iklan

Sabtu, 10 November 2018

Bencana Kekeringan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007). Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang di picu oleh suatu kejadian.Posisi geografis menyebabkan Indonesia berada pada belahan bumi dengan iklim monsoon tropis yang sangat sensitif terhadap anomali iklim El-Nino Southern Oscillation (ENSO). ENSO menyebabkan terjadinya kekeringan apabila kondisi suhu permukaan laut di Pasifik Equator bagian tengah hingga timur menghangat (El Nino).
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.

1.2  Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kekeringan ?
2. Apa saja tanda-tanda kekeringan ?
3. Apa saja faktor penyebab kekeringan ?
4. Bagaimana dampak kekeringan dan akibat bagi kehidupan ?
5. Bagaimana usaha untuk menangani atau penanggulangan bencana
    kekeringan ?
     6. Kapan dan dimana saja pernah terjadi kekeringan di dunia maupun di
    Indonesia ?

1.3  Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kekeringan.
2. Untuk mengetahui tanda-tanda terjadinya kekeringan.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab kekeringan.
4. Untuk mengetahui dampak dan akibat bagi kehidupan.
5. Untuk mengetahui usaha menangani dan menanggulangi bencana
 kekeringan.
 6. Untuk mengetahui kapan dan dimana saja pernah terjadi kekeringan baik di
          dunia maupun di Indonesia.

1.4   Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan agar dapat berguna bagi penulis sendiri, pembaca, serta mahasiswa-mahasiswi lainnya. Agar dapat memahai lebih lagi tentang bencana kekeringan, bagaimana menghadapi kekeringan, mencengah agar tidak terjadi kekeringan, dimana saja pernah terjadi kekeringan, dan juga banyak berdampak negatif bagi kehidupan.

 BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kekeringan
Kekeringan merupakan salah satu bencana yang sulit dicegah dan datang berulang. Secara umum pengertian kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Kekeringan merupakan salah satu fenomena yang terjadi sebagai dampak penyimpangan iklim global. Kekeringan juga dapat di artikan sebagai keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber  pendapatan  akibat gangguan pada pertanian dan  ekosistem  yang ditimbulkannya. Dampak  ekonomi  dan  ekologi  kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.

2.2 Jenis-jenis Kekeringan
Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu : kekeringan meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan pertanian, dan kekeringan sosial ekonomi.
1.      Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan pada tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata – rata dan lamanya periode kering. Perbandingan ini haruslah bersifat khusus untuk daerah tertentu dan bisa diukur pada musim harian dan bulanan, atau jumlah curah hujan skala waktu tahunan. Kekurangan curah hujan sendiri, tidak selalu menciptakan bahaya kekeringan.
2.      Kekeringan hidrologis mencakup berkurangnya sumber -sumber air seperti sungai, air tanah, danau dan tempat-tempat cadangan air. Definisinya mencangkup data tentang ketersediaan dan tingkat penggunaan yang dikaitkan dengan kegiatan wajar dari sistem yang dipasok (sistem domestik, industri, pertanian yang menggunakan irigasi). Salah satu dampaknya adalah kompetisi antara pemakai air dalam sistem-sistem penyimpanan air ini.
3.      Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan hidrologi terhadap produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini terjadi ketika kelembapan tanah tidak mencukupi untuk mempertahankan hasil dan pertumbuhan rata - rata tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman, bagaimanapun juga, tergantung pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan dan sarana- sarana tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa diukur karena rumitnya pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang bisa mengurangi hasil seperti hama, alang-alang, tingkat kesuburan tanah yang rendah dan harga hasil tanaman yang rendah. Kekeringan kelaparan bisa dianggap sebagai satu bentuk kekeringan yang ekstrim, dimana kekurangan banjir sudah begitu parahnya sehingga sejumlah besar menusia menjadi tidak sehat atau mati. Bencana kelaparan biasanya mempunyai penyebab-penyebab yang kompleks sering kali mencangkup perang dan konflik. Meskipun kelangkaan pangan merupakan faktor utama dalam bencana kelaparan, kematian dapat muncul sebagai akibat dari pengaruh - pengaruh yang rumit lainnya seperti penyakit atau kurangnya akses dan jasa - jasa lainnya.
4.      Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan akan barang - barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan diatas. Ketika persediaan barang - barang seperti air, jerami atau jasa seperti energi listrik tergantung pada cuaca, kekeringan bisa menyebabkan kekurangan. Konsep kekeringan sosioekonomi mengenali hubungan antara kekeringan dan aktivitas – aktivitas manusia. Sebagai contoh, praktek-  praktek penggunaan lahan yang jelek semakin memperburuk dampak-dampak dan kerentanan terhadap kekeringan di masa mendatang.

2.3  Penyebab Terjadinya Bencana Kekeringan
Faktor penyebab kekeringan adalah :
1. Adanya penyimpangan iklim.
Penyimpangan iklim, menyebabkan produksi uap air dan awan di sebagian bervariasi dari kondisi sangat tinggi ke rendah atau sebaliknya. Ini semua menyebabkan penyimpangan iklim terhadap kondisi normalnya. Jumlah uap air dan awan yang rendah akan berpengaruh terhadap curah hujan, apabila curah hujan dan intensitas hujan rendah akan menyebabkan kekeringan.
2. Adanya gangguan keseimbangan hidrologis
Gangguan keseimbangan hidrologis, kekeringan juga dipengaruhi oleh adanya gangguan hidrologis seperti:
a.       Terjadinya degradasi Daerah Aliran Sungai (DAS) terutama bagian hulu mengalami alih fungsi lahan dari bervegetasi menjadi non vegetasi yang menyebabkan terganggunya sistem peresapan air tanah.
b.      Kerusakan hidrologis daerah tangkapan air bagian hulu menyebabkan waduk dan saluran irigasi terisi sedimen, sehingga kapasitas tampung air menurun tajam.
c.       Rendahnya cadangan air waduk yang disimpan pada musim penghujan akibat pendangkalan menyebabkan cadangan air musim kemarau sangat rendah sehingga memicu terjadinya kekeringan.
3. Lapisan Tanah Tipis 
Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami penguapan oleh panas matahari. Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di daerah pegunungankars,karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas yang tipis.
4. Air tanah dalam
Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lebih lama. Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di bawah tanah (sungai bawah tanah) yang dalam, sehingga tanaman tidak mampu menyerap air pada saat musim kemarau, karena akar yangdimiliki tidak mampu menjangkaunya. Air tanah yang dalam menyebabkan sumber-sumber mata air mengalami kekeringan di musim kemarau,karena air yang terdapat jauh di bawah lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga kalaupun ada sumber mata air yang tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau, itu jumlahnya terbatas.
5. Tekstur Tanah Kasar
Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lama.Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena tanah tidak mampumenahan laju air. Di lain sisi, air yang terkandung dalam tanah yang memiliki tekstur yangkasar akan mengalami penguapan relatif lebih cepat, karena rongga-rongga tanah jelaslebih lebar dan sangat mendukung terjadinya proses penguapan.
6. Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi tertentuseperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih banyak,daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras kandungan air dalam tanah.Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah pegunungan karstyang rawan akan bencana kekeringan.Vegetasi lain yang dapat memicu kekeringan adalah tanaman bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat rumit, dan menutupi permukaan tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan demikian tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air tidak ada atau terbatas jumlahnya.
7. Topografi
Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap kandungan air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki kandungan air tanah yang lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan karena air hujanyang diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.Oleh karena itu air akan lebih banyak terserap oleh tanah di dataran yang lebih rendah. Dengan kata lain di dataran tinggi kemungkinan terjadi bencana kekeringan lebih besar daripada di dataran rendah. Karena dataran tinggi tidak mampu menyimpan air lebih lama.
Kekeringan diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, baik akibat alamiah dan akibat ulah manusia.
1. Akibat Alamiah
a.       Kekeringan Meteorologis; berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama adanya kekeringan.
b.      Kekeringan Hidrologis; berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Terdapat tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai menurunnya elevasi muka air sungai, waduk, danau, dan elevasi muka air tanah. Kekeringan hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
c.       Kekeringan Pertanian; berhubungan dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air dalam tanah), sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan meteorologi.
d.      Kekeringan Sosial Ekonomi; berkaitan dengan kekeringan yang memberi dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi, seperti: rusaknya tanaman, peternakan, perikanan, berkurangnya tenaga listrik dari tenaga air, terganggunya kelancaran transportasi air, dan menurunnya pasokan air baku untuk industri domestik dan perkotaan.
e.       Kekeringan Hidrotopografi; berkaitan dengan perubahan tinggi muka air sungai antara musim hujan dan musim kering dan topografi lahan.
2. Akibat Ulah Manusia
a.       kebutuhan air lebih besar daripada pasokan yang direncanakan akibat ketidak taatan penguna terhadap pola tanam atau pola penggunaan air.
b.      Kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akibat perbuatan manusia.

2.4 Dampak Bencana Kekeringan
1.      Kesehatan buruk 
akibat kurangnya air bersih sebagai sumber kehidupan utama rumah tangga. Sengatan panas karena kenaikan suhu udara, dehidrasi karena kekuarangan asupan oksigen dari air dan udara bersih merupakan ancaman yang serius. Bahkan, kelaparan dan kekurangan gizi pada wilayah-wilayah tertentu bisa terjadi karena karakter alam tanah yang semula memang kering.
2.      Perekonomian menurun
kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan pertanian sawah dan ladang berpangaruh pada menurunnya produksi hasil tani terjadinya puso dan gagal panen sehingga berpengaruh pada berkurangnya pendapatan para petani dan buruh tani. Bagi lahan-lahan pertanian di Jawa Barat, dampak kekeringan ini sudah di alami masyarakat dan kaum tani pedesaan.
3.      Konflik sosial di masyarakat.
Masyarakat akan melakukan tindakan-tindakann sendiri karena air merupakan kebutuhan dasar manusia. Di beberapa daerah yang terkadang disaksikan di berita adanya masyarakat yang haus air melakukan tindakan-tindakan untuk mendapatkan air.
Adapun dampak kekeringan pada beberapa sektor, yaitu :
Sektor Ekonomi :
1.      Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.
2.      Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional
3.      Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung
4.      Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi
5.      Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energy
6.      Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian
7.      Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan
8.      Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan kekeringan
9.      Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada lembaga-lembaga keuangan
Sektor  Lingkungan :
1.      Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang
2.      Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah
3.      Kerusakan spesies tanaman
4.      Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi)
5.      Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya daya pandang)
Sektor Sosial :
   1.  Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan)
2.      Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi yang terkait dengan kekeringan
3.      Konflik di antara penggunan air
4.      Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air
5.      Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan bantuan pemulihan
6.     Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan
7.      Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup
8.      Kekacauan social, perselisihan sipil
9.      Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan pemulihan



2.5  Cara Mencegah Bencana Kekeringan
1.      Membuat penampungan air (embung) yang berfungsi sebagai penampung air saat hujan. Embung dapat menjadi penyedia air pada saat musim kemarau tiba. Tentu, kapasitas air yang tersedia tergantung dari luas areal dari Embung itu sendiri. Artinya, semakin besar kapasitas Embungnya , maka persedian air semakin banyak sehingga lahan yang dialiri airnya juga cukup luas.
2.     Melakukan perbaikan saluran dan sarana irigasi. Karena saat ini banyak sekali saluran dan sarana irigasi yang rusak. Perbaikan saluran irigasi itu sangat diperlukan, jika tidak diperbaiki akan memperbanyak kebocoran air di perjalanan. Sebab, air banyak meresap dan terbuang ke dalam tanah sehingga semakin ke hilir debit airnya makin berkurang. Perbaikan saluran yang rusak dapat mempertahankan debit air dari hulu hingga ke hilir.
3.      Mengatasi pendangkalan waduk. Karena jika waduknya dangkal akan berpengaruh terhadap daya tampung atau volume air.
4.      Proses penghijauan dan mengurangi konversi lahan di daerah hulu. Tanaman yang ditanam pada lahan-lahan kosong dapat menjaga dan mengikat butiran tanah saat terjadi hujan. Tanaman yang rapat juga bisa meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air hujan. Ini akan mengurangi aliran permukaan dan penguapan sehingga air tanah akan tersedia lebih lama. Sebaliknya, konversi lahan di derah hulu dapat mengurangi kemampuan lahan dalam menyerap air hujan. Akibatnya, pada saat musim hujan, air lebih banyak dialirkan melalui permukaan dan pada saat musim kemarau air cepat mengering.
5.      Membangun Hutan Kota. Wilayahnya bisa dikembangkan di pusat kota, tetapi bisa juga bisa dibangun pada pinggiran kota. Hutan Kota sengaja dibuat untuk memperbaiki dan memelihara lingkungan kota. Hutan Kota penting untuk keseimbangan ekologi manusia dalam berbagai hal seperti, kebersihan udara, ketersediaan air tanah, pelindung terik matahari, kehidupan satwa dalam kota dan juga sebagai tempat rekreasi.
6.      Memberikan peringatan dini akan terjadinya kekeringan. Peringatan dini oleh instansi pemerintah (nasional dan daerah) sangat penting dilakukan. Adanya peringatan dini dapat memberikan pertimbangan dan informasi bagi para petani kapan harus menanam dan kapan tidak boleh menanam, sehingga tanamannya tetap aman dan tidak terjebak oleh musim kemarau.
7.      Mengintensipkan pembuatan kincir air. Pada beberapa tempat di Indonesi, pembuatan kincir air pada aliran sungai sudah dilakukan guna mengatasi kekurangan air bagi lahan pertanian. Pembuatan kincir ini hendaknya disosialisasikan oleh pemerintah kepada daerah lain yang memiliki aliran sungai, tapi belum membuatnya. Meski pengadaan bahan bakunya murah dan mudah didapat, pembuatan kincir ini sering mendapat kendala, yakni mengeringnya sungai. Karena itu, penghijauan di daerah hulu merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam mengatasi kekurangan air akibat kekeringan.
8.      Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
9.      Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air bakuuntuk air bersih.
10.  Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada di lingkungan tinggal kita.
11.  Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
12.  Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan   plester semen atau ubin keramik.
13.  Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air.
14.  Membangun/rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi.
15.  Pembangunan sumur.

2.6  Cara Menanggulangi Bencana Kekeringan
1.     Bantuan sarana produksi pertanian.
2.      Bantuan modal kerja.
3.      Bantuan pangan dan pelayanan medis.
4.      Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa,dll.
5.      Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.
6.      Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
7.      Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.
8.      Penertiban penggunaan air.
A.    Upaya Non Fisik 
Upaya non fisik merupakan upaya yang bersifat pengaturan, pembinaan dan pengawasan, diantaranya adalah:
1.        Menyusun neraca air regional secara cermat.
2.        Menentukan urutan prioritas alokasi air. 
3.        Menentukan pola tanam dengan mempertimbangkan ketersediaan air. 
4.        Menyiapkan pola operasi sarana pengairan. 
5.        Memasyarakatkan gerakan hemat air dan dampak kekeringan. 
6.        Menyiapkan cadangan/stok pangan. 
7.        Menyiapkan lapangan kerja sementara. 
8.        Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan upaya penanganan kekeringan. 
B.     Upaya Fisik Darurat
Upaya penanganan kekeringan yang bersifat fisik darurat/sementara diantaranya adalah:
1.        Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan yang mempunyaiwaduk/reservoir, sehingga hujan yang terbentuk airnya dapat ditampung.
2.        Pembuatan sumur pantek, untuk mendapatkan air.
3.        Penyediaan pompa yang ovable di areal dekat sungai atau danau, sehingga pompa tersebut dapat dipergunakan secara bergantian untuk memperoleh air.
4.        Operasi penyediaan air minum dengan mobil tangki untuk memasok air padadaerah-daerah kering dan kritis. 
C.     Upaya Fisik Jangka Panjang
Upaya penanganan kekeringan yang bersifat jangka panjang diantaranya adalah:
1.        Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa, dan lain-lain. 
2.        Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.
3.        Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
4.        Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.

2.7  Wilayah Indonesia Yang Rentan Terkena Bencana Kekeringan
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sebagian wilayah di Indonesia yang rawan terkena bencana kekeringan, yaitu provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta Jawa Tengah terjadi di Demak, Grobogan dan Wonogiri, di Jawa Barat terjadi di Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Kuningan, Sumedang, Majalengka dan Bandung bagian Timur. Lalu di provinsi Banten daerah yang rawan kekeringan yaitu Cilegon dan Serang.
2.8   Daerah-Daerah di Dunia Yang Pernah Mengalami Bencana Kekeringan
1.      Kekeringan di Cape Verde (Abad ke-18 dan Abad ke-19)
Tiga bencana kekeringan yang terjadi Cape Verde telah menyebabkan lebih dari 100.000 orang meninggal karena kelaparan. Bencana kekeringan ini mendorong migrasi penduduk ke Inggris untuk untuk bekerja di industri penangkapan ikan paus.
2.      Kekeringan di India (1896–1901)
Selama 5 tahun, bencana kekeringan telah merenggut lebih kurang 8.250.000 nyawa dengan kasus kematian per hari sebanyak 4700. Awalnya, orang-orang kelaparan yang berasal dari wilayah paling parah terpaksa berpindah ke wilayah lain yang memiliki sesuatu untuk dimakan. Mereka menyantap tanaman kaktus, akar-akaran, buah arbei, bahkan rumput. Kelaparan ini juga memaksa orang-orang melakukan kanibalisme. Mereka terpaksa memakan mayat manusia pada saat kelaparan tak tertahankan.
3.      Kekeringan di Cina (1333–1347)
Periode ini diawali dengan musim kemarau yang membakar di Cina tenggara, kemudian diikuti dengan Cina bagian selatan. Kekeringan yang diikuti banjir kombinasi yang berdampak terjadinya wabah kelaparan terburuk dalam sejarah. Wabah ini telah membunuh 4 juta jiwa. Beberapa bulan berikutnya, daerah yang sama dihantam gempa bumi yang sangat kuat hingga menyebabkan gunung runtuh dan meluapnya kawah raksasa. Ribuan orang tenggelam di lubang maut yang telah dibentuk gempa bumi ini.

4.      Kekeringan di Iran (1968–1972)
Sebuah badai salju mengakhiri kekeringan empat tahun, tetapi minggu panjang dingin dan bersalju menyebabkan kematian sekitar 4.000 orang.
5.      Kekeringan di Amerika Serikat (1980)
Serangan gelombang panas pada tahun 1980 terbukti menjadi salah satu kondisi cuaca terburuk dalam sejarah Amerika Serikat. Temperatur bertekanan tinggi melanda Amerika pusat dan Amerika bagian selatan, menekan suhu hingga mencapai 90 derajat fahrenheit (32,2 derajat celsius). Sebanyak 10.000 orang meninggal dunia akibat hawa panas dan berbagai penyakit dari stres berkepanjangan. Kerusakan agrikultur diperkirakan sebesar 48 miliyar.
6.      Kekeringan di Ethiopia (1980)
Kekeringan di Ethiopia telah mengakibatkan kegagalan panen dan jutaan orang kelaparan.  Kekeringan ini disebabkan oleh curah hujan di bawah normal.

2.9   Solusi Mengatasi Bencana kekeringan
1.      Solusi jangka pendek
Bicara urusan solusi jangka pendek, terkait dengan hal-hal teknis yang dilakukan untuk mengantisipasi sementara masalah kekeringan. Cara paling mudah adalah dengan melakukan distribusi air bersih dengan tangki air, perbaikan pipa, pembuatan sumur bor, pompanisasi, dan pembangunan bak-bak penampungan air hujan. Cara lainnya juga dapat dilakukan dengan membuat sumur resapan, pemanenan hujan, pembangunan embung, bahkan melakukan rekayasa awan dan menghasilkan hujan buatan.
 2.      Solusi jangka panjang
Untuk solusi jangka panjang berada pada tataran kebijakan politik dan penanggulangan bencana yang lebih kompleks. Urusan ini butuh dana yang tak sedikit dan komitmen penuh. Caranya dilakukan dengan pembangunan waduk, pengelolaan Daerah Aliran Sungai, hingga mencakup konservasi tanah dan air.

           
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Kekeringan juga dapat di artikan sebagai keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata.
            Jenis-jenis kekeringan teridiri dari kekeringan mateorologis, kekeringan hidrologis, kekeringan pertanian, dan kekeringan sosioekonomi. Penyebab terjadinya kekeringan terdiri dari iklim, gangguan keseimbangan hidrologis, lapisan tanah tipis, air tanah dalam,  tekstur tanah kasar, vegetasi dan topografi. Dampak bencana kekeringan anatara lain, kesehatan memburuk, perekonomian menurun, konflik sosial di masyarakat, dan sebagainya.
Cara mencegah bencana kekeringan adalah antara lain, membuat penampungan air (embung), melakukan perbaikan saluran dan sarana irigasi, memberikan peringatan dini akan terjadinya kekeringan, memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif, memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air bakuuntuk air bersih, enanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang adadi lingkungan tinggal kita sebagainya. Cara menanggulangi bencana kekeringan anatara lain Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa,dll, pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan, penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi, penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air, penertiban penggunaan air dan sebagainya.
Wilayah indonesia yang rawan terkena bencana kekeringan adalah wilayah provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta Jawa Tengah terjadi di Demak, Grobogan dan Wonogiri, di Jawa Barat terjadi di Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Kuningan, Sumedang, Majalengka dan Bandung bagian Timur. Lalu di provinsi Banten daerah yang rawan kekeringan yaitu Cilegon dan Serang.




DAFTAR PUSTAKA
Sekretariat TKPSDA. (2003). Buku Pedoman Teknis Kekeringan. Jakarta.
Triyogo, A., Widada, S. Buku Informasi Peta kekeringan Dengan Metode SPI (Standardized Precipitation Index). (2014). Stasiun Klimatologi Pondok Betung, Tangerang.
Estinintyas, W., Boer, R., Las, I., Buono, A. (2012). Identifikasi dan Delineasi Wilayah Endemik Kekeringan Untuk Pengelolaan Risiko Iklim di Kabupaten Indramayu. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 13(1), 9-20.
Rahardjo, Puguh Dwi (2010). Teknik Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Mendeteksi Potensi Kekeringan di Kabupaten Kebumen. Jurnal Makara Teknologi 14 (2), 95-105. Karangsambung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kelebihan dan kekurangan komik sebagai media pembelajaran

Kelebihan dan kekurangan Komik Menurut Rohani (1997:21) Media komik merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dipahami,...