BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global semakin sering dibicarakan baik dalam skala kecil sampai tingkat internasional. Makalah ini akan membahas gambaran umum pemanasan global, aktivitas manusia dan peranannya dalam pemanasan global beserta akibat dari pemanasan global itu sendiri. Kami juga menyertakan beberapa usaha yang dilakukan manusia untuk mengendalikan pemanasan global.
Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatnya suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun waktu 50 tahun terakhir suhu global cenderung meningkat lebih cepat dibanding data yang terekam sebelumnya. Sepuluh tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990. Isu pemanasan global begitu berkembang akhir-akhir ini, pemeran utamanya tentu saja manusia dengan berbagai aktivitasnya.
Pemanasan global telah menyebabkan perubahan iklim yang signifikan, seperti yang terjadi di negara kita , efek dari pemansan ini telah menyebabkan perubahan iklim yang ektrim. Dibeberapa daerah serintg terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir bandang dan longsor, munculnya angin puting beliung, bahkan kekeringan yang mengancam jiwa manusia. Makalah ini akan membahas definisi dari pemanasah global, dampak pemanasan global, akibat dari pemanasan global, cara mencegah pemanasan global, mengukur pemanasan global dan rencana besar yang di akibatkan oleh adanya pemansan global.
Ozon adalah lapisan mantel bumi yang berfungsi melindungi bumi beserta isinya dari sinar ultra violet secara langsung. Biasanya dibayangkan jika tidak ada lagi lapisan ozon yang melindungi bumi, maka tidak akan ada lagi siklus kehidupan
1.2. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas dapat dapat dirumuskan beberapa masalah, antara lain:
1. Bagaimanakah yang dimaksud dengan global warming?
2. Apakah penyeban terjadinya global warming yang sedang terjadi di permukaan bumi ini?
3. Apakah dampak dari pemanasah global warming?
4. Bagaimana cara mencegah terjadinya global warming?
5. Bagaimana cara mengatasi terjadinya pemansan global?
6. Bagaimana cara mengurangi pemansan global dimuka bumi ini?
7. Dimanakah daerah yang paling banyak terjadinya pemanasan global?
8. Apakah dampak dari global warming terhadap budaya?
Tujuan Penulis
Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yakni :
Tujuan umum
Tujuan penelitian ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat memahami masalah global warming yang telah terjadi di muka bumi ini, sehingga mempermudah dalam mempelajari ilmu pengetahuan kebencanaan dan lingkungan.
Tujuan khusus
Tujuan penelitian ini secara khusus adalah Mahasiswa mampu untuk menjelaskan hal-hal pokok tentang global warming, seperti:
1. Untuk mengetahui secara jelas apa pemanasan global
2. Untuk mengetahui dampak secara umum yang akan dialami oleh manusia sendiri maupun makhluk hidup maupun lingkungan sekitarnya
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pemanasan global
4. Untuk mengetahui efek yang akan dialami apabila yang terjadi perubahan iklim akibat dari pemanasan global
5. Untuk dapat mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh manusia untuk dapat mencegah lebih lanjut pemanasah global tersebut.
6. Agar dapat menerangkan hubungan antara penipisan lapisan ozon dengan pemanasan global atau perubahan iklim
7. Mengungkapkan dampak negatif akibat pemansan global bagi kehidupan dibumi
8. Agar dapat memaparkan cara-cara untuk mengurangi pemanasan global
9. Mengungkapka hal-hal yang menyebabkan pemanasan global di muka bumi ini
Manfaat
Makalah Pemanasan Global ini bermanfaat teoretis meliputi :
1. Untuk mengetahui dan memahami apakah pemanasan global itu,
2. Untuk mengetahui dan mengerti mengenai fakta-fakta yang disebabkan oleh adanya pemanasan global,
3. Untuk mengetahui dan memahami penyebab terjadinya pemanasan global,
4. Untuk mengetahui dan mengerti mengenai hubungan antara penipisan lapisan ozon dengan Pemanasan Global atau perubahan iklim,
5. Untuk mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan bagi kehidupan di bumi, serta
6. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk mengurangi terjadinya pemanasan global di muka bumi.
7. mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi terjadinya global warming
8. mengetahi bagaimana cara mencegah global warming
9. Mengetahui apa saja efek dari rumah kaca
10. Mengetahui apa yang terjadi jika lapisan ozon hialng atau menipis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Global Warming
Dalam makalah ini fenomena yang akan saya bahas adalah mengenai Global Warming (pemanasan global). Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi.
Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dan negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan IPCC tersebut.
Ada beberapa yang masih diragukan oleh para ilmuwan yakni mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih sering terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk mengurangi aatau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintah negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemanasan global yang berakibat pada perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama yang berhubungan dengan pengunaan bahan baker fosil (minyak bumi dan batu bara) serta kegiatan lain yang berhubungan dengan hutan, pertanian, dan peternakan. Aktivitas manusia dengan kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu meningkatnya jumlah gas rumah kaca secara global.
Di Indonesia sendiri, tanda-tanda perubahan iklim akibat pemanasan global telah lama terlihat. Misalnya, sudah beberapa kali ini kita mengalami musim kemarau yang panjang. Tahun 1982-1983, 1987 dan 1991, kemarau panjang menyebabkan kebakaran hutan yang luas. Hampir 3,6 juta hektar hutan habis di Kalimatan Timur akibat kebakaran tahun 1983. Musim kemarau tahun 1991 juga menyebabkan 40.000 hektar sawah dipusokan dan produksi gabah nasional menurun drastis dari 46,451 juta ton menjadi 44,127 juta ton pada tahun 1990.
Pada tahun 2006, akibat pemanasan global terlihat dengan terlambatnnya musim penghujan yang seharusnya sudah turun pada Oktober 2006. Namun hingga Desember 2006 hujan belum juga turun. Keterlambatan itu juga disertai dengan pendeknya periode hujan, namun intensitasnya tinggi. Akibatnya banjir melanda Jakarta dan sekitarnya. Pemanasan Global juga mengakibatkan siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk (dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa) akan lebih singkat, sehingga jumlah populasi akan cepat naik. Mengganasnya penyakit yang disebabkan oleh nyamuk kemudian seolah menyebabkan jenis penyakit baru.
2.2 Fakta yang disebabkan oleh Pemanasan Global
1) Mencairnya es di kutub utara dan selatan
Banyak media yang telah menyebutkan bahwa es yang berada di kutub mulai mencair. Mencairnya es saat ini berjalan jauh lebih cepat dari model-model prediksi yang pernah diciptakan oleh para ilmuwan. Beberapa prediksi awal yang pernah dibuat sebelumnya memperkirakan bahwa seluruh es di kutub akan lenyap pada tahun 2040 sampai 2100. Menurut salah satu media yang ada di internet menyebutkan bahwa baru- baru ini sebuah fenomena alam kembali menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini. Pada tanggal 6 Maret 2008, sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya) di Antartika runtuh. Menurut peneliti, bongkahan es berbentuk lempengan yang sangat besar itu mengambang permanen di sekitar Amerika Selatan, barat daya Semenanjung Antartika. Padahal, diyakini bongkahan es itu berada di sana sejak 1.500 tahun lalu. Ini lah akibat dari pemanasan global. Antartika di Kutub Selatan adalah daratan benua dengan wilayah pegunungan dan danau berselimut es yang dikelilingi lautan. Benua ini jauh lebih dingin daripada Artik, sehingga lapisan es di sana sangat jarang meleleh, bahkan ada lapisan yang tidak pernah mencair dalam sejarah. Temperatur rata-ratanya minus 49 derajat Celsius, tapi pernah mencapai hampir minus 90 derajat celsius pada Juli 1983. Tak heran jika fenomena mencairnya es di benua yang mengandung hampir 90 persen es di seluruh dunia itu diteliti.
2) Meningkatnya level permukaan laut
Mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan berdampak pada naiknya level permukaan air laut. Para ahli memperkirakan apabila seluruh Greenland mencair. Level permukaan laut akan naik sampai dengan 7 meter. Sehingga jika ini terjadi maka akan menenggelamkan daratan yang ada di dunia ini.
3) Adanya Perubahan Iklim
Pemanasan global berimbas pada semakin ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim bumi. Pola curah hujan berubah-ubah tanpa dapat di prediksi sehingga menyebabkan banjir di satu tempat, tetapi kekeringan di tempat yang lain. Topan dan badai tropis baru akan bermunculan dengan kecenderungan semakin lama semakin kuat.
Selain fakta-fakta di atas global warming juga dapak mengakibatkan penyakit baru seperti adanya HIV AIDS, SARS, flu burung, flu singapura, flu kuda, dan flu baru H1N1 yang sebelumnya dikenal sebagai flu babi. Pemanasan global yang berpengaruh pada perubahan iklim dan cuaca juga menimbulkan dampak meluasnya penyebaran penyakit.
Perubahan suhu tersebut terjadi di wilayah yang sebelumnya dingin atau subtropis menjadi hangat. Padahal, suhu hangat itu disukai oleh organisme patogen sehingga menyebar ke daerah tersebut. Kasus penyebaran penyakit yang disebabkan pemanasan global di antaranya adalah malaria. Pemanasan global dapat menyebabkan 45%-60% penduduk dunia terancam malaria.Banyaknya penyakit infeksi baru yang berkembang saat ini juga diperparah oleh menurunnya daya tahan tubuh manusia. Hal itu salah satunya disebabkan manusia saat ini menghirup udara yang yang kualitasnya memburuk.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah. Dari fakta-fakta yang tersebut diatas diperolehlah konsep-konsep yang menyangkut semua sisi ranah sains. Pada ranah fisika terjadi konsep pemantulan.dijelaskan sebagai berikut :
Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Pada ranah biologi terjadinya peluasan peyebaran penyakit, dijelaskan sebagai berikut : Pemanasan global yang berpengaruh pada perubahan iklim dan cuaca juga menimbulkan dampak meluasnya penyebaran penyakit. Perubahan suhu tersebut terjadi di wilayah yang sebelumnya dingin atau subtropis menjadi hangat. Padahal, suhu hangat itu disukai oleh organisme patogen sehingga menyebar ke daerah tersebut. Kasus penyebaran penyakit yang disebabkan pemanasan global di antaranya adalah malaria. Pemanasan global dapat menyebabkan 45%-60% penduduk dunia terancam malaria.Banyaknya penyakit infeksi baru yang berkembang saat ini juga diperparah oleh menurunnya daya tahan tubuh manusia. Hal itu salah satunya disebabkan manusia saat ini menghirup udara yang yang kualitasnya memburuk.
Pada ranah kimia , senyawa organic dan gas-gas berbahaya turut andil dalam proses terjadinya pemanasan global. Sebagaimana penjelasan berikut :
Pemanasan global terjadi sesungguhnya sebagian besar akibat ulah manusia, sebagai contoh adalah karena adanya efek rumah kaca. yaitu energy yang berasal dari matahari yang dipantulkan oleh bumi terjebak di dalam atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.Selain gas CO¬2 , yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2 ), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2 ) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH¬4 ) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca
Pada fenomena global warming ini prinsip yang digunakan adalah HUKUM SNELLIUS.
Christiaan Huygens menjelaskan hukum Snellius dari penurunan prinsip Huygens tentang sifat cahaya sebagai gelombang. Hukum Snellius dikatakan, berlaku hanya pada medium isotropik atau "teratur" pada kondisi cahaya monokromatik yang hanya mempunyai frekuensi tunggal, sehingga bersifat reversible, dan teori yang digunakan adalah teori kinetic gas. Berdasarkan hasil eksperiman, diketahui bahwa semua gas dengan komposisi kimia apapun pada suhu tinggi dan tekanan rendah cenderunga memperlihatkan suatu hubungan sederhana tertentu di antara sifat-sifat makroskopisnya, yaitu tekanan, volume, dan suhu. Hal ini mengajukan adanya konsep tentang gas ideal yang memiliki sifat makroskopis yang sama pada kondisi yang sama. Dari sifat mikroskopis suatu gas, yaitu kelajuan, energi kinetik, momentum dan massa setiap partikel penyusunan gas, kita dapat mendefinisikan gas ideal dengan suatu asumsi (anggapan) tetapi tetap konsisten (sesuai) dengan definisi makroskopis.
Berdasarkan teori kinetik, molekul-molekul gas ideal bergerak secara acak mematuhi hukum gerak Newton dan bertumbukan dengan molekul lain maupun dengan diding bejana tempat gas berada adalah elastis sempurna. Dengan demikian, kita dapat menganalisis sifat makroskopis gas (tekanan, volum, dan suhu) berdasarkan sifat mikroskopis gas(massa, kelanjutan , momentum dan energi kinetic).
2.3. Penyebab terjadinya Global warming
1. Efek rumah kaca
Efek rumah kaca dapat divisualisasikan sebagai sebuah proses. Rumah kaca adalah analogi atas bumi yang dikelilingi oleh gelas kaca, yakni selimut gas pada atmosfer. Panas matahari yang mausk dengan menembus gelas kaca tersebut berupa radiasi gelombang pendek. Sebagian diserap oleh bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang. Namun panas yang sejarusnya dapat dipantulkan kembali ke angkasa menyentuh permukaan gelas dan terperangkap di dalam bumi. Layaknya proses dalam rumah kaa di pertanian dan perkebunan, gelas kaca memang berfungsi sebagai penahan panas untuk menghangatkan rumah kaca. Masalah timbul ketika aktivitas manusia menyebabkan konsentrasi selimut gas di atmosfer (gas rumah kaca) sehingga melebihi konsentrasi yang seharusnya. Dengan demikian panas matahari tidak dapat dipantulan ke angkasa dan semakin lama semakin meningkat. Efek rumah kaca terjadi secara alami karena memungkinkan berlangsungnya kehidupan semua makhluk di bumi. Tanpa adanya gas rumah kaca, seperti karbodioksida (CO2), metana (CH4), atau dinitro oksida (N2O), suhu permukaan bumi akan 33 derajt Celcius lebih dingin. Sejak awal industrialisasi, pada abad ke-17 konsentrasi gas rumah kaca meningkat drastis. Diperkirakan tahun 1880 temperatur rata-rata bumi meningkat 0,5-0,6 derajat Celcius akibat emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Gas yang termasuk dalam kelompok gas rumah kaca adalah karbodioksida (CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), sampai sulfur heksafluorida (SF6 ). Jenis gas rumah kaca memberikan yang sumbangan terbesar bagi emisi gas rumah kaca adalah karbondioksida, metana dan dinitro dioksida. Sebagian besar gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, (minyak bumi dan batu bara) disektor energi dan transportasi, penggundulan hutan, dan pertanian.
Emisi karbondioksida dihasilkan dari pembakaran bahan baker fosil (minyak bumi dan batu bara) pada sektor industri dan transportasi. Sumber utama penghasil emisi karbondioksida secara global ada dua macam.
a. Pembangkit listrik bertenaga batu bara
b .Pembakaran kendaraan bermotor
Dalam hal ini, penghasil emisi karbondioksida terbesar adalah Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Inggris, dan Jepang. Sedangkan negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar adalah Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan penyumbang 720 ton gas rumh kaca setara karbodioksida.
2. Umpan balik
Umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghanga. Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer. Efek umpan balik karena pengaruh awan. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Untuk mengetahui efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan hal tersebut tergantung pada tipe dan ketinggian awan tersebut. Hal ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
3. Peternakan
Beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung ter-hadap pemanasan yang kita alami dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, pembangkit tenaga listrik serta pembabatan hutan.
Menurut Laporan PBB tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa, "industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). " Hampir seperlima (20%) dari emisi karbon berasal dari peternakan. Jumlah ini me-lampaui jumlah emisi gabungan yang berasal dari semua kendaraan di dunia. Sektor peternakan telah menyumbang 9 persen karbon dioksida, 37 persen gas metana (mempunyai efek pemanasan 72 kali lebih kuat dari CO2 dalam jangka 20 tahun, dan 23 kali dalam jangka 100 tahun), serta 65 persen dinitrogen oksida (mempunyai efek pemanasan 296 kali lebih lebih kuat dari CO2). Peternakan juga menimbulkan 64 persen amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam.
Peternakan juga telah menjadi penyebab utama dari kerusakan tanah dan polusi air. Saat ini peternakan menggunakan 30 persen dari permukaan tanah di Bumi, dan bahkan lebih banyak lahan serta air yang digunakan untuk menanam makanan ternak. Menurut laporan Bapak Steinfeld, pengarang senior dari Organisasi Pangan dan Pertanian, Dampak Buruk yang Lama dari Peternakan - Isu dan Pilihan Lingkungan (Livestock's Long Shadow-Environmental Issues and Options), peternakan adalah "penggerak utama dari penebangan hutan kira-kira 70 persen dari bekas hutan di Amazon telah dialih-fungsikan menjadi ladang ternak.”
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, (IPCC) Inter-governmental Panel on Climate Change menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 oF) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar
2.4. Dampak Global Warming
Dampak pemanasan global yang terjadi di setiap Negara berbeda karena faktanya iklim di setiap Negara berbeda yaitu terdiri dari tropik dan subtropik. Di daerah subtropik dampak pemanasan global terutama terjadi pada perubahan suhu yang makin ekstrim saat musim panas dan musim dingin. Sedangkan di daerah tropik terutama berpengaruh terhadap pergesiran musim serta meningkatnya kasus wabah penyakit. Dampak yang dirasakan Negara kepulauan adalah ancaman berkurangnya panjanggaris pantai akibat meningkatnya permukaan air laut karena mencairnya lapisan es di kutub.
Dampaknya beragam, seperti dampak terhadap cuaca, tinggi muka laut, pertanian, flora dan fauna, dan kesehatan manusia.
1. Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pema-nasan (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Peningkatan Permukaan Laut
Global warming akan mencairkan banyak es di kutub. Akibatnya, Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20 dan para ilmuan IPCC memprediksi pening-katan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai. Kenaikan tinggi permukaan laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai.
Menurut perhitungan para ahli IPCC,”kenaikan 100cm permukaan laut akan menenggelamkan 6% daerah Belanda, 17,5% daerah Bangladesh, dan ribuan pulau kecil di Indonesia akan tenggelam.” (Arianto Sam, --Maret 2008). Akibat yang ditimbulkan peningkatan air laut, yaitu:
a) Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir.
b) Perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove.
c) Meluasnya intrusi air laut.
d) Ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir.
e) Berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil.
3. Pertanian
Bumi yang hangat akan menghasilkan banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal tersebut tidak sama beberapa tempat. Mungkin ada yang mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan Ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan punah.
5. Kesehatan Manusia
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutri. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
2.5. Hubungan antara penipisan lapisan ozon dengan Pemanasan Global atau perubahan iklim.
Ozon adalah lapisan mantel bumi, yang berfungsi melindungi bumi beserta isinya dari sinar ultra violet secara langsung. Bisanya dibayangkan jika tidak ada lagi lapisan ozon yang melindungi bumi, maka tidak akan ada lagi siklus kehidupan.
Menurut penelitian para ilmuwan dunia, lapisan ozon telah mengalami penipisan dari tahun ke tahun. Bahkan katanya saat ini sudah ada lubang ozon di daerah Arizona. Lubang ozon itu terbentuk karena adanya dampak dari pemanasan global (Global Warming), efek rumah kaca dan lainnya. Bila ada lubang ozon berarti di situlah sinar UV memancarkan sinarnya secara langsung, tanpa adanya penyaring (lapisan ozon) . Semua makhluk di bumi ini tidak akan mampu bersentuhan langsung dengan sinar UV tersebut. Cahaya matahari yang kita terima atau rasakan setiap hari, sudah merupakan hasil penyaringan dari ozon. Sehingga sudah tidak berbahaya lagi bagi manusia dan makhluk hidup lainnya di muka bumi.
Perubahan iklim yang tidak menentu akibat dari pemanasab global sudah banyak dirasakan saat ini. Beberapa daerah di Indonesia telah mengalami cuaca hujan yang sangat rendah sehingga terjadi krisis air (kekeringan). Sedangkan di daerah lainnya malah curah hujan yang sangat tinggi sehingga terjadi banjir dan tanah longsor.
Masalah lingkungan dan kesehatan manusia yang terkait dengan penipisan lapisan ozon sesungguhnya berbeda dengan resiko yang dihadapi manusia dari akibat Pemanasan Global. Walaupun begitu, kedua fenomena tersebut saling berhubungan. Beberapa polutan (zat pemcemar) memberikan kontribusi yang sama terhadap penipisan lapisan ozon dan pemanasan global. Penipisan lapisan ozon mengakibatkan masuknya lebih banyak radiasi sinar ultrafiolet (UV) yang berbahaya masuk ke permukaan bumi. Namun, meningkatnya radiasi sinar UV bukanlah penyebab terjadinya Pemanasan Global, melainkan kanker kulit, penyakit katarak, menurunnya kekebalan tubuh manusia dan menurunnya hasil panen.
Penipisan lapisan ozon terutama disebabkan oleh Chlorofluor Carbon (cfc) saat ini negara- negara industri sudah tidak memproduksi dan tidak menggunakan CFC lagi. Dan dalam waktu dekat, CFC akan benar- benar dihapus di seluruh dunia. Sepeti halnya karbon dioksida, CFC juga menurapakan gas rumah kaca dan berpotensi terhadap pemanasan global jauh lebih tinngi di banding karbon dioksida sehingga dampak akumulasi CFC di atmosfer mempercepat laju pemanasan global. CFC tetap berada di atmosfer dalam waktu sangat lama, berabad-abad. Artinya, kontribusi CFC terhadap penipisan lapisan ozon dan perubahan iklim akan berlangsung dalam waktu sangat lama.
2.6 Cara Mengurangi Pemanasan Global Di Muka Bumi
Perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming), pemicu utamanya adalah meningkanya emisi karbon akibat penggunaan energi fosil (bahan baker minyak, batu bara, dan sejenisnya yang tidak dapat diperbaharui). Penghasil terbesarnya adalah negara-negara industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dll. Ini diakibatkan oleh pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negara-negara utara yang 10 kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan. Sedangkan untuk negara berkembang meski tidak besar, juga ikut berkontribusi dalam menyumbangkan emisi gas tersebut. Industri pengasil karbon terbesar seperti Indonesia adalah perusahaan tambang, sehingga Indonesia tercatat dalam “Guinnes Book of Record” sebagai negara tercepat dalam kerusakan hutannya. Makalah Pemanasan Global.
Dengan dampak yang ditimbulkan karena perubahan iklim akibat pemanasan global, maka kita sebagai penduduk dunia harus segera bertindak untuk mengurangi pemanasan global seperti yang sedang terjadi pada saat ini, dan diprediksikan akan terus berlangsung. Hal yang dibutuhkan adalah dengan mengadakan REVOLUSI GAYA HIDUP, yakni dengan mengurangi penggunaan energi baik listri, bahan baker, air yang memang menjadi sumber utama makin berkurangnya sumber kehidupan.
Selain itu perlunya melahirkan konsensus yang membawa komitmen dari semua negara untuk menegakkan keadilan iklim. Seperti yang telah dilakukan oleh ustralia yang mempunyai instrument keadilan iklim dengan membentuk pengadilan iklim. Dimana sebuah instrument yang mengacu pada isi Protokol Kyoto yang menekankan kewajiban pada negara-negara Utara untuk membayar dari hasil pembuangan emisi karbon untuk perbaikan mutu lingkungan hidup bagi negara-negara Selatan.
Hal lain yang harus dilakukan adalah dengan memulai untuk menggunakan energi bahan baker alternatif yang tidak hanya dari bahan energi fosil, misalnya untuk kebutuhan memasak. Menggunakan energi biogas (gas dari kotoran ternak) seperti yang dilakukan komunitas merah putih di Kota batu. Desenralisasi energi dan melepas ketergantungan pada sentralisasi energi yang pada akhirnya dapat menaikkan harganya.
Sedangakan untuk para pengambil kebijakan harus mengeluarkan policy yang jelas orientasinya untuk mengurangi pemanasan global. Misalnya dengan menetapkan jeda tebang hutan di seluruh Indonesia agar tidak mengalami kepunahan dan wilayah kita makin panas. Menghentikan pertambangan mineral dan batubara seperti di Papua, Kalimantan, Sulawesi. Selanjunya kebijakan peogressive dengan mempraktekkan secara nyata jeda tebang dan kedauatan energi harus dilakukan jika kita tidak mau menjadi kontributor utama pemanasan global. Melakukan penanaman pohon kembali sebagai salah satu cara yang bisa memperbaiki paru-paru dunia. Selain itu meminimalkan dalam penggunaan kertas, karena semakin banyak kertas yang dgunakan maka semakin banyak pula pohon yang ditebang.
Hal-hal tersebut dilakukan demi keberlanjutan kehidupan sosial yang tanpa kita sadari
telah dirusak oleh adanya pemanasan global akibat ulak manusia sendiri. Oleh karena itu, sebagai manusia hal yang terpenting adalah kita mulai dari diri sendiri untuk mencintai lingkungan hidup dengan melakukan hal-hal yang positif.
Yang harus kita lakukan diantararanya yaitu :
1. Hemat energi dengan cara
a.Pilih lampu dan alat elektronik hemat energi.
b. Buat jadwal/batas waktu penggunaan listrik.
c. Gunakan tangga ketimbang lift
d. Gunakan sepeda untuk pejalan jarak dekat
2. Hemat air
a. Tutup keran air dengan rapat. Saat cuci piring, buka tutup keran hanya saat membilas cucian (begitu juga saat sikat gigi)
b. Hemat air untuk mandi (pilih shower daripada bathtub!)
c. Pilih satu gelas untuk tempat minum Anda setiap hari
d. Cucilah barang di bak cuci piring/ember yang sudah terisi air daripada di keran yang mengalir.
e. Gunakan air hujan untuk menyirami kebun/taman.
3. Mengurangi limbah
a.Hemat kertas dengan menggunakan kedua sisinya.
b.Daur ulang sampah rumah tangga menjadi kompos.
c.Buatlah komunitas hijau untuk menciptakan karya dari produk daur ulang
d. mengadakan kegiatan bentuk pasukan kebersihan untuk menjaga lingkungan.
e.Saat berbelanja, pilih produk dengan kemasan minimal untuk mengurangi sampah.
f.Bawalah tas belanja sendiri agar meminimalkan penggunaan kantong plastik.
Menurut data yang diberikan oleh Program Iklim dan Energi WWF-Indonesia:
1. Memilih teknologi terbaru yang membutuhkan energi sedikit namun tetap nyaman. Atau, ganti lampu hemat listrik. Menggunakan energi dengan bijaksana akan mengurangi kebocoran energi yang tidak perlu.
2. Lebih sedikit gunakan kendaraan dalam perjalanan singkat atau dekat. Jalan kaki, kayuh sepeda, naik mobil beramai-ramai, dan kendaraan umum, selain akan menghemat pengeluaran transport kamu, tentu saja mengurangi karbon dioksida.
3. Periksa kesehatan ban mobilmu. Menjaga “kesehatan” ban mobilmu secara teratur mengurangi 10 kg karbon dioksida di atmosfer.
4. Daur ulang seirng-sering. Anda bisa menghemat 1200 kg karbon dioksida per tahun hanya dengan mendaur ulang setengah sampah kertas Anda sehari.
5. Butuh air hangat untuk mandi, air panas untuk minum kopi dan teh, atau mencuci pakaian gunakan secukupnya dan kamu mengurangi 420 kg karbon dioksida pertahun.
6. Hindari membeli produk dengan bungkus berlapis-lapis. Setiap kamu mengurangi 10% sampah saja, kamu sudah mengurangi 600 kg karbon dioksida.f.
7. Tanam pohon. Satu pohon bisa menghisap 1 ton karbon dioksida sepanjang hidupnya.
8. Matikan alat elektronik! TV, DVD, VCD, MP3, stereo, komputer, games, ketika kamu tidak sedang menggunakannya. Kamu menghemat ribuan kg karbon dioksida per tahun. Tidak perlu dipindah ke posisi stand-by atau memasang timer karena listrik tetap mengalir,Padamkan sama sekali.
Usaha-usaha praktis dan sederhana untuk ‘mendinginkan’ Bumi, seperti :
1. Mematikan listrik antara di dua titik pada pukul 17.00 s/d 22.00
2. Ganti bola lampu ke jenis CFL
3. Hemat energy dengan cara selektif menggunakan peralatan elektronik
4. Kurangi pemakaian mobil/kendaraan pribadi
5. Kurangi pemakaian kemasan plastic
6. Hemat penggunaan kertas
7. Memilih dan mengelola sampah rumah tangga
8. Menanam pohon di halaman rumah
9. Jemur pakaian di luar
10. Jika pakai AC tutup pintu dan jendela dan atur suhu sekitar 21-24oC.
2.7. Kerangka Hukum Pencegahan Pemanasan Global
Terdapat beberapa kelompok yang menyuarakan keinginan kembali ke alam untuk menyelamatkan Bumi.Kerjasama internasional telah dilakukan di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca. Pada tahun 1997 Conference of Parties to UNFCCC di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto. Pada tahun 2007 di Nusa Dua Bali, Indonesia diadakan pertemuan UNFCCC kembali.
Saat ini Indonesia telah meletakkan beberapa institusi hukum yang terkait dengan pemanasan global seperti :
1. UU No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
3. UU No.30 Tahun 2007 Tentang Energi.
4. UU 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
5. Peraturan Pemerintah No.59 Tahun 2007 Tentang Panas Bumi.
6. Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas PP No.35 Tahun 2002 Tentang Dana Reboisasi,
7. PP No.6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
8. UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Di beberapa daerah juga terdapat peraturan yang terkait dengan pemanasan global seperti: Perda Kabupaten Lampung Barat No.18 tahun 2004 tentang Pengelolaan SDM dan Lingkungan Hidup Berbasis Masyarakat. Perda Kabupaten Lampung Timur No.3 Tahun 2002 tentang Rehabilitasi Pesisir, Pantai, dan Laut dalam Wilayah Kabupaten Lampung Timur. Pencegahan pemanasan global harus mengedepankan aspek sinergitas dari institusi hukum internasional, institusi hukum nasional, dan institusi hukum di daerah.
2.8. Daerah-daerah yang merasakan efek global warming
Ada tujuh tempat yang merasakan efek global warming, yaitu:
1. Bihar, India Bihar, India
2. The North Pole(kutub utara)
3. South Autralia
4. The Maldives
5. The West African Coastline
6. Coas Alaska
7. Western North America
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN :
Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata atmosfir, laut dan daratan bumi. Penyebab terbesar pemanasan global adalah efek gas-gas rumah kaca akibat aktifitas manusia melalui efek rumah kaca. Pemanasan global sangat berdampak negatif bagi alam semesta ini, seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, perubahan jumlah dan pola presipitasi, berpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, punahnya berbagai jenis hewan dan munculnya berbagai penyakit.
Pemanasan global hanya dapat dikendalikan dengan cara mengatasi efek yang ditimbulkan sambil melakukan langkah-langkah pencegahan, diantaranya: menghilangkan karbondioksida di atmosfir dengan cara menanam dan memelihara pepohonan lebih banyak lagi dan mengurangi produksi gas rumah kaca.
3.2 SARAN :
1. Untuk menyelamatkan bumi kita, menjadikannya tempat hidup yang lebih baik kita harus
2. Matikan oven Anda beberapa menit sebelum waktunya. Jika tetap dibiarkan tertutup, maka panas tersebut tidak akan hilang.
3. Turunkan suhu AC Anda. Hindari penggunaan suhu maksimal. Gunakan AC pada tingkatan sampai kita merasa cukup nyaman saja. Dan cegah kebocoran dari ruangan ber-AC Anda. Jangan biarkan ada celah yang terbuka jika Anda sedang menggunakan AC Anda karena hal tersebut akan membuat AC bekerja lebih keras untuk mendinginkan ruangan Anda. Pada akhirnya hal ini akan menghemat tagihan listrik Anda. Gunakan timer untuk menghindari lupa mematikan AC. Gunakanlah timer sesuai dengan kebiasaan Anda. Misalnya jam kantor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar