BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi bencana
menurut UU No. 24 tahun 2007). Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur,
yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang di picu oleh suatu kejadian.Posisi
geografis menyebabkan Indonesia berada pada belahan bumi dengan iklim monsoon
tropis yang sangat sensitif terhadap anomali iklim El-Nino Southern Oscillation
(ENSO). ENSO menyebabkan terjadinya kekeringan apabila kondisi suhu permukaan
laut di Pasifik Equator bagian tengah hingga timur menghangat (El Nino).
Kekeringan adalah keadaan
kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan
(beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Musim kemarau yang panjang akan
menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan
(evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.Kekeringan dapat
menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber
pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya.
Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan
kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian, suatu
kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang
signifikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
kekeringan ?
2. Apa saja tanda-tanda
kekeringan ?
3. Apa saja faktor penyebab
kekeringan ?
4. Bagaimana dampak kekeringan dan
akibat bagi kehidupan ?
5. Bagaimana usaha untuk menangani atau
penanggulangan bencana
kekeringan ?
6. Kapan
dan dimana saja pernah terjadi kekeringan di dunia maupun di
Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud
dengan kekeringan.
2. Untuk mengetahui tanda-tanda
terjadinya kekeringan.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab
kekeringan.
4. Untuk mengetahui dampak dan
akibat bagi kehidupan.
5. Untuk mengetahui usaha menangani
dan menanggulangi bencana
kekeringan.
6. Untuk mengetahui kapan dan dimana saja
pernah terjadi kekeringan baik di
dunia maupun di Indonesia.
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan agar dapat berguna
bagi penulis sendiri, pembaca, serta mahasiswa-mahasiswi lainnya. Agar dapat
memahai lebih lagi tentang bencana kekeringan, bagaimana menghadapi kekeringan,
mencengah agar tidak terjadi kekeringan, dimana saja pernah terjadi kekeringan,
dan juga banyak berdampak negatif bagi kehidupan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kekeringan
Kekeringan
merupakan salah satu bencana yang sulit dicegah dan datang berulang. Secara
umum pengertian kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah dari
kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan. Kekeringan merupakan salah satu fenomena yang terjadi sebagai
dampak penyimpangan iklim global. Kekeringan juga dapat di artikan sebagai
keadaan kekurangan pasokan air pada suatu
daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun).
Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di
bawah rata-rata. Musim kemarau yang
panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan
habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi,
ataupun penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila
mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan
akibat gangguan pada pertanian dan
ekosistem
yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi
dan ekologi
kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam
setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun, suatu kekeringan yang singkat tetapi
intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.
2.2
Jenis-jenis Kekeringan
Menurut Shelia B. Red (1995)
kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu : kekeringan
meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan pertanian, dan kekeringan
sosial ekonomi.
1. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan
pada tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata –
rata dan lamanya periode kering. Perbandingan ini haruslah bersifat khusus
untuk daerah tertentu dan bisa diukur pada musim harian dan bulanan, atau
jumlah curah hujan skala waktu tahunan. Kekurangan curah hujan sendiri, tidak
selalu menciptakan bahaya kekeringan.
2. Kekeringan hidrologis mencakup berkurangnya sumber -sumber air seperti
sungai, air tanah, danau dan tempat-tempat cadangan air. Definisinya mencangkup
data tentang ketersediaan dan tingkat penggunaan yang dikaitkan dengan kegiatan
wajar dari sistem yang dipasok (sistem domestik, industri, pertanian yang
menggunakan irigasi). Salah satu dampaknya adalah kompetisi antara pemakai air
dalam sistem-sistem penyimpanan air ini.
3. Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan
hidrologi terhadap produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini terjadi
ketika kelembapan tanah tidak mencukupi untuk mempertahankan hasil dan
pertumbuhan rata - rata tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman, bagaimanapun juga,
tergantung pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan dan sarana- sarana tanah.
Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa diukur karena rumitnya
pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang bisa mengurangi
hasil seperti hama, alang-alang, tingkat kesuburan tanah yang rendah dan harga
hasil tanaman yang rendah. Kekeringan kelaparan bisa dianggap sebagai satu
bentuk kekeringan yang ekstrim, dimana kekurangan banjir sudah begitu parahnya
sehingga sejumlah besar menusia menjadi tidak sehat atau mati. Bencana kelaparan
biasanya mempunyai penyebab-penyebab yang kompleks sering kali mencangkup
perang dan konflik. Meskipun kelangkaan pangan merupakan faktor utama dalam
bencana kelaparan, kematian dapat muncul sebagai akibat dari pengaruh -
pengaruh yang rumit lainnya seperti penyakit atau kurangnya akses dan jasa -
jasa lainnya.
4. Kekeringan
sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan akan barang -
barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan diatas. Ketika
persediaan barang - barang seperti air, jerami atau jasa seperti energi listrik
tergantung pada cuaca, kekeringan bisa menyebabkan kekurangan. Konsep
kekeringan sosioekonomi mengenali hubungan antara kekeringan dan aktivitas –
aktivitas manusia. Sebagai contoh, praktek-
praktek penggunaan lahan yang jelek semakin memperburuk dampak-dampak
dan kerentanan terhadap kekeringan di masa mendatang.
2.3 Penyebab Terjadinya Bencana Kekeringan
Faktor
penyebab kekeringan adalah :
1. Adanya penyimpangan iklim.
Penyimpangan iklim, menyebabkan produksi
uap air dan awan di sebagian bervariasi dari kondisi sangat tinggi ke rendah
atau sebaliknya. Ini semua menyebabkan penyimpangan iklim terhadap kondisi
normalnya. Jumlah uap air dan awan yang rendah akan berpengaruh terhadap curah
hujan, apabila curah hujan dan intensitas hujan rendah akan menyebabkan
kekeringan.
2. Adanya gangguan keseimbangan
hidrologis
Gangguan keseimbangan hidrologis,
kekeringan juga dipengaruhi oleh adanya gangguan hidrologis seperti:
a. Terjadinya
degradasi Daerah Aliran Sungai (DAS) terutama bagian hulu mengalami alih fungsi
lahan dari bervegetasi menjadi non vegetasi yang menyebabkan terganggunya
sistem peresapan air tanah.
b. Kerusakan
hidrologis daerah tangkapan air bagian hulu menyebabkan waduk dan saluran
irigasi terisi sedimen, sehingga kapasitas tampung air menurun tajam.
c. Rendahnya
cadangan air waduk yang disimpan pada musim penghujan akibat pendangkalan
menyebabkan cadangan air musim kemarau sangat rendah sehingga memicu terjadinya
kekeringan.
3.
Lapisan Tanah Tipis
Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah
tidak akan bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih
cepat mengalami penguapan
oleh panas matahari. Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di daerah
pegunungankars,karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas yang tipis.
4.
Air tanah dalam
Air hujan yang jatuh pada saat musim
penghujan, akan meresap jauh ke dalam lapisan bawah tanah mengingat selain
hanya mampu menyimpan air dengan intensitas yang terbatas, tanah juga tidak
mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lebih lama. Hal ini menyebabkan
aliran-aliran air di bawah tanah (sungai bawah tanah) yang dalam, sehingga
tanaman tidak mampu menyerap air pada saat musim kemarau,
karena akar yangdimiliki tidak mampu menjangkaunya. Air tanah yang dalam
menyebabkan sumber-sumber mata air mengalami kekeringan di musim kemarau,karena
air yang terdapat jauh di bawah lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga
kalaupun ada sumber mata air yang tidak mengalami kekeringan pada musim
kemarau, itu jumlahnya terbatas.
5. Tekstur Tanah Kasar
Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu
menyimpan air dengan jangka waktu yang lama.Karena air hujan yang turun akan
langsung mengalir ke dalam, karena tanah tidak mampumenahan laju air. Di lain
sisi, air yang terkandung dalam tanah yang memiliki tekstur yangkasar akan
mengalami penguapan relatif lebih cepat, karena rongga-rongga tanah jelaslebih
lebar dan sangat mendukung terjadinya proses penguapan.
6. Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai andil terhadap
terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi tertentuseperti ketela pohon yang
menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih banyak,daripada tanaman lain,
tentunya akan sangat menguras kandungan air dalam tanah.Dan lebih parahnya,
penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah pegunungan karstyang rawan
akan bencana kekeringan.Vegetasi lain yang dapat memicu kekeringan adalah tanaman
bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat rumit, dan menutupi permukaan tanah
(lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman lain
untuk tumbuh sangat kecil. Dengan demikian tanaman yang seharusnya berfungsi untuk
menyimpan air tidak ada atau terbatas jumlahnya.
7.
Topografi
Topografi atau tinggi rendah suatu
daerah sangat berpengaruh terhadap kandungan air tanah yang dimiliki.
Biasanya daerah yang rendah akan memiliki kandungan air tanah yang lebih banyak
daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan karena air hujanyang
diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah.Oleh karena itu air akan lebih banyak terserap oleh tanah di dataran
yang lebih rendah. Dengan kata lain di dataran tinggi kemungkinan terjadi
bencana kekeringan lebih besar daripada di dataran rendah. Karena dataran
tinggi tidak mampu menyimpan air lebih lama.
Kekeringan
diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, baik akibat alamiah dan akibat ulah
manusia.
1. Akibat Alamiah
a. Kekeringan
Meteorologis; berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu
musim. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama adanya
kekeringan.
b. Kekeringan
Hidrologis; berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah.
Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan
elevasi muka air tanah. Terdapat tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai
menurunnya elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah.
Kekeringan hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
c. Kekeringan
Pertanian; berhubungan dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air dalam
tanah), sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode
waktu tertentu pada wilayah yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah
gejala kekeringan meteorologi.
d. Kekeringan
Sosial Ekonomi; berkaitan dengan kekeringan yang memberi dampak terhadap
kehidupan sosial ekonomi, seperti: rusaknya tanaman, peternakan, perikanan,
berkurangnya tenaga listrik dari tenaga air, terganggunya kelancaran
transportasi air, dan menurunnya pasokan air baku untuk industri domestik dan
perkotaan.
e. Kekeringan
Hidrotopografi; berkaitan dengan perubahan tinggi muka air sungai antara musim
hujan dan musim kering dan topografi lahan.
2.
Akibat Ulah Manusia
a. kebutuhan
air lebih besar daripada pasokan yang direncanakan akibat ketidak taatan
penguna terhadap pola tanam atau pola penggunaan air.
b. Kerusakan
kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akibat perbuatan manusia.
2.4
Dampak Bencana Kekeringan
1. Kesehatan buruk
akibat kurangnya air bersih sebagai sumber kehidupan
utama rumah tangga. Sengatan panas karena kenaikan suhu udara, dehidrasi karena
kekuarangan asupan oksigen dari air dan udara bersih merupakan ancaman yang
serius. Bahkan, kelaparan dan kekurangan gizi pada wilayah-wilayah tertentu
bisa terjadi karena karakter alam tanah yang semula memang kering.
2.
Perekonomian menurun
kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan pertanian
sawah dan ladang berpangaruh pada menurunnya produksi hasil tani terjadinya
puso dan gagal panen sehingga berpengaruh pada berkurangnya pendapatan para petani
dan buruh tani. Bagi lahan-lahan pertanian di Jawa Barat, dampak kekeringan ini
sudah di alami masyarakat dan kaum tani pedesaan.
3.
Konflik sosial di masyarakat.
Masyarakat akan melakukan tindakan-tindakann sendiri
karena air merupakan kebutuhan dasar manusia. Di beberapa daerah yang terkadang
disaksikan di berita adanya masyarakat yang haus air melakukan
tindakan-tindakan untuk mendapatkan air.
Adapun
dampak kekeringan pada beberapa sektor, yaitu :
Sektor Ekonomi :
1.
Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu,
ternak, kayu, dan perikanan.
2.
Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional
3.
Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena
secara langsung
4.
Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi
5.
Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan
meningkatkan biaya-biaya energy
6.
Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi
pertanian
7.
Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga
pangan
8.
Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang
terkait dengan kekeringan
9.
Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan
meningkatnya kejenuhan pada lembaga-lembaga keuangan
Sektor Lingkungan :
1.
Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang
2.
Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah
3.
Kerusakan spesies tanaman
4.
Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi)
5.
Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu,
polutan, berkurangnya daya pandang)
Sektor Sosial :
1. Pengaruh-pengaruh kekurangan
pangan ( kekurangan gizi, kelaparan)
2.
Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi
yang terkait dengan kekeringan
3.
Konflik di antara penggunan air
4.
Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air
5.
Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak
kekeringan dan bantuan pemulihan
6. Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di
daerah pedesaan
7. Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya
kualitas hidup
8. Kekacauan social, perselisihan sipil
9. Migrasi penduduk untuk mendapatkan
pekerjaan atau bantuan pemulihan
2.5 Cara Mencegah Bencana Kekeringan
1.
Membuat penampungan air
(embung) yang berfungsi sebagai penampung air saat hujan. Embung dapat menjadi
penyedia air pada saat musim kemarau tiba. Tentu, kapasitas air yang tersedia
tergantung dari luas areal dari Embung itu sendiri. Artinya, semakin besar kapasitas
Embungnya , maka persedian air semakin banyak sehingga lahan yang dialiri
airnya juga cukup luas.
2.
Melakukan perbaikan
saluran dan sarana irigasi. Karena saat ini banyak sekali saluran dan sarana irigasi
yang rusak. Perbaikan saluran irigasi itu sangat diperlukan, jika tidak
diperbaiki akan memperbanyak kebocoran air di perjalanan. Sebab, air banyak
meresap dan terbuang ke dalam tanah sehingga semakin ke hilir debit airnya
makin berkurang. Perbaikan saluran yang rusak dapat mempertahankan debit air
dari hulu hingga ke hilir.
3. Mengatasi pendangkalan waduk. Karena jika waduknya dangkal
akan berpengaruh terhadap daya tampung atau volume air.
4. Proses penghijauan dan mengurangi konversi lahan di daerah
hulu. Tanaman yang ditanam pada lahan-lahan kosong dapat menjaga dan mengikat
butiran tanah saat terjadi hujan. Tanaman yang rapat juga bisa meningkatkan
kemampuan tanah dalam menyerap air hujan. Ini akan mengurangi aliran permukaan
dan penguapan sehingga air tanah akan tersedia lebih lama. Sebaliknya, konversi
lahan di derah hulu dapat mengurangi kemampuan lahan dalam menyerap air hujan.
Akibatnya, pada saat musim hujan, air lebih banyak dialirkan melalui permukaan
dan pada saat musim kemarau air cepat mengering.
5. Membangun Hutan Kota. Wilayahnya bisa dikembangkan di pusat
kota, tetapi bisa juga bisa dibangun pada pinggiran kota. Hutan Kota sengaja
dibuat untuk memperbaiki dan memelihara lingkungan kota. Hutan Kota penting
untuk keseimbangan ekologi manusia dalam berbagai hal seperti, kebersihan
udara, ketersediaan air tanah, pelindung terik matahari, kehidupan satwa dalam
kota dan juga sebagai tempat rekreasi.
6. Memberikan
peringatan dini akan terjadinya kekeringan. Peringatan dini oleh instansi
pemerintah (nasional dan daerah) sangat penting dilakukan. Adanya peringatan
dini dapat memberikan pertimbangan dan informasi bagi para petani kapan harus
menanam dan kapan tidak boleh menanam, sehingga tanamannya tetap aman dan tidak
terjebak oleh musim kemarau.
7. Mengintensipkan
pembuatan kincir air. Pada beberapa tempat di Indonesi, pembuatan kincir air
pada aliran sungai sudah dilakukan guna mengatasi kekurangan air bagi lahan
pertanian. Pembuatan kincir ini hendaknya disosialisasikan oleh pemerintah
kepada daerah lain yang memiliki aliran sungai, tapi belum membuatnya. Meski
pengadaan bahan bakunya murah dan mudah didapat, pembuatan kincir ini sering
mendapat kendala, yakni mengeringnya sungai. Karena itu, penghijauan di daerah
hulu merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam mengatasi kekurangan air
akibat kekeringan.
8. Memanfaatkan
sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
9.
Memprioritaskan pemanfaatan sumber air
yang masih tersedia sebagai air bakuuntuk air bersih.
10. Menanam
pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada di lingkungan
tinggal kita.
11. Membuat
waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
12. Memperbanyak
resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester semen atau ubin keramik.
13. Kampanye
hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air.
14. Membangun/rehabilitasi/pemeliharaan
jaringan irigasi.
15. Pembangunan sumur.
2.6 Cara Menanggulangi Bencana
Kekeringan
1. Bantuan sarana produksi pertanian.
2. Bantuan
modal kerja.
3. Bantuan
pangan dan pelayanan medis.
4. Pembangunan
prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa,dll.
5. Pelaksanaan
konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.
6. Penggunaan
air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
7. Penciptaan
alat-alat sanitasi yang hemat air.
8. Penertiban
penggunaan air.
A. Upaya
Non Fisik
Upaya non fisik
merupakan upaya yang bersifat pengaturan, pembinaan dan pengawasan, diantaranya
adalah:
1.
Menyusun neraca air regional secara
cermat.
2.
Menentukan urutan prioritas alokasi
air.
3.
Menentukan pola tanam
dengan mempertimbangkan ketersediaan air.
4.
Menyiapkan pola operasi sarana
pengairan.
5.
Memasyarakatkan gerakan hemat air dan
dampak kekeringan.
6.
Menyiapkan cadangan/stok pangan.
7.
Menyiapkan lapangan kerja sementara.
8.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
upaya penanganan kekeringan.
B. Upaya
Fisik Darurat
Upaya penanganan
kekeringan yang bersifat fisik darurat/sementara diantaranya adalah:
1.
Penyemaian hujan buatan di daerah
tangkapan hujan yang mempunyaiwaduk/reservoir, sehingga hujan yang terbentuk
airnya dapat ditampung.
2.
Pembuatan sumur pantek, untuk mendapatkan
air.
3.
Penyediaan pompa yang ovable di areal
dekat sungai atau danau, sehingga pompa tersebut dapat dipergunakan secara
bergantian untuk memperoleh air.
4.
Operasi penyediaan air minum dengan
mobil tangki untuk memasok air padadaerah-daerah kering dan kritis.
C. Upaya
Fisik Jangka Panjang
Upaya penanganan
kekeringan yang bersifat jangka panjang diantaranya adalah:
1.
Pembangunan prasarana pengairan, seperti
waduk, bendung karet, saluran pembawa, dan lain-lain.
2.
Pelaksanaan konservasi air dan sumber
air di daerah tangkapan hujan.
3.
Penggunaan air secara hemat dan
berefisiensi tinggi.
4.
Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat
air.
2.7 Wilayah Indonesia Yang Rentan
Terkena Bencana Kekeringan
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Sebagian wilayah di Indonesia yang rawan terkena bencana kekeringan,
yaitu provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta Jawa Tengah
terjadi di Demak, Grobogan dan Wonogiri, di Jawa Barat terjadi di Bekasi,
Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Kuningan, Sumedang, Majalengka dan
Bandung bagian Timur. Lalu di provinsi Banten daerah yang rawan kekeringan
yaitu Cilegon dan Serang.
2.8 Daerah-Daerah di Dunia Yang Pernah Mengalami
Bencana Kekeringan
1. Kekeringan di Cape Verde (Abad ke-18
dan Abad ke-19)
Tiga
bencana kekeringan yang terjadi Cape Verde telah menyebabkan lebih dari 100.000
orang meninggal karena kelaparan. Bencana kekeringan ini mendorong migrasi
penduduk ke Inggris untuk untuk bekerja di industri penangkapan ikan paus.
2. Kekeringan
di India (1896–1901)
Selama 5
tahun, bencana kekeringan telah merenggut lebih kurang 8.250.000 nyawa dengan
kasus kematian per hari sebanyak 4700. Awalnya, orang-orang kelaparan yang
berasal dari wilayah paling parah terpaksa berpindah ke wilayah lain yang
memiliki sesuatu untuk dimakan. Mereka menyantap tanaman kaktus, akar-akaran,
buah arbei, bahkan rumput. Kelaparan ini juga memaksa orang-orang melakukan
kanibalisme. Mereka terpaksa memakan mayat manusia pada saat kelaparan tak
tertahankan.
3. Kekeringan
di Cina (1333–1347)
Periode
ini diawali dengan musim kemarau yang membakar di Cina tenggara, kemudian
diikuti dengan Cina bagian selatan. Kekeringan yang diikuti banjir kombinasi
yang berdampak terjadinya wabah kelaparan terburuk dalam sejarah. Wabah ini
telah membunuh 4 juta jiwa. Beberapa bulan berikutnya, daerah yang sama
dihantam gempa bumi yang sangat kuat hingga menyebabkan gunung runtuh dan
meluapnya kawah raksasa. Ribuan orang tenggelam di lubang maut yang telah
dibentuk gempa bumi ini.
4.
Kekeringan
di Iran (1968–1972)
Sebuah
badai salju mengakhiri kekeringan empat tahun, tetapi minggu panjang dingin dan
bersalju menyebabkan kematian sekitar 4.000 orang.
5.
Kekeringan
di Amerika Serikat (1980)
Serangan
gelombang panas pada tahun 1980 terbukti menjadi salah satu kondisi cuaca
terburuk dalam sejarah Amerika Serikat. Temperatur bertekanan tinggi melanda
Amerika pusat dan Amerika bagian selatan, menekan suhu hingga mencapai 90
derajat fahrenheit (32,2 derajat celsius). Sebanyak 10.000 orang meninggal
dunia akibat hawa panas dan berbagai penyakit dari stres berkepanjangan.
Kerusakan agrikultur diperkirakan sebesar 48 miliyar.
6.
Kekeringan
di Ethiopia (1980)
Kekeringan
di Ethiopia telah mengakibatkan kegagalan panen dan jutaan orang kelaparan. Kekeringan ini disebabkan oleh curah hujan di
bawah normal.
2.9 Solusi Mengatasi Bencana kekeringan
1. Solusi jangka pendek
Bicara urusan solusi jangka pendek, terkait dengan
hal-hal teknis yang dilakukan untuk mengantisipasi sementara masalah
kekeringan. Cara paling mudah adalah dengan melakukan distribusi air bersih
dengan tangki air, perbaikan pipa, pembuatan sumur bor, pompanisasi, dan
pembangunan bak-bak penampungan air hujan. Cara lainnya juga dapat dilakukan
dengan membuat sumur resapan, pemanenan hujan, pembangunan embung, bahkan
melakukan rekayasa awan dan menghasilkan hujan buatan.
2. Solusi jangka panjang
Untuk solusi jangka panjang berada pada tataran
kebijakan politik dan penanggulangan bencana yang lebih kompleks. Urusan ini
butuh dana yang tak sedikit dan komitmen penuh. Caranya dilakukan dengan
pembangunan waduk, pengelolaan Daerah Aliran Sungai, hingga mencakup konservasi
tanah dan air.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kekeringan juga
dapat di artikan sebagai keadaan kekurangan pasokan air pada suatu
daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun).
Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus
mengalami curah hujan di bawah rata-rata.
Jenis-jenis
kekeringan teridiri dari kekeringan mateorologis, kekeringan hidrologis,
kekeringan pertanian, dan kekeringan sosioekonomi. Penyebab terjadinya
kekeringan terdiri dari iklim, gangguan keseimbangan hidrologis, lapisan tanah
tipis, air tanah dalam, tekstur tanah
kasar, vegetasi dan topografi. Dampak bencana kekeringan anatara lain,
kesehatan memburuk, perekonomian menurun, konflik sosial di masyarakat, dan
sebagainya.
Cara mencegah bencana
kekeringan adalah antara lain, membuat penampungan air (embung), melakukan perbaikan saluran dan sarana irigasi, memberikan
peringatan dini akan terjadinya kekeringan, memanfaatkan sumber air yang ada
secara lebih efisien dan efektif, memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang
masih tersedia sebagai air bakuuntuk air bersih, enanam pohon dan perdu
sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang adadi lingkungan tinggal kita
sebagainya. Cara menanggulangi bencana kekeringan anatara lain Pembangunan
prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa,dll,
pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan, penggunaan
air secara hemat dan berefisiensi tinggi, penciptaan alat-alat sanitasi yang
hemat air, penertiban penggunaan air dan sebagainya.
Wilayah indonesia yang
rawan terkena bencana kekeringan adalah wilayah provinsi
Jawa Tengah dan Yogyakarta Jawa Tengah terjadi di Demak, Grobogan dan
Wonogiri, di Jawa Barat terjadi di Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu,
Cirebon, Kuningan, Sumedang, Majalengka dan Bandung bagian Timur. Lalu di
provinsi Banten daerah yang rawan kekeringan yaitu Cilegon dan Serang.
DAFTAR PUSTAKA
Sekretariat
TKPSDA. (2003). Buku Pedoman Teknis
Kekeringan. Jakarta.
Triyogo,
A., Widada, S. Buku Informasi Peta
kekeringan Dengan Metode SPI (Standardized Precipitation Index). (2014). Stasiun
Klimatologi Pondok Betung, Tangerang.
Estinintyas,
W., Boer, R., Las, I., Buono, A. (2012). Identifikasi dan Delineasi Wilayah
Endemik Kekeringan Untuk Pengelolaan Risiko Iklim di Kabupaten Indramayu. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 13(1),
9-20.
Rahardjo,
Puguh Dwi (2010). Teknik Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk
Mendeteksi Potensi Kekeringan di Kabupaten Kebumen. Jurnal Makara Teknologi 14 (2), 95-105. Karangsambung, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar