BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG MASALAH
Sebagian
besar dari bumi adalah samudra atau lautan yang dapat mendukung kelangsungan
hidup seluruh makhluk hidup di bumi, diantara pulau-pulau yang terpisah satu
dengan yang lainnya pasti dikelilingi oleh air. Oleh karenanya pengetahuan
mengenai ilmu geologi dan oceanografis tentang samudra dan laut dianggap sangat
vital guna kelangsungan hidup penghuninya termasuk manusia.
Di jagat
raya ini masih banyak pengetahuan yang belum kita kuasai, termasuk pengetahuan
mengenai bencana alam yang ditimbulkan oleh gelombang pasang laut yang besar
atau tsunami dan cara memprediksinya. Dari hal ini kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa ruang lingkup ilmu kita masih sangat terbatas bila
dibandingkan dengan luasnya jagat raya. Ini juga merupakan bukti bahwa Allah
Maha Besar, Maha Kuasa,Maha Mengetahui atas segalanya dan kita tidak sepatutnya
sombong dengan pengetahuan kita yang sangat terbatas ini.
Tsunami
adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-macam
gangguan didasar samudera. Tsunami disebabkan oleh macam-macam gangguan
berskala besar terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng,
meletusnya gunung berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit. Tanda-tanda
terjadi tsunami sangat beragam, yaitu diantaranya terjadi gempa bumi ditengah
laut dengan kekuatan yang besar. Tsunami dapat terjadi apabila dasar laut
bergerak secara tiba-tiba dan mengalami perpindahan vertikal. Cara
menanggulangi tsunami juga dapat dilakukan dengan cara salah satunya yaitu
melaksanakan evakuasi secara instensif.
1.2 TUJUAN
Makalah
yang kami susun dengan judul Tsunami bertujuan untuk :
1. Sebagai
tugas pada mata kuliah pengetahuan kebencanaan dan lingkungan
2. Sebagai
ilmu pengetahuan dalam mengantisipasi terjadinya bencana Tsunami.
1.3 MANFAAT
Agar kita
mengetahui lebih dalam karakteristik dan mekanisme tsunami serta persiapan
untuk menghadapi tsunami baik dalam tahap waspada, persiapan, saat terjadi, dan
setelah tsunami terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
TSUNAMI
Tsunami adalah
perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara
vertical dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan
oleh macam macam gangguan di dasar
samudra. Tsunami tidak kelihatan saat masih berada
jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang
bergerak cepat ini akan semakin membesar. Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang
air pasang. Hal ini karena saat mencapai daratan, gelombang ini lebih
menyerupai air pasang yang tinggi dari pada menyerupai ombak biasa yang
mencapai pantai secara alami oleh tiupan angin.Namun sebenarnya gelombang
tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan pasang surut air laut. Karena itu
untuk menghilangkan pemahaman yang salah, para ahli menggunakan istilah
gelombang laut seismik.
Tsunami berasal
dari bahasa jepang yaitu tsu yang berarti pelabuhan, dan nami yang berarti
gelombang.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan
oleh letusan gunung berapi bawah laut, gempa bumi yang berpusat di bawah laut,
longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut.
Gelombang
tsunami ini dapat merambat ke segala arah. Di laut yang dalam, gelombang
tsunami berjalan dengan kecepatan sampai dengan 1000 km per jam. Setara
dengan kecepatan pesawat terbang.
Ketinggian gelombang di laut yang dalam hanya
sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang
sedang berada di tengah laut. tapi Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang
tsunami menurun, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan
meter.
2.2 PENYEBAB TERJADINYA
TSUNAMI
Tsunami dapat terjadi jika akibat
letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun akibat jatuhnya meteor di laut.
paling sering gelombang tsunami terjadi akibat gempa bumi bawah laut. selain
itu beberapa tsunami juga diakibatkan oleh gunung meletus, contohnya tsunami
yang terjadi ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi,
menyebabkan dasar laut menjadi naik atau bisa saja turun secara tiba-tiba,
akibatnya terjadilah gamngguan pada keseimbangan air laut. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai
menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung
pada kedalaman laut di mana gelombang itu terjadi, dimana kecepatannya bisa
mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya
akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai
yang dilaluinya. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa
diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran
gelombang.
Ada beberapa penyebab
yang mengakibatkan terjadinya tsunami. Faktor penyebab terjadinya tsunami
itu adalah:
1.
Gempa bumi yang
berpusat dibawah laut, Meskipun demikian tidak semua gempa bumi dibawah laut
berpotensi menimbulkan tsunami. Gempa bumi dibawah laut yang dapat menyebabkan
terjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai berikut
1)
Gempa bumi yang
terjadi di dasar laut.
2)
Pusat gempa kurang
dari 30 km dari permukaan laut.
3)
Magnitudo gempa lebih
besar dari 6,0 SR
4)
Jenis pensesaran
gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atauturun).
2.
Letusan gunung
berapi, letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik.
Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat meletusnya Gunung
Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara
Barat pada tanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang melanda
Jawa Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di
wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia tentu harus mewaspadai
ancaman ini.
3. Longsor
bawah laut, longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara
lempeng samudera dan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung
laut dan pegunungan. Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan
nama tsunamic submarine landslide.
4. Hambatan
meteor laut, jatuhnya meteor yang berukuran besar di laut juga merupakan
penyebab terjadinya tsunami.
2.3 RAMBATAN GELOMBANG TSUNAMI
Kecepatan rambat gelombang tsunami
berbeda-beda, tergantung pada kedalaman laut. Di laut dalam, kecepatan rambat
tsunami mencapai 500 – 1000 km per jam atau setara dengan kecepatan pesawat
terbang namun ketinggian gelombangnya hanya sekitar 1 meter. Ketika gelombang
tsunami ini sudah mendekati pantai, kecepatan rambatnya hanya sekitar 30
km per jam, namun ketinggian gelombangnya bisa mencapai puluhan meter. Tsunami bergerak keluar dari daerah sumber
sebagai suatu seri gelombang.Kecepatannya tergantung pada kedalaman air,
sehingga gelombang tersebut mengalami percepatan atau perlambatan ketika
melintasi kedalaman yang berbeda-beda. Proses ini juga menyebabkan perubahan
arah rambat sehingga energy gelombang dapat menjadi fokus atau de-fokus. Pada
laut dalam, Tsunami memiliki rentang periode (waktu untuk satu siklus
gelombang). Periode tsunami cukup bervariasi mulai
dari dua menit hingga lebih dari satu jam.
2.4 KARAKTERISTIK TSUNAMI
Beberapa karakteristik Tsunami, antara
lain :
1.
Tinggi gelombang
tsunami di tengah lautan mencapai lebih kurang 5 meter. Serentak sampai pantai
tinggi gelombang ini dapat mencapai 30 meter.
2.
Panjang gelombang
tsunami (50-200 km) jauh lebih besar dari pada gelombang pasang laut (50-150
m). Panjang gelombang tsunami ditentukan oleh kekuatan gempa, sebagai contoh
gempabumi tsunami dengan kekuatan magnitude 7-9 panjang gelombang tsunami
berkisar 20-50 km dengan tinggi gelombang 2 m dari permukaan laut.
3.
Periode waktu gelombang
tsunami yang berkekuatan tinggi hanya berperiode durasi gelombang sekitar 10-60
menit, sedangkan gelombang pasang bisa berlangsung lebih lama 12-24 jam.
4.
Cepat rambat gelombang
tsunami sangat tergantung pada kedalaman laut, bila kedalaman laut berkurang
setengahnya, maka kecepatan berkurang tiga perempatnya. Contohnya, tsunami di
laut dalam berkecepatan dahsyat bagai pesawat jet mencapai 400-1000 km/jam. Di
kedalaman laut 5.000 m kecepatan tsunami 800 km/jam, kedalaman 10 m
kecepatannya 36 km/jam dan sampai di pantai mencapai 25 km/jam.
Berkurangnya
kecepatan tsunami berkebalikan dengan tinggi amplitude gelombang tsunami yang
semakin bertambah saat memasuki daratan pantai.
2.5 TANDA-TANDA
AKAN TERJADINYA TSUNAMI
Bencana tsunami biasanya banyak
menelan korban nyawa, sehingga perlu ada peringatan dini untuk masyarakat.
Meski teknologi sudah bisa memprediksi beberapa bencana tapi tidak ada salahnya
mengenali tanda-tanda sebelum bencana terutama tsunami, agar bisa segera
mengamankan diri.
Tsunami adalah serangkaian gelombang
yang disebabkan oleh tanah longsor atau gempa bumi besar baik yang terjadi di
darat maupun di laut. Gelombang tsunami dapat terjadi 5 menit hingga 1 jam
setelah longsor atau gempa bumi.
Berikut beberapa tanda-tanda awal
datangnya bencana tsunami, seperti dilansir Ehow, Jumat (11/3/2011), yaitu:
2.5.1 Diawali adanya gempa bumi
Bila Anda tinggal di dekat pantai,
sebaiknya berhati-hati bila terjadi gempa bumi. Tsunami biasanya terjadi karena
adanya gempa bumi yang terjadi di bawah atau di dekat laut. Tidak hanya gempa
yang terjadi di daerah Anda, tetapi juga di seluruh dunia. Gempa ribuan
kilometer jauhnya dapat menyebabkan potensi tsunami yang mematikan di daerah
Anda.
2.5.2 Dengarkan
suara-suara gemuruh
Banyak korban tsunami telah
mengatakan bahwa datangnya gelombang tsunami akan diawali dengan suara gemuruh
yang keras mirip dengan kereta barang.
2.5.3 Perhatikan
penurunan air laut
Jika ada penurunan air laut yang
cepat dan bukan merupakan waktu air laut surut, maka segeralah mencari tempat
perlindungan yang tinggi. Sebelum terjadi gelombang tsunami, air laut akan
terlebih dahulu surut dengan cepat dan kemudian kembali dengan kekuatan yang
sangat besar.
2.5.4 Selalu waspada
pada gelombang pertama
Gelombang tsunami pertama tidak
selalu yang paling berbahaya, sehingga tetap mendekatkan diri dari garis pantai
sampai keadaaan benar-benar aman. Jangan berasumsi bahwa karena tsunami kecil
di satu tempat maka akan kecil juga pada daerah yang lain. Ukuran gelombang
tsunami bervariasi dan tidak sama di semua lokasi. Gelombang tsunami juga bisa
melakukan perjalanan melalui sungai-sungai yang terhubung ke laut.
Selain tanda-tanda tersebut, alam
juga bisa memberi tanda sebelum terjadinya bencana, seperti gerakan angin yang
tidak biasa, tekanan udara atau cuaca yang ekstrem dan perilaku hewan yang
berubah.
Para ilmuwan berteori bahwa hewan
mampu menangkap getaran-getaran atau perubahan tekanan udara di sekitar mereka
yang tidak dapat dilakukan manusia.
"Saya tidak berpikir bahwa ini
adalah indera keenam, setidaknya tidak ada yang dapat kita ukur pada saat
ini," kata Diana Reiss, Ph.D., direktur penelitian mamalia laut di
Wildlife Conservation Society, berbasis di Bronx Zoo di New York City, seperti
dilansir Foxnews.
Beberapa kelelawar, yang aktif di
malam hari dan biasanya tidur di siang hari, menjadi sangat aktif setengah jam
sebelum gelombang tsunami datang.
Di Sri Lanka dan Thailand ada sebuah
cerita tentang gajah-gajah berlari ke bukit satu jam sebelum tsunami tahun 2004
yang menghancurkan desa dan membunuh hingga 150.000 orang di kedua negara itu.
2.6 CARA MENANGGULANGI TSUNAMI
Cara penanggulangan tsunami, yaitu :
1.
Melaksanakan evakuasi
secara intensif.
2.
Melaksanakan
pengelolaan pengungsi.
3.
Melakukan terus
pencarian orang hilang, dan pengumpulan jenazah.
4.
Membuka dan hidupkan
jalur logistik dan lakukan resuplay serta pendistribusian logistik yang
diperlukan.
5.
Membuka dan memulihkan
jaringan komunikasi antar daerah atau kota.
6.
Melakukan pembersihan
kota yang hancur dan penuh puing dan lumpur.
7.
Menggunakan dana
pemerintah untuk penanggulangan bencana dan gunakan pula dengan tepat sumbangan
dana baik dari dalam maupun luar negeri.
8.
Menyambut dengan baik
dan libatkan unsur civil society.
2.7 PERSIAPAN
MENGHADAPI TSUNAMI
1. Jika anda tinggal di
daerah bahaya. Dapatkan informasi dari posko dan satgas terdekat. Ingat, mereka
yang tinggal sekitar satu kilometer dari laut pada daratan di bawah (kurang
dari) 15 meter dari permukaan laut mereka berada dalam resiko.
2. Pilih tempat yang aman
utntuk lari. Pastikan setiap anggota keluarga mengetahui cara untuk sampai
ketempat tersebut melalui jalan lain. Tempat evakuasi harus berada di atas 15
meter dari permukaan laut, bila mungkin cari yang jauh dari pantai.
3. Beri latihan kepada
anggota keluarga untuk dapat waspada terhadap tanda-tanda peringatan tsunami;
getaran kuat pada tanah, gempa bumi, dan naiknya air dari laut dengan
tiba-tiba.
4. Kumpulkan peralatan
darurat, termaksud: senter, radio, bateri lebih, P3K, makanan dan air,
obat-obatan dan uang.
5. Simpan air minum yang
cukup untuk beberapa hari. Tsunami akan mencemari semua air yang terbuka,
sementara tim pembersih air mungkin akan datang terlambat.
6. Pastikan bahwa anggota
keluarga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain di saat ada yang terpisah
ketika tsunami. Akan dapat membantu bila memiliki family atau kawan yang
tinggal di tempat lain dan saling berhubunggan (melalui telpon).
7. Kunjungi, sekarang
juga, posko atau pusat bencana dan bekali diri anda dengan informasi terbaru
tentang bencana tsunami. Berbagilah informasi dengan keluarga anda.
2.8 DAMPAK
POSITIF DAN DAMPAK NEGATIF BENCANA TSUNAMI
2.8.1
Dampak positif dari
bencana tsunami :
1. Bencana
alam merenggut banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan menjadi terbuka luas
bagi yang masih hidup.
2. Menjalin
kerjasama dan bahu membahu untuk menolong korban bencana, menimbulkan efek
kesadaran bahwa manusia itu saling membutuhkan satu sama lain.
3. Kita
bisa mengetahui sampai dimanakah kekuatan konstruksi bangunan kita serta
kelemahannya dan kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan apabila
bencana tersebut datang kembali tetapi dengan konstruksi yang lebih baik.
2.8.2
Dampak negatif dari
bencana tsunami :
1.
Banyak
tenaga kerja ahli yang menjadi korban sehingga sulit untuk mencari lagi tenaga
ahli yang sesuai dalam bidang pekerjaanya.
2.
Pemerintah
akan kewalahan dalam pelaksaan pembangunan pasca bencana karna faktor dana yang
besar.
3. Menambah tingkat kemiskinan apabila ada
masyarakat korban bencana yang ditelantarkan.
2.9
MITIGASI TSUNAMI
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah
bahaya, mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak
suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen
situasi darurat. Mitigasi dapat didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi atau menghilangkan resiko jangka panjang bahaya
bencana alam dan akibatnya terhadap manusia dan harta-benda” (FEMA,
2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala pihak terkait pada
tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana
alam lainnya, sangat diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang
terancam, merancang dan menerapkan teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan
daerah yang terancam untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut.
Ketiga langkah penting tersebut:
1) penilaian bahaya (hazard assessment),
2) peringatan (warning), dan
3) persiapan (preparedness) adalah
unsur utama model mitigasi.
Unsur kunci lainnya yang tidak terlibat langsung
dalam mitigasi tetapi sangat mendukung adalah penelitian yang terkait (tsunami-related
research).
2.9.1 Langkah-langkah mitigasinya:
1.
Menerbitkan peta wilayah rawan
bencana.
2.
Memasang rambu-rambu peringatan bahaya
dan larangandi wilayah rawan bencana.
3.
Mengembangkan sumber daya manusia
satuan pelaksana.
4.
Mengadakan pelatihan penanggulangan
bencana kepada masyarakat di wilayah rawan bencana.
5.
Mengadakan penyuluhan atas upaya
peningkatan kewaspadaan masyarakat di wilayah rawan bencana.
6.
Menyiapkan tempat penampungan
sementara di jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana.
7.
Memindahkan masyarakat yang berada
di wilayah rawan bencana ke tempat yang aman.
8.
Membuat banguna untuk mengurangi
dampak bencana.
9.
Membentuk pos-pos siaga bencana,
2.9.2 Penerapan teknologi informasi terhadap
tanda-tanda bencana alam:
1.
Radio
komunikasi
Radio
komunikasi adalah pilihan mutlak untuk komunikasi di tingkat lokal,terutama
bagi satuan tugas pelaksana penaggulangn bencana alam dan penangana pengungsi.
Alat ini minimal telah tersebar di seluruh wilayah rawan bencana.
2.
Telepon
Melalui
telepon , semua pihak dapat berbagi informasi dan komunikasi dengan mudah
karena hampir semua masyarakat mempunyai telepon
3.
Pengeras
suara
Pengeras
suara merupakan pilihan untuk mengkomunikasikan kondisi kerawanan bencana alam
dalamcakupan wilayah yang sangat terbatas
4.
Kentongan
Kentongan
adalah alat komunikasi tradisional yang cukup akrab dengan kehidupan masyarakat
di berbagai pelosok dikawasa di Indonesia. Isi pesan yang disampaikan melalui
tanda kentongan hendaknya singkat dan bermakna. Seperti bunyi kentongan yang
berbeda memiliki arti yang berbeda juga.
2.9.3
Menghindari Dampak Tsunami :
2 Sebelum terjadinya tsunami
1.
Mengenali apa yang disebut tsunami.
2.
Memastikan struktur dan letak rumah.
3.
Jika tinggal atau berada di pantai,
segera menjauhi pantai.
4.
Jika terjadi getaran atau gempa
bumi, segera menjauhi pantai.
5.
Selalu sedia alat komunikasi.
Saat terjadi tsunami
1.
Bila berada di dalam ruangan, segera
keluar untuk menyelamatkan diri.
2.
Berlari menjauhi pantai.
3.
Berlari ke tempat yang aman atau
tempat lebih tinggi.
Sesudah terjadi tsunami
1.
Periksa jika ada keluarga yang
hilang ataupun yang terluka.
2.
Minta pertolongan jika ada keluarga
yang yang hilang atau terluka.
3. Jangan berjalan di sekitar daerah
tsunami atau pantai, karena kemungkinan terjadi bahaya susulan.
2.10 WILAYAH
YANG RAWAN TERJADI BENCANA TSUNAMI
2.10.1
Wilayah Yang Rawan Terjadi Bencana Tsunami di Indonesia
Geologi, Kementerian Energi Dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengidentifikasikan wilayah-wilayah di
Indonesia yang rawan tsunami. Sebanyak 19 wilayah. Berikut
19 wilayah di Indonesia yang rawan terjadinya gelombang tsunami:
1. Aceh
( Pulau Simeulue, Pantai Barat Aceh [Lhok Nga, Calang, Meulaboh], Lhokseumawe).
2. Sumatera
Utara ( Pulau Nias, Pantai Barat Sumatera Utara [ Singkil, Sibolga ]).
3. Sumatera
Barat ( Kepulauan Mentawai, Pantai Barat Sumatera Barat ).
4. Bengkulu
( Pulau Enggano, Pantai Barat Bengkulu ).
5. Lampung
dan Banten ( Pantai Selatan Lampung, Pantai Barat Banten ).
6. Jawa
Barat Tengah Bagian Selatan ( Pantai Selatan Jawa Barat – Tengah ).
7. Jawa
Timur Bagian Selatan ( Pantai Selatan Jawa Timur ).
8. Bali
( Pantai Selatan Bali ).
9. Nusa
Tenggara Barat ( Pantai Selatan Lombok, Sumbawa, dan Pantai Utara Bima ).
10. Nusa
Tenggara Timur ( Pantai Utara Flores, Pulau Babi, Pantai Utara Pulau Timur dan
Pantai Selatan Sumba ).
11. Sulawesi
Utara ( Manado, Bitung, Sangihe, dan Talaud ).
12. Sulawesi
Tengah – Palu ( Pulau Peleng, Banggai Kepulauan, Luwuk, Palu, Teluk Tomini,
Tambu, Mupaga, Toli-toli, Donggala, dan Tojo ).
13. Sulawesi
Selatan ( Bulukumba, Tinambung, dan Majene ).
14. Sulawesi
Tenggara ( Pantai Kendari ).
15. Maluku
Utara ( Sanana, Ternate, Tidore, Halmahera, dan Pulau Obi ).
16. Maluku
Selatan ( Bandanaira, Pulau Seram, Pulau Buru, Pantai Talaga, Pulau Banda,
Pulau Kai, dan Pulau Tual ).
17. Papua
Utara ( Yapen, Biak, Supiori, Oranbari, dan Ransiki ).
18. Kalimantan
Selatan Bagian Timur ( Langadai dan Loeri ).
19. Sangata
( Daerah Sekuran ).
2.10.2 Wilayah Yang
Rawan Terjadi Bencana Tsunami di Dunia
1.
Teluk Ise, Jepang (18 Januari 1586)
Gempa berkekuatan 8.2 SR di Teluk
Ise, Jepang menyebabkan tsunami yang sangat dahsyat. Gelombang tsunami setinggi
6 meter tersebut menyapu bersih sejumlah kota yang terkena bencana ini. Kota
Nagahama merupakan yang terparah, hampir setengah kota ini mengalami kerusakan
yang sangat parah. Tsunami Teluk Ise menyebabkan lebih dari 8.000 orang
meninggal dunia dan kerusakan materi dalam jumlah besar.
2.
Kepulauan Ryukyu, Jepang (24 April
1771)
Pada tanggal 24 April 1771, gempa
berkekuatan 7.4 SR diyakini telah menyebabkan tsunami yang merusak sejumlah
besar pulau-pulau di wilayah ini terutama Pulau Ishigaki dan Pulau Miyako.
Dikatakan, tinggi gelombang tsunami yang menerjang Pulau Ishigaki yaitu 85,4
meter, tetapi beberapa pendapat lain mengatakan tinggi gelombang tsunami
tersebut yaitu 11-15 meter. Tsunami ini menghancurkan kurang lebih 3.137 rumah
dan menewaskan hampir 12.000 orang.
3.
Chili Utara (13 Agustus 1868)
Kejadian tsunami disebabkan oleh
serangkaian dua gempa bumi yan signifikan, diperkirakan kekuatan gempa tersebut
berkekuatan 8,5 SR, lepas pantai Arica, Peru (sekarang Chili). Tinggi gelombang
dilaporkan mencapai 21 meter yang berlangsung antara dua dan tiga hari.
Sebanyak 25.000 orang meninggal akibat tsunami ini dan menimbulkan kerusakan
sebesar US$ 300 juta atau setara dengan Rp 3,4 triliun.
4.
Sanriku, Jepang (15 Juni 1896)
Tsunami terjadi setelah gempa
berkekuatan 7,6 SR melanda pantai Sanriku, Jepang. Gelombang tsunami tersebut
dilaporkan memiliki ketinggian hingga 38,2 meter. Akibatnya, 11.000 rumah rusak
dan sekitar 22.000 orang meninggal dunia.
5.
Nankido, Jepang (28 Oktober 1707)
Gempa berkekuatan 8,4 SR menyebabkan
gelombang tsunami setinggi 25 meter yang menerjang pantai Pasifik Kyushu,
Shikoku dan Honshin. Sekitar 30.000 bangunan rusak di daerah yang terkena
bencana dan diperkirakan 30.000 orang meninggal dunia.
6.
Laut Enshunada, Jepang (20 September
1498)
Kekuatan gempa diperkirakan
setidaknya berkekuatan 8,3 SR dan menyebabkan gelombang tsunami di sepanjang
pantai Kii, Mikawa, Surugu, Izu dan Sagami. Gelombang yang cukup kuat ini mampu
memisahkan Danau Hamana dari laut. Diperkirakan 31.000 orang meninggal akibat
tsunami ini.
7.
Krakatau, Indonesia (27 Agustus
1883)
Tsunami yang terjadi di Indonesia
pada tanggal 27 Agustus 1883 berkaitan erat dengan letusan Gunung Krakatau.
Suara ledakan letusan Krakatau terdengar hingga radius 5.000 kilometer. Letusan
dahsyat tersebut menyebabkan gelombang tsunami setinggi 36 meter. Bahkan
dilaporkan pantai Bombay di India mendadak surut. Bencana ini menewaskan sekitar
40.000 orang.
8.
Lisbon, Portugal (1 November 1755)
Sebuah gempa berkekuatan 8,5 SR
menyebabkan serangkaian tiga gelombang besar yang menghantam kota-kota di
sepanjang pantai barat Portugal dan Spanyol selatan. Dilaporkan tinggi
gelombang tsunami ini mencapai 30 meter di beberapa tempat. Tsunami ini
menewaskan sekitar 60.000 orang di Portugal, Maroko dan Spanyol.
9.
Pantai Timur Jepang ( 11 Maret 2011)
Tsunami dengan kecepatan 800
kilometer per jam dan tinggi gelombang yang mencapai 10 meter menyapu bersih pantai
timur Jepang, dan menewaskan lebih dari 18.000 orang. Tsunami dipicu oleh gempa
berkekuatan 9,0 SR yang berpusat di kedalaman 24,4 kilometer. Sekitar 452.000
orang direlokasi ke tempat penampunagn. Badan kepolisian Jepang mengatakan
7.197 orang tewas dan 10.905 orang dinyatakan hilang. Akibat bencana ini,
Jepang mengalami kerugian sebesar US$ 235 miliar atau setara dengan Rp 2.600
triliun.
10. Sumatra,
Indonesia (26 Desember 2004)
Tsunami menerjang Aceh dan Kepulauan
Nias pada tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini disebabkan oleh gempa
berkekuatan 9,1 SR di Samudra Hindia. Selain Indonesia, tsunami juga menghantam
Thailand, Sri Lanka, India, dan pesisir timur Afrika. Sekitar 300 ribu orang
meninggal dan Aceh menjadi wilayah yang paling parah terkena dampak tsunami
dahsyat ini dengan korban jiwa yang mencapai lebih dari 200 ribu jiwa.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Tsunami adalah
perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara
vertical dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan
oleh macam macam gangguan di dasar
samudra. penyebab yang mengakibatkan terjadinya
tsunami gempa bumi yang berpusat dibawah laut, letusan gunung berapi, Longsor
bawah laut dan hambatan meteor laut. Kecepatan rambat gelombang tsunami
berbeda-beda, tergantung pada kedalaman laut.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi khalayak ramai terutama bagi pembaca yang ingin menambah ilmu
tentang Tsunami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar