BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Indonesia
adalah salah satu negara yang letaknya strategis. Karena letaknya yang
strategis, Indonesia
terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng
Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari
tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di
busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa
bumi. Jenis tanah pelapukan
yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung
api. Tanah ini memiliki komposisi
sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan
yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan
kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada
musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut
tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan
bencana tanah longsor.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan
makalah tentang tanah longsor ini adalah :
Untuk mengetahui faktor apa saja yang
memyebabkan terjadinya tanah longsor
Untuk mengetahui gejala umum terjadinya
tanah longsor dan pencegahan serta mitigasi/upaya yang harus dilakukan.
Untuk menambah wawasan tentang bencana
tanah longsor
1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan
makalah ini adalah :
Mengetahui tindakan apa yang harus
dilakukan jika terjadi bencana tanah longsor
Mengetahui faktor apa saja yang
menyebabkan terjadinya tanah longsor
BAB
II
TANAH
LONGSOR
2.1 Pengertian
Tanah Longsor
Tanah
longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, sebuah
bahan rombakan, tanah, atau material campuran yang terdapat dalam tanah itu
sendiri yang bergerak kebawah atau keluar lereng atau bisa disebut juga gerakan
tanah. Gerakan tanah adalah suatu
peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan
berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.
Gerakan tanah inilah yang biasa disebut dengan longsor.
2.2 Jenis-Jenis
Tanah Longsor
Longsoran
(Landslide) merupakan bagian dari gerakan tanah, jenisnya terdiri dari jatuhan
(fall), jungkiran (topple), luncuran (slide), nendatan (slump), aliran (flow),
gerak horisontal atau bentangan lateral (lateral spread), rayapan (creep) dan
longsoran majemuk.
1) Jatuhan (Fall)
Jatuhan (Fall) adalah jatuhan atau masa batuan
bergerak melalui udara, termasuk gerak jatuh bebas, meloncat dan
penggelindingan bongkah batu dan bahan rombakan tanpa banyak bersinggungan satu
dengan yang lain. Termasuk jenis gerakan ini adalah runtuhan (urug, lawina,
avalanche) batu, bahan rombakan maupun tanah.
2) Longsoran
gelinciran (slides)
Longsoran gelinciran (slides) adalah gerakan yang
disebabkan oleh keruntuhan melalui satu atau beberapa bidang yang dapat diamati
ataupun diduga. Yang termasuk kedalam longsoran gelinciran adalah luncuran
bongkahan tanah maupun rombakan, dan endapan tanah.
3) Aliran (flow)
Aliran (flow) adalah gerakan yang dipengaruhi oleh
jumlah kandungan atau kadar air tanah, terjadi pada material tak
terkonsolidasi. Bidang longsor antara material yang bergerak umumnya tidak
dapat dikenali. Yang termasuk kedalam longsoran jenis gerakan aliran kering
adalah sandrum (larian pasir), aliran fragmen batu, aliran loess. Sedangkan
jenis gerakan aliran basah adalah aliran pasir-lanau, aliran tanah cepat,
aliran tanah lambah, aliran lumpur, dan aliran rombakan.
4) Longsoran majemuk (complex landslide)
Longsoran majemuk (complex landslide) adalah
gabungan dari dua atau tiga jenis gerakan tanah diatas. Pada umumnya longsoran
majemuk terjadi di alam, tetapi biasanya slah satu jenis gerakan yang menonjol
atau lebih dominan. Menurut Pastuto & Solidati (1997), longsoran majemuk
diantaranya adalah bentangan lateral batuan, tanah maupun bahan rombakan.
5) Rayapan (creep)
Rayapan (creep) adalah gerakan yang
dapat dibedakan dalam hal kecepatan gerakannya yang secara alami biasanya
lambat (Zaruba & Mencl, 1969;Hansen, 1984). Untuk membedakan longsoran dan
rayapan, maka kecepatan gerakan tanah perlu diketahui. Rayapan dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu ; rayapan musiman yang dipengaruhi oleh iklim,
rayapan bersinambungan yang dipengaruhi kuat geser dari material, dan rayapan
melaju yang berhubungan dengan keruntuhan lereng atau perpindahan massa lainnya
(Hansen, 1984).
6) Gerak horisontal/bentangan lateral
(lateral spread)
Gerak horisontal/bentangan lateral (lateral spread)merupakan
jenis longsoran yang dipengaruhi oleh pergerakan bentengan material batuan
secara horisontal. Biasanya berasosiasi dengan jungkiran, jatuhan batuan,
nendatan dan luncuran lumpur sehingga biasa dimasukkan dalam kategori omplex
landslide-longsoran majemuk (Pastuto & Solidati, 1997). Prosesnya berupa
rayapan bongkah-bongkah di atas batuan lunak (Radbruch-Hall, 1978, dalam
Pastuto&Solidati, 1997). Pada bentangan lateral tanah maupun bahan
rombakan, biasanya berasosiasi dengan nendatan, luncuran atau aliran yang
berkembang selama maupun setelah longsor terjadi. Material yang terlibat antara
lain pasir atau batuan yang mengalami luncuran akibat gempa (Buma & Van
Asch, 1997).
7) Transisional maupun rotasional
Transisional maupun rotasional merupakan
longsoran yang memiliki batas antara massa yang bergerak dan diam (bidang
gelincir), kedalaman batas dari permukaan tanah sangat penting bagi deskripsi
longsoran.
Tanda Terjadinya Tanah Longsor
Sebelum terjadi bencana tanah longsor,
biasa nya terdapat beberapa tanda-tanda atau gejala umum yang biasa terlihat.
Gejala umum terjadinya tanah longsor yaitu :
- Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
- Biasanya terjadi setelah hujan.
- Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
- Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
Faktor Terjadinya Tanah Longsor
Faktor-faktor penyebab
lereng rawan longsor meliputi faktor internal (dari tubuh
lereng sendiri) maupun faktor eksternal (dari luar lereng), antara lain: gempa, iklim
(curah hujan), vegetasi, morfologi, batuan/tanah maupun situasi setempat (Anwar
dan Kesumadharma, 1991; Hirnawan, 1994), tingkat kelembaban tanah (moisture),
adanya rembesan, dan aktifitas geologi seperti patahan (terutama yang masih
aktif), rekahan dan liniasi (Sukandar, 1991).
a)
Gempa atau getaran
Gempa atau getaran bumi
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya tanah longsor. Banyak kejadian
longsor yang terjadi karena diakibatkan oleh gempa bumi. Apabila terjadi gempa
bumi, maka pertama-tama yang merasakan getaran adalah tanah disekeliling pusat
gempa. Getaran akibat gempa kemudian disebarkan kesegala penjuru sampai pada ke
lokasi pencatat gempa di permukaan tanah. Selama getaran menjalar dari pusat gempa
sampai kepermukaan tanah, maka faktor tanah sebagai penghantar getaran mempunyai
peran yang sangat penting. Kondisi geologi dan kondisi tanah tertentu, akan
menyebabkan respon tanah akibat gempa menjadi berlaianan sehingga memicu
terjadinya tanah longsor. Contohnya saja gempa bumi di Sumatera selatan tahun
1952 dan di Wonosobo tahun 1942, juga di Assam 27 Maret 1964 menyebabkan
timbulnya bencana tanah longsor (Pangular, 1985).
- Cuaca/iklim
Curah hujan sebagai
salah satu komponen iklim, akan mempengaruhi kadar air dan kejenuhan air. Hujan
dapat meningkatkan kadar air dalam tanah dan lebih jauh akan menyebabkan
kondisi fisik tubuh lereng berubah-ubah. Kenaikan kadar air tanah akan
memperlemah sifat fisik-mekanik tanah ( mempengaruhi kondisi internal tubuh
lereng) dan menurunkan faktor keamanan lereng.
2) Ketidakseimbangan Beban di Puncak dan di
Kaki Lereng
Beban tambahan di tubuh
lereng bagian atas (puncak) mengikutsertakan peranan aktifitas manusia.
Pendiriran atau peletakan bangunan, terutama memandang aspek estetika belaka,
misalnya dengan membuat perumahan (real estate) atau villa di tepi-tepi lereng
atau di puncak-puncak bukit merupakan tindakan ceroboh yang dapat mengakibatkan
longsor. Kondisi tersebut menyebabkan berubahnya keseimbangan tekanan dalam
tubuh lereng. Sejalan dengan kenaikan beban di puncak lereng, maka keamanan
lereng akan menurun.
Pengurangan
beban di daerah kaki lereng berdampak menurunkan faktor keamanan. Makin besar
pengurangan beban di kaki lereng, makin besar pula penurunan faktor keamanan
lerengnya, sehingga lereng makin labil atau makin rawan longsor. Aktifitas
manusia berperan dalam kondisi seperti ini. Pengurangan beban di kaki lereng
diantaranya oleh aktifitas penambangan bahan galian, pemangkasan kaki lereng
untuk perumahan, jalan, atau pun erosi (Hirnawan, 1993).
3) Vegetasi/Tumbuh-tumbuhan
Hilangnya tumbuhan
penutup, dapat menyebabkan alur-alur pada beberapa daerah tertentu.
Penghanyutan makin dapat meningkat dan akhirnya terjadilah longsor (Pangular,
1985). Dalam kondisi tersebut berperan pula faktor erosi. Letak atau posisi
penutup tanaman keras dan kerapatannya mempengaruhi faktor keamanan lereng.
Penanaman vegetasi tanaman keras di kaki lereng akan memperkuat kestabilan
lereng, sebaliknya penanaman tanaman keras di puncak lereng justru akan
menurunkan faktor keamanan lereng sehingga memperlemah kestabilan lereng
(Hirnawan, 1993)
4) Naiknya Muka air Tanah
Kehadiran air tanah
dalam tubuh lereng biasanya menjadi masalah bagi kestabilan lereng. Kondisi ini
tak lepas dari pengaruh luar, yaitu iklim (curah hujan) yang dapat menaikkan
kadar air dalam tanah, derajat kejenuhan, atau muka air tanah. Kehadiran air
tanah akan menurunkan sifat fisik dan mekanik tanah. Kenaikan muka air tanah
meningkatkan tekanan pori yang berarti memperkecil ketahanan geser dari masa
lereng, terutama pada material tanah (soil). Kenaikan muka air tanah juga
memperbesar debit air tanah dan meningkatkan erosi di bawah permukaan.
Akibatnya lebih banyak fraksi halus (lanau)dari masa tanah yang dihanyutkan,
ketahanan massa tanah akan menurun.
Penyebab Terjadinya Tanah Longsor
Gerakan tanah berupa
longsor merupakan bencana yang sering membahayakan. Longsor seringkali terjadi
akibat adanya pergerakan tanah pada kondisi daerah lereng yang curam, seta
tingkat kelembaban (Moisture) yang tinggi, tumbuhan jarang (lahan terbuka) dan
material yang kurang kompak.
Faktor
lain yang menjadi penyebab terjadinya tanah longsor adalah rembesan dan
aktifitas geologi seperti patahan, rekahan dan liniasi. Kondisi lingkungan
setempat merupakan suatu komponen yang saling terkait. Bentuk dan kemiringan
lereng, kekuatan material, kedudukan muka air tanah dan kondisi drainase
setempat adalah hal yang sangat berkaitan pula dengan kondisi kestabilan lereng
(Verhorf, 1985) Lereng adalah kenampakan permukaan alam yang memiliki beda
tinggi Apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus
mendatar, akan diperoleh besarnya kelerengan (slope). Bentuk lereng
tergantung pada proses erosi gerakan tanah dan pelapukan. Lereng memiliki
parameter topografi yang terbagi dalam dua bagian, yaitu kemiringan lereng dan
beda tinggi relief . Stabilitas lereng
sangat erat kaitannya dengan longsor atau gerakan tanah yang merupakan proses
perpindahan massa tanah secara alami dari tempat yang tinggi ke tempat yang
lebih rendah.
Akibat yang ditimbulkan dari Bencana
Tanah longsor
Akibat yang ditimbulkan
dari terjadinya bencana tanah longsor adalah kesuburan tanah menurun, rusaknya
lahan pertanian, dapat menghancurkan segala sesuatu yang berada disekitarnya
(misalnya bangunan, rumah), hilangnya harta benda serta dapat memakan korban
yang sangat banyak.
a.
Tahapan Mitigasi yang Harus Dilakukan
i. Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.
ii. Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
iii. Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
iv. Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
v. Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah
vi. Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan
mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara
penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.
Tindakan yang bisa dilakukan sebelum dan
sesudah Tanah Longsor
a.
Tanggap darurat
Upaya yang harus dilakukan dalam
tahapan tanggap darurat ini adalah penyelamatan dan pertolongan korban
secepatnya. Hal ini tujuannya adalah agar tidak bertambahnya jumlah korban.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya ini adalah kondisi medan
terjadinya tanah longsor, kondisi bencana, peralatan yang harus dibawa dan akan
digunakan dalam usaha penyelamatan, serta informasi bencana. Hal tersebut harus
sangat diperhatikan agar tindakan tanggap darurat yang dilakukan berjalan dengan
lancar dan tidak menambah korban lain
- Rehabilitasi
Tahapan berikutnya yang
harus dilakukan adalah rehabilitasi atau upaya pemulihan. Upaya pemulihan ini
meliputi upaya pemulihan korban seperti pemulihan fisik dan mental atau psikis
yang dialami oleh korban. Serta upaya pemulihan
prasarana korban yang meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana
transportasi.
- Rekonstruksi
Tahapan berikutnya adalah
rekonstruksi, rekonstruksi ini adalah berupa penguatan bangunan-bangunan
infrastruktur bagi bangunan yang berada di daerah rawan bencana.
Cara Pencegahan Bencana Tanah Longsor
Secara umum
pencegahan/penanggulangan lereng longsor adalah mencoba mengendalikan
faktor-faktor penyebab maupun pemicunya. Meskipun demikian, tidak semua
faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan kecuali dikurangi. Beberapa cara
pencegahan atau upaya stabilitas lereng adalah sebagai berikut :
Mengurangi
beban di puncak lereng dengan cara : Pemangkasan lereng; Pemotongan lereng;
biasanya digabungkan dengan pengisian/pengurugan di kaki lereng; Pembuatan
undak-undak dan sebagainya
Menambah
beban di kaki lereng dengan cara :
·
Menanam tanaman keras (biasanya
pertumbuhannya cukup lama).
·
Membuat dinding penahan (bisa dilakukan
relatif cepat; dinding penahan atau retaining wall harus didesain
terlebih dahulu)
·
Membuat ‘bronjong’, batu-batu bentuk
menyudut diikatkan dengan kawat; bentuk angular atau menyudut
lebih kuat dan tahan lama dibandingkan dengan bentuk bulat, dan sebagainya
i.
Mencegah lereng jenuh dengan airtanah
atau mengurangi kenaikan kadar air tanah di dalam tubuh lereng Kadar airtanah
dan mua air tanah biasanya muncul pada musim hujan, pencegahan dengan cara :
·
Membuat beberapa penyalir air (dari
bambu atau pipa paralon) di kemiringan lereng dekat ke kaki lereng. Gunanya adalah
supaya muka air tanah yang naik di dalam tubuh lereng akan mengalir ke luar,
sehingga muka air tanah turun
·
Menanam vegetasi dengan daun lebar di
puncak-puncak lereng sehingga evapotranspirasi meningkat. Air hujan yang jatuh
akan masuk ke tubuh lereng (infiltrasi).
Infiltrasi dikendalikan dengan cara tersebut.
Mengendalikan
air permukaan dengan cara membuat desain drainase yang memadai sehingga air
permukaan dari puncak-puncak lereng dapat mengalir lancar dan infiltrasi berkurang. Serta
penanaman vegetasi dan peliputan rerumputan juga mengurangi air larian (run-off) sehingga erosi permukaan
dapat dikurangi.
Wilayah
yang Pernah Dihantam Bencana Tanah Longsor
Wilayah
di Indonesia yang pernah dihantam bencana tanah longsor
Berikut
adalah beberapa daerah yang pernah mengalami bencana tanah longsor di indonesia
:
Tanggal
|
Tempat
|
Penyebab
|
Kerugian
|
||
8 Januari
1999
|
Desa Pupuan,
Tegalalang,Gianjar, Bali
|
Bukit
(>70O) tinggi
100
m runtuh
|
39 meninggal
dan irigasi Subak terganggu
|
||
3
Februari 1999
|
Desa Gemawang,
Kec. Jambu, Kab.Semarang
|
Hujan
lebat
|
7
orang meninggal dan rumah hancur
|
||
7
Juli 1999
|
Desa
Bontosolama,
Sinjai,
Sulawesi Selatan
|
Hujan
deras
|
Meninggal >
11 orang dan kerugian Rp.
4,2 M
|
||
9 Desember
1999
|
Bukit Lantiak,
Sungai Muara Padang
|
Bukit
tejal 45,
tidak
ada hujan
|
56 orang tewas
|
||
24 Februari 2000 |
Desa
Windusakti, Kab. Brebes, Jawa Tengah
|
Hujan
deras
|
10 orang tewas
|
||
30
Oktober 2000
|
Kab. Cilacap
& Banyumas, Jawa Tengah
|
Hujan deras
terus menerus
|
34 tewas,88
rumah tertutup lumpur, dan 113 rumah rusak
|
||
3-9
November 2000
|
Desa
Somongari, Bukit Manoreh, Purworejo
|
Hujan deras
terus menerus
|
56 orang
tewas, dan 531 KK kehilangan
tempat tinggal
|
||
11
Desember 2000
|
Dusun Ngaran
dsk., Kab Kulonprogo, Yogyakarta
|
Hujan sangat
lebat
dan lama
|
17 tewas, 80
KK kehilangan tempat tinggal
|
||
9
Januari 2001
|
Desa Kanding,
Somogede, Banyumas
|
Hujan terus menerus
|
39 rumah
terendam lumpur
|
||
24
Januari 2001
|
Desa Aek
Latong, Sipirok, Tapanuli Selatan
|
Gempa struktur
sesar Sumatera
|
34 rumah rusak
berat
|
||
8
Februari 2001
|
Desa
Wangunreja, Nyalindung, Sukabumi
|
Hujan deras 2
pekan
menerus
|
Ruas jalan
Padanan KM 62 & KM 71 rusak berat
|
||
8-12 Februari 2001
|
Lereng
G. Pongkor, Kab Lebak, Banten
|
Cuaca buruk. Hujan
lebat disertai angin kencang
|
95 orang
tewas, 41.000 jiwa menderita, dan kerugian Rp. 6 M
|
||
30 September
2009
|
Padang, Sumatra Barat
|
Gempa berkekuatan 7,9 SR
|
Beberapa korban, kerusakan bangunan
yang sangat parah
|
||
Daerah yang memiliki rawan longsor, yaitu
·
Jawa Tengah, 327 Lokasi
·
Jawa Barat, 276 Lokasi
·
Sumatera Barat, 100 Lokasi
·
Sumatera Utara, 53 Lokasi
·
Yogyakarta, 30 Lokasi
·
Kalimantan Barat, 23 Lokasi
·
Sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan
Timur, Bali, dan Jawa Timur.
Wilayah di dunia yang pernah dihantam
bencana tanah longsor :
Beberapa daerah didunia
yang pernah mengalami bencana tanah longsor yaitu :
1.
Gempa di India dan Peru (2000) menyebabkan
longsor.
2.
Tanah longsor saidmarreh di Iran (1938)
3.
Tanah longsor heart mountain di wyoming
4.
Tanah longsor southeastern Alaska di
Alaska bagian tenggara (16 Februari 2014)
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Tanah longsor adalah perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan yang bergerak kebawah atau keluar lereng
2.
Longsoran (Landslide) merupakan bagian
dari gerakan tanah, jenisnya terdiri dari jatuhan (fall), jungkiran (topple),
luncuran (slide), nendatan (slump), aliran (flow), gerak horisontal atau
bentangan lateral (lateral spread), rayapan (creep) dan longsoran majemuk.
3.
Gejala umum terjadinya tanah longsor
yaitu, munculnya
retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing,
munculnya mata air baru
secara tiba-tiba, tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
4.
Faktor-faktor penyebab lereng rawan
longsor meliputi faktor internal (dari tubuh lereng sendiri) maupun
faktor
eksternal (dari luar lereng)
5.
Pencegahan terjadinya longsor yaitu,
mengurangi beban di puncak lereng, menambah beban di kaki lereng, mencegah
lereng jenuh, dan mengendalikan air pada permukaan tanah.
3.2 Saran
Setiap masyarakat harus
menambah wawasannya tentang kebencanaan, misalnya longsor. Penambahan wawasan
tersebut dapat dilakukan dengan diadakannya sosialisasi atau penyuluhan
terutama didaerah-daerah yang rawan terjadi bencana tanah longsor, tujuan nya
agar masyarakat dapat menyikapi bencana tersebut dengan sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Bachri,
Moch. 2006. Geologi Lingkungan.
Malang : CV. Aksara.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pengenalan Gerakan Tanah. Jakarta : Mancamedia.
Wikipedia. 2007. Tanah
Longsor. http://id.wikipedia.org/wiki/tanah_longsor. diakses Maret 2008.
Zaika,Y.
2011. Pengaruh Beban Dinamis dan Kadar Air Tanah Terhadap Stabilitas Lereng
pada Tanah Lempung Berpasir. Jurnal
Rekayasa Sipil. Vol,5. No 1 Hal, 35-39.
Zakaria,Z.
2009. Analisis Kestabilan Lereng Tanah.
Laboratorium Geologi Teknik: Universitas Padjajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar