iklan

Selasa, 01 Agustus 2017

Tanah Lonsor

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara yang letaknya strategis. Karena letaknya yang strategis, Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi. Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.

1.2  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah tentang tanah longsor ini adalah :
Untuk mengetahui faktor apa saja yang memyebabkan terjadinya tanah longsor
Untuk mengetahui gejala umum terjadinya tanah longsor dan pencegahan serta mitigasi/upaya yang harus dilakukan.
 Untuk menambah wawasan tentang bencana tanah longsor

1.3  Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :
Mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana tanah longsor
Mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya tanah longsor


BAB II
TANAH LONGSOR
2.1  Pengertian Tanah Longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, sebuah bahan rombakan, tanah, atau material campuran yang terdapat dalam tanah itu sendiri yang bergerak kebawah atau keluar lereng atau bisa disebut juga gerakan tanah. Gerakan  tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Gerakan tanah inilah yang biasa disebut dengan longsor.
2.2  Jenis-Jenis Tanah Longsor
Longsoran (Landslide) merupakan bagian dari gerakan tanah, jenisnya terdiri dari jatuhan (fall), jungkiran (topple), luncuran (slide), nendatan (slump), aliran (flow), gerak horisontal atau bentangan lateral (lateral spread), rayapan (creep) dan longsoran majemuk.

1)      Jatuhan (Fall)
Jatuhan (Fall) adalah jatuhan atau masa batuan bergerak melalui udara, termasuk gerak jatuh bebas, meloncat dan penggelindingan bongkah batu dan bahan rombakan tanpa banyak bersinggungan satu dengan yang lain. Termasuk jenis gerakan ini adalah runtuhan (urug, lawina, avalanche) batu, bahan rombakan maupun tanah.

2) Longsoran gelinciran (slides)
Longsoran gelinciran (slides) adalah gerakan yang disebabkan oleh keruntuhan melalui satu atau beberapa bidang yang dapat diamati ataupun diduga. Yang termasuk kedalam longsoran gelinciran adalah luncuran bongkahan tanah maupun rombakan, dan endapan tanah.

3) Aliran (flow)
Aliran (flow) adalah gerakan yang dipengaruhi oleh jumlah kandungan atau kadar air tanah, terjadi pada material tak terkonsolidasi. Bidang longsor antara material yang bergerak umumnya tidak dapat dikenali. Yang termasuk kedalam longsoran jenis gerakan aliran kering adalah sandrum (larian pasir), aliran fragmen batu, aliran loess. Sedangkan jenis gerakan aliran basah adalah aliran pasir-lanau, aliran tanah cepat, aliran tanah lambah, aliran lumpur, dan aliran rombakan.

4) Longsoran majemuk (complex landslide)
Longsoran majemuk (complex landslide) adalah gabungan dari dua atau tiga jenis gerakan tanah diatas. Pada umumnya longsoran majemuk terjadi di alam, tetapi biasanya slah satu jenis gerakan yang menonjol atau lebih dominan. Menurut Pastuto & Solidati (1997), longsoran majemuk diantaranya adalah bentangan lateral batuan, tanah maupun bahan rombakan.

5) Rayapan (creep)
Rayapan (creep) adalah gerakan yang dapat dibedakan dalam hal kecepatan gerakannya yang secara alami biasanya lambat (Zaruba & Mencl, 1969;Hansen, 1984). Untuk membedakan longsoran dan rayapan, maka kecepatan gerakan tanah perlu diketahui. Rayapan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu ; rayapan musiman yang dipengaruhi oleh iklim, rayapan bersinambungan yang dipengaruhi kuat geser dari material, dan rayapan melaju yang berhubungan dengan keruntuhan lereng atau perpindahan massa lainnya (Hansen, 1984).

6) Gerak horisontal/bentangan lateral (lateral spread)
Gerak horisontal/bentangan lateral (lateral spread)merupakan jenis longsoran yang dipengaruhi oleh pergerakan bentengan material batuan secara horisontal. Biasanya berasosiasi dengan jungkiran, jatuhan batuan, nendatan dan luncuran lumpur sehingga biasa dimasukkan dalam kategori omplex landslide-longsoran majemuk (Pastuto & Solidati, 1997). Prosesnya berupa rayapan bongkah-bongkah di atas batuan lunak (Radbruch-Hall, 1978, dalam Pastuto&Solidati, 1997). Pada bentangan lateral tanah maupun bahan rombakan, biasanya berasosiasi dengan nendatan, luncuran atau aliran yang berkembang selama maupun setelah longsor terjadi. Material yang terlibat antara lain pasir atau batuan yang mengalami luncuran akibat gempa (Buma & Van Asch, 1997).


7)  Transisional maupun rotasional
Transisional maupun rotasional merupakan longsoran yang memiliki batas antara massa yang bergerak dan diam (bidang gelincir), kedalaman batas dari permukaan tanah sangat penting bagi deskripsi longsoran.

Tanda Terjadinya Tanah Longsor
Sebelum terjadi bencana tanah longsor, biasa nya terdapat beberapa tanda-tanda atau gejala umum yang biasa terlihat. Gejala umum terjadinya tanah longsor yaitu :
  •  Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
  • Biasanya terjadi setelah hujan.
  • Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
  • Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.


Faktor Terjadinya Tanah Longsor
Faktor-faktor penyebab lereng rawan longsor meliputi faktor internal (dari tubuh lereng sendiri) maupun faktor eksternal (dari luar lereng), antara lain: gempa, iklim (curah hujan), vegetasi, morfologi, batuan/tanah maupun situasi setempat (Anwar dan Kesumadharma, 1991; Hirnawan, 1994), tingkat kelembaban tanah (moisture), adanya rembesan, dan aktifitas geologi seperti patahan (terutama yang masih aktif), rekahan dan liniasi (Sukandar, 1991).

a)      Gempa atau getaran
Gempa atau getaran bumi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya tanah longsor. Banyak kejadian longsor yang terjadi karena diakibatkan oleh gempa bumi. Apabila terjadi gempa bumi, maka pertama-tama yang merasakan getaran adalah tanah disekeliling pusat gempa. Getaran akibat gempa kemudian disebarkan kesegala penjuru sampai pada ke lokasi pencatat gempa di permukaan tanah. Selama getaran menjalar dari pusat gempa sampai kepermukaan tanah, maka faktor tanah sebagai penghantar getaran mempunyai peran yang sangat penting. Kondisi geologi dan kondisi tanah tertentu, akan menyebabkan respon tanah akibat gempa menjadi berlaianan sehingga memicu terjadinya tanah longsor. Contohnya saja gempa bumi di Sumatera selatan tahun 1952 dan di Wonosobo tahun 1942, juga di Assam 27 Maret 1964 menyebabkan timbulnya bencana tanah longsor (Pangular, 1985).
  1.   Cuaca/iklim

Curah hujan sebagai salah satu komponen iklim, akan mempengaruhi kadar air dan kejenuhan air. Hujan dapat meningkatkan kadar air dalam tanah dan lebih jauh akan menyebabkan kondisi fisik tubuh lereng berubah-ubah. Kenaikan kadar air tanah akan memperlemah sifat fisik-mekanik tanah ( mempengaruhi kondisi internal tubuh lereng) dan menurunkan faktor keamanan lereng.



2)  Ketidakseimbangan Beban di Puncak dan di Kaki Lereng
Beban tambahan di tubuh lereng bagian atas (puncak) mengikutsertakan peranan aktifitas manusia. Pendiriran atau peletakan bangunan, terutama memandang aspek estetika belaka, misalnya dengan membuat perumahan (real estate) atau villa di tepi-tepi lereng atau di puncak-puncak bukit merupakan tindakan ceroboh yang dapat mengakibatkan longsor. Kondisi tersebut menyebabkan berubahnya keseimbangan tekanan dalam tubuh lereng. Sejalan dengan kenaikan beban di puncak lereng, maka keamanan lereng akan menurun.
Pengurangan beban di daerah kaki lereng berdampak menurunkan faktor keamanan. Makin besar pengurangan beban di kaki lereng, makin besar pula penurunan faktor keamanan lerengnya, sehingga lereng makin labil atau makin rawan longsor. Aktifitas manusia berperan dalam kondisi seperti ini. Pengurangan beban di kaki lereng diantaranya oleh aktifitas penambangan bahan galian, pemangkasan kaki lereng untuk perumahan, jalan, atau pun erosi (Hirnawan, 1993).

       3) Vegetasi/Tumbuh-tumbuhan
Hilangnya tumbuhan penutup, dapat menyebabkan alur-alur pada beberapa daerah tertentu. Penghanyutan makin dapat meningkat dan akhirnya terjadilah longsor (Pangular, 1985). Dalam kondisi tersebut berperan pula faktor erosi. Letak atau posisi penutup tanaman keras dan kerapatannya mempengaruhi faktor keamanan lereng. Penanaman vegetasi tanaman keras di kaki lereng akan memperkuat kestabilan lereng, sebaliknya penanaman tanaman keras di puncak lereng justru akan menurunkan faktor keamanan lereng sehingga memperlemah kestabilan lereng (Hirnawan, 1993)

4) Naiknya Muka air Tanah
Kehadiran air tanah dalam tubuh lereng biasanya menjadi masalah bagi kestabilan lereng. Kondisi ini tak lepas dari pengaruh luar, yaitu iklim (curah hujan) yang dapat menaikkan kadar air dalam tanah, derajat kejenuhan, atau muka air tanah. Kehadiran air tanah akan menurunkan sifat fisik dan mekanik tanah. Kenaikan muka air tanah meningkatkan tekanan pori yang berarti memperkecil ketahanan geser dari masa lereng, terutama pada material tanah (soil). Kenaikan muka air tanah juga memperbesar debit air tanah dan meningkatkan erosi di bawah permukaan. Akibatnya lebih banyak fraksi halus (lanau)dari masa tanah yang dihanyutkan, ketahanan massa tanah akan menurun.

Penyebab Terjadinya Tanah Longsor
Gerakan tanah berupa longsor merupakan bencana yang sering membahayakan. Longsor seringkali terjadi akibat adanya pergerakan tanah pada kondisi daerah lereng yang curam, seta tingkat kelembaban (Moisture) yang tinggi, tumbuhan jarang (lahan terbuka) dan material yang kurang kompak.
Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya tanah longsor adalah rembesan dan aktifitas geologi seperti patahan, rekahan dan liniasi. Kondisi lingkungan setempat merupakan suatu komponen yang saling terkait. Bentuk dan kemiringan lereng, kekuatan material, kedudukan muka air tanah dan kondisi drainase setempat adalah hal yang sangat berkaitan pula dengan kondisi kestabilan lereng (Verhorf, 1985) Lereng adalah kenampakan permukaan alam yang memiliki beda tinggi Apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar, akan diperoleh besarnya kelerengan (slope). Bentuk lereng tergantung pada proses erosi gerakan tanah dan pelapukan. Lereng memiliki parameter topografi yang terbagi dalam dua bagian, yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relief .  Stabilitas lereng sangat erat kaitannya dengan longsor atau gerakan tanah yang merupakan proses perpindahan massa tanah secara alami dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Akibat yang ditimbulkan dari Bencana Tanah longsor
Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya bencana tanah longsor adalah kesuburan tanah menurun, rusaknya lahan pertanian, dapat menghancurkan segala sesuatu yang berada disekitarnya (misalnya bangunan, rumah), hilangnya harta benda serta dapat memakan korban yang sangat banyak.
a.     Tahapan Mitigasi yang Harus Dilakukan
          i.     Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.
        ii.     Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
      iii.     Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
      iv.     Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
        v.     Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah
      vi.     Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.

Tindakan yang bisa dilakukan sebelum dan sesudah Tanah Longsor
a.       Tanggap darurat
Upaya yang harus dilakukan dalam tahapan tanggap darurat ini adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya. Hal ini tujuannya adalah agar tidak bertambahnya jumlah korban. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya ini adalah kondisi medan terjadinya tanah longsor, kondisi bencana, peralatan yang harus dibawa dan akan digunakan dalam usaha penyelamatan, serta informasi bencana. Hal tersebut harus sangat diperhatikan agar tindakan tanggap darurat yang dilakukan berjalan dengan lancar dan tidak menambah korban lain
  • Rehabilitasi

Tahapan berikutnya yang harus dilakukan adalah rehabilitasi atau upaya pemulihan. Upaya pemulihan ini meliputi upaya pemulihan korban seperti pemulihan fisik dan mental atau psikis yang dialami oleh korban. Serta upaya pemulihan  prasarana korban yang meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi.

  •  Rekonstruksi

Tahapan berikutnya adalah rekonstruksi, rekonstruksi ini adalah berupa penguatan bangunan-bangunan infrastruktur bagi bangunan yang berada di daerah rawan bencana.
Cara Pencegahan Bencana Tanah Longsor
Secara umum pencegahan/penanggulangan lereng longsor adalah mencoba mengendalikan faktor-faktor penyebab maupun pemicunya. Meskipun demikian, tidak semua faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan kecuali dikurangi. Beberapa cara pencegahan atau upaya stabilitas lereng adalah sebagai berikut : 
Mengurangi beban di puncak lereng dengan cara : Pemangkasan lereng; Pemotongan lereng; biasanya digabungkan dengan pengisian/pengurugan di kaki lereng; Pembuatan undak-undak dan sebagainya
Menambah beban di kaki lereng dengan cara :
·         Menanam tanaman keras (biasanya pertumbuhannya cukup lama).
·         Membuat dinding penahan (bisa dilakukan relatif cepat; dinding penahan atau retaining wall harus didesain terlebih dahulu)
·         Membuat ‘bronjong’, batu-batu bentuk menyudut diikatkan dengan kawat; bentuk angular atau menyudut lebih kuat dan tahan lama dibandingkan dengan bentuk bulat,  dan sebagainya
                                                              i.      Mencegah lereng jenuh dengan airtanah atau mengurangi kenaikan kadar air tanah di dalam tubuh lereng Kadar airtanah dan mua air tanah biasanya muncul pada musim hujan, pencegahan dengan cara :
·         Membuat beberapa penyalir air (dari bambu atau pipa paralon) di kemiringan lereng dekat ke kaki lereng. Gunanya adalah supaya muka air tanah yang naik di dalam tubuh lereng akan mengalir ke luar, sehingga muka air tanah turun
·         Menanam vegetasi dengan daun lebar di puncak-puncak lereng sehingga evapotranspirasi meningkat. Air hujan yang jatuh akan masuk ke tubuh lereng (infiltrasi). Infiltrasi dikendalikan dengan cara tersebut.
Mengendalikan air permukaan dengan cara membuat desain drainase yang memadai sehingga air permukaan dari puncak-puncak lereng dapat mengalir lancar dan infiltrasi berkurang. Serta penanaman vegetasi dan peliputan rerumputan juga mengurangi air larian (run-off) sehingga erosi permukaan dapat dikurangi.
Wilayah yang Pernah Dihantam Bencana Tanah Longsor
Wilayah di Indonesia yang pernah dihantam bencana tanah longsor
Berikut adalah beberapa daerah yang pernah mengalami bencana tanah longsor di indonesia :
Tanggal
Tempat
Penyebab
Kerugian
8 Januari 1999
Desa Pupuan, Tegalalang,Gianjar, Bali
Bukit (>70O) tinggi
100 m runtuh
39 meninggal dan irigasi Subak terganggu
3 Februari 1999
Desa Gemawang, Kec. Jambu, Kab.Semarang
Hujan lebat

7 orang meninggal dan rumah hancur
7 Juli  1999
Desa Bontosolama,
Sinjai, Sulawesi Selatan
Hujan deras

Meninggal > 11             orang dan kerugian Rp. 4,2 M
9 Desember 1999
Bukit Lantiak, Sungai Muara Padang
Bukit tejal  45,
tidak ada hujan
56 orang tewas

24 Februari 2000
Desa Windusakti, Kab. Brebes, Jawa Tengah
Hujan deras

10 orang tewas


30 Oktober 2000
Kab. Cilacap & Banyumas, Jawa Tengah
Hujan deras terus menerus

34 tewas,88 rumah tertutup lumpur, dan 113 rumah rusak
3-9 November 2000
Desa Somongari, Bukit Manoreh, Purworejo
Hujan deras terus menerus

56 orang tewas, dan 531 KK kehilangan        tempat tinggal
11 Desember 2000
Dusun Ngaran dsk., Kab Kulonprogo, Yogyakarta
Hujan sangat
lebat dan lama

17 tewas, 80 KK kehilangan tempat tinggal

9 Januari 2001
Desa Kanding, Somogede, Banyumas
Hujan terus menerus
39 rumah terendam lumpur
24 Januari 2001
Desa Aek Latong, Sipirok, Tapanuli Selatan
Gempa struktur sesar Sumatera
34 rumah rusak berat


8 Februari 2001

Desa Wangunreja, Nyalindung, Sukabumi
Hujan deras 2
pekan menerus

Ruas jalan Padanan KM 62 & KM 71 rusak berat
8-12  Februari 2001
Lereng G. Pongkor, Kab Lebak, Banten
Cuaca buruk. Hujan lebat disertai angin kencang
95 orang tewas, 41.000 jiwa menderita, dan kerugian Rp. 6 M
30 September 2009
Padang, Sumatra Barat
Gempa berkekuatan 7,9 SR
Beberapa korban, kerusakan bangunan yang sangat parah

Daerah yang memiliki rawan longsor, yaitu
·           Jawa Tengah, 327 Lokasi
·           Jawa Barat, 276 Lokasi
·            Sumatera Barat, 100 Lokasi
·            Sumatera Utara, 53 Lokasi
·            Yogyakarta, 30 Lokasi
·            Kalimantan Barat, 23 Lokasi
·            Sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur.

Wilayah di dunia yang pernah dihantam bencana tanah longsor :
Beberapa daerah didunia yang pernah mengalami bencana tanah longsor yaitu :
1.             Gempa di India dan Peru (2000) menyebabkan longsor.
2.             Tanah longsor saidmarreh di Iran (1938)
3.             Tanah longsor heart mountain di wyoming
4.             Tanah longsor southeastern Alaska di Alaska bagian tenggara (16 Februari 2014)
  

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
1.      Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan  yang bergerak kebawah atau keluar lereng
2.      Longsoran (Landslide) merupakan bagian dari gerakan tanah, jenisnya terdiri dari jatuhan (fall), jungkiran (topple), luncuran (slide), nendatan (slump), aliran (flow), gerak horisontal atau bentangan lateral (lateral spread), rayapan (creep) dan longsoran majemuk.
3.      Gejala umum terjadinya tanah longsor yaitu, munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing, munculnya mata air baru secara tiba-tiba, tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
4.      Faktor-faktor penyebab lereng rawan longsor meliputi faktor internal (dari tubuh lereng sendiri) maupun faktor eksternal (dari luar lereng)
5.      Pencegahan terjadinya longsor yaitu, mengurangi beban di puncak lereng, menambah beban di kaki lereng, mencegah lereng jenuh, dan mengendalikan air pada permukaan tanah.
3.2  Saran
Setiap masyarakat harus menambah wawasannya tentang kebencanaan, misalnya longsor. Penambahan wawasan tersebut dapat dilakukan dengan diadakannya sosialisasi atau penyuluhan terutama didaerah-daerah yang rawan terjadi bencana tanah longsor, tujuan nya agar masyarakat dapat menyikapi bencana tersebut dengan sebaik mungkin.

  
DAFTAR PUSTAKA
Bachri, Moch. 2006. Geologi Lingkungan. Malang : CV. Aksara.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pengenalan Gerakan Tanah. Jakarta : Mancamedia.
Wikipedia. 2007. Tanah Longsor. http://id.wikipedia.org/wiki/tanah_longsor. diakses Maret 2008.
Zaika,Y. 2011. Pengaruh Beban Dinamis dan Kadar Air Tanah Terhadap Stabilitas Lereng pada Tanah Lempung Berpasir. Jurnal Rekayasa Sipil. Vol,5. No 1 Hal, 35-39.
Zakaria,Z. 2009. Analisis Kestabilan Lereng Tanah. Laboratorium Geologi Teknik: Universitas Padjajaran.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kelebihan dan kekurangan komik sebagai media pembelajaran

Kelebihan dan kekurangan Komik Menurut Rohani (1997:21) Media komik merupakan media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dipahami,...