebut akan
muncul apabila ada tanda-tanda sebagai berikut:
·
Akomodasi
akan muncul apabila kekuatan pihak-pihak yang bertentangan seimbang.
·
Dominasi
akan muncul apabila terjadi ketidakseimbangan antara kekuatan-kekuatan pihak
yang mengalami konflik.
·
Munculnya
kekuatan-kekuatan dari pihak yang mendominasi konflik akan menyebabkan
takluknya salah satu pihak terhadap kelompok pemenang.
E.
Strategi Penyelesaian
Konflik
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin
dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama atau tidak kerjasama dan tegas
atau tidak tegas. Dengan dua dimensi tersebut ada lima macam pendekatan
penyelesaian konflik, yaitu :
1.
Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu
pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi
dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2.
Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan
kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada
pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut
adalah taktik perdamaian.
3.
Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis
antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang
lainnya menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap,
tetapi memuaskan.
4.
Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan
kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem
(problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5.
Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok.
Keadaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan
kelompok lain.
F.
Cara Penanganan
Konflik
Setiap terjadi konflik, tentunya
kita perlu untuk menangani. Berikut cara penanganan konflik:
·
Mempertegas atau menciptakan tujuan
bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja
yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
·
Meminimalkan kondisi
ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit
kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau
lebih unit kerja.
·
Memperbesar sumber-sumber organisasi
seperti: menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi
kebutuhan semua unit kerja.
·
Membentuk forum bersama untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih
membahas sebab-sebab konflik
dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
·
Membentuk sistem banding, dimana konflik
diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat
keputusan.
·
Pelembagaan kewenangan formal, sehingga
wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat
mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
·
Meningkatkan intensitas interaksi antar
unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi
dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu
sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
·
Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan
ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil
dan acceptable dalam
menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
G.
Metode Penanganan
Konflik
Ada
tiga metode penyelesaian konflik yang sering digunakan, yaitu dominasi atau
penekanan, kompromi, dan pemecahan masalah integratif. Dominasi atau penekanan
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Ø Kekerasan
(forcing) yang bersifat penekanan otokratik.
Ø Penenangan
(smoothing), merupakan cara yang lebih diplomatis.
Ø Penghindaran
(avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas.
Ø Aturan
mayoritas (majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok
dengan melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.
Ø Kompromi,
manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat
diterima oleh pihak yang bertikai.
H.
Daerah Yang Sering
Terjadi Konflik Di Indonesia dan Dunia
1.
Konflik yang terjadi di Indonesia
No
|
Nama konflik
|
Tempat terjadi
|
Hari
/tanggal
|
Tahun
|
1.
|
Penerbitan
uu no.5
|
Aceh
|
-
|
1974-1979
|
2.
|
GAM(gerakan
aceh merdeka)
|
Aceh
|
-
|
1976
|
3.
|
Konflik
sosial(antar desa)
|
Tegal
|
Senin/10
juli
|
2000
|
4.
|
Konflik
antar kampung
|
Cilacap
|
Kamis/6
juli
|
2000
|
5.
|
Konflik
sosial antara komunitas dayak dengan madura
|
Kalimantan Tengah
|
-
|
2001
|
6.
|
Konflik
sosial antara komunitas islam-kristen
|
Maluku
|
-
|
1999
|
7.
|
Konflik
sosial antara komunitas islam-kristen
|
Sulawesi Tengah
|
-
|
1998
|
8.
|
DOM
|
Aceh Utara,Aceh Timur,dan Pidie
|
-
|
1989-1998
|
9.
|
Simpang
KKA
|
Aceh Utara
|
-
|
1999
|
10.
|
Pembantain
Tgk bantaqiah dan santrinya
|
Aceh Barat
|
-
|
1999
|
11.
|
Pembantaian
idi cut
|
Aceh Timur
|
-
|
1999
|
12.
|
Konflik
sosial
|
Lampung Tengah
|
27 November
|
2014
|
13.
|
Konflik
sosial
|
Jakarta
|
7 September
|
2013
|
2.
Konflik Pertama Di Dunia
Perang Dunia Pertama
berlangsung antara tahun 1914-1918 dan hanya berlaku dalam kalangan
negara-negara Eropah saja. Negara-negara Eropa yang terlibat dalam peperangan
ini ialah Jerman, Britain, Rusia, Perancis, Austria-Hungary, Serbia, Itali,
Belgium dan Turki. Negara-negara di Asia dan Afrika turut dilibatkan apabila
wilayah di kedua-dua benua tersebut menjadi rebutan negara-negara Eropa untuk
dijadikan tanah jajahan. Perang Dunia Pertama melibat dua pihak yaitu Triple
Alliance (Perikatan Tiga Kuasa) dan Triple Entente (Pakatan Tiga Kuasa).
Akhirnya, Triple Entente yang dipimpin oleh Rusia berjaya menewaskan Triple
Alliance yang diketuai oleh Jerman.
Korban
Nyawa dan Kecederaan Perang Dunia Pertama banyak mengorbankan nyawa. Kira-kira
8.5 juta tentera terkorban dan 12.5 juta orang awam terkorban. Dari segi harta
benda pula, peperangan ini mengakibatkan kemusnahan yang bernilai AS$ 36 760
juta. Britain kehilangan 750,000 rakyatnya, yaitu 9% daripada jumlah penduduk
lelakinya yang berumur 45 tahun ke bawah manakala bilangan yang cedera
dianggarkan berjumlah 2 juta orang. Lebih kurang 1.4 juta rakyat Perancis
menjadi korban dan 3.5 juta cedera. Angka ini melibatkan hampir 10% jumlah
rakyat lelakinya yang cerdas dan ini merupakan satu kehilangan besar kepada
Perancis. Tambahan pula,Perancis mengalami kadar pertumbuhan penduduk yang
rendah.
3.
Daerah Paling Rawan Konflik Di Dunia
· Perbatasan
Korea Utara dan Korea Selatan
Korean
Demilitarized Zone (DMZ) merupakan perbatasan antara negara korea utara dan
korea selatan. Tapi masih banyak orang yang hingga saat ini masih sulit
membedakan antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Dua negara korea ini sudah sangat lama berseteru semenjak kedua negara tersebut terpisah dan membentuk negara masing-masing, wilayah ini membentang sepanjang 250 km dengan lebar 4 km. Sampai saat ini pun kedua negara tersebut masih mengalami konflik yang berkepanjangan.
Dua negara korea ini sudah sangat lama berseteru semenjak kedua negara tersebut terpisah dan membentuk negara masing-masing, wilayah ini membentang sepanjang 250 km dengan lebar 4 km. Sampai saat ini pun kedua negara tersebut masih mengalami konflik yang berkepanjangan.
· Perbatasan
Antara India dan Pakistan
Negara
india dan pakistan mempunyai ketidaksukaan satu sama lain, perbatasan kedua
negara ini disebut Wagah Border. Sulitnya hubungan antara kedua negara ini
menyebabkan daerah perbatasan antara dua negara ini terutama daerah Kashmir
menjadi bahaya untuk turis pendatang.
Namun lucunya, terdapat upacara penutupan
gerbang perbatasan antara kedua negara ini yang sering menjadi daya tarik
wisatawan.
·
Perbatasan AS - Meksiko
Sejak pihak militer mengambil alih pengamanan perbatasan, di perbatasan ini
mulai terjadi konflik antara AS dan Meksiko dan wilayah ini terkenal sebagai
lokasi Drug War. Perang ini
diakibatkan oleh sengketa wilayah oleh para penyelundup obat-obat terlarang
oleh kartel-kartel besar baik dari Meksiko, maupun dari Amerika Serikat. Perbatasan ini masih menjadi wilayah rawan konflik, dan juga
masih membuat kedua negara bertetangga ini dalam keadaan tidak nyaman satu sama
lain.
· Perbatasan Kolombia dan
Ekuador
Perbatasan antara kolombia dan
ekuador ini merupakan perbatasan negara paling sibuk dan paling
berbahaya. Ekuador ini juga termiliterisasi ketat.
Tapi yang tidak biasa, para unit militer ini selalu sibuk berkonflik ria dengan pemberontak FARC yang terkenal dengan perdagangan obat-obatan terlarangnya. Sepertinya masalah obat-obat terlarang merupakan masalah utama bagi kedua negara ini.
Tapi yang tidak biasa, para unit militer ini selalu sibuk berkonflik ria dengan pemberontak FARC yang terkenal dengan perdagangan obat-obatan terlarangnya. Sepertinya masalah obat-obat terlarang merupakan masalah utama bagi kedua negara ini.
4.
Daerah Paling
Rawan Konflik Di Indonesia
Terdapat 6 daerah di bawah ini adalah daerah yang sering terjadi konflik, daerah
yang sering terjadi kericuhan, atau daerah yang rawan / sering terjadi
kerusuhan.
1.
Papua – Kerusuhan
Tolikara
2.
Sulawesi Tengah –
Pilkada / sosial etnis
3.
Jawa barat –
kemiskinan
4.
Jawa Tengah – Sengketa
lahan
5.
DKI Jakarta – Tawuran
6.
Sumatera Utara – penggusuran
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu
dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan
lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi.
Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik
yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak
sempurna dapat menciptakan konflik. Konflik dapat diatasi, ada
beberapa strategi dalam menyelesaikan konflik yaitu akomodasi, kompetisi,
seharing dan lain sebagainya.
B. Saran
Janganlah sering membuat masalah yang dapat menimbulkan konflik. Apabila ingin menyelesaikan sebuah konflik maka
selesaikanlah dengan cara yang baik seperti cara kompetisi, akomodasi, sharing, kolaborasi dan penghindaran, karena merupakan suatu cara penyelesaian konflik dan juga berdampak positif bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Syafiie, I.K.
1997. Ilmu Politik.
Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Kweit, M.G dan Robert.W. Kweit. 1986. Konsep dan Metode Analisa Politik.
Jakarta: Bina Aksara.
Duverger, M. 2002. Sosiologi
Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Coser,
L. 1956. The Function of
Social Conflict. New York: Free Press.
Dahrendorf, R. 1986. Konflik dan Konflik dalam Masyarakat Industri.
Jakarta: CV Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar