BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konflik merupakan kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salah satu pihak menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konflik?
2. Apa saja jenis-jenis konflik?
3. Apa saja teori-teori yang mendasari konflik?
4. Apa yang menjadi penyebab sebuah konflik?
5. Apa sajakah dampak dari konflik?
6. Bagaimana strategi menyelesaikan sebuah konflik?
7. Daerah mana sajakah di dunia yang sering terjadi konflik?
8. Daerah manasajakah di Indonesia yang sering terjadi konflik?
1.3. Tujuan Penulisan
1 Mengetahui pengertian dari konflik
2 Mengetahui jenis-jenis konflik
3 Mengetahui teori-teori konflik
4 Mengetahui penyebab terjadinya konflik
5 Mengetahui dampak dari konflik
6 Mengetahui strategi penyelesaian konflik
7 Mengetahui daerah-daerah yang sering terjadi konflik baik di Indonesia maupun di dunia
BAB II
KONFLIK
2.1. Pengertian Konflik
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang senantiasa berlangsung.
Di dalam setiap kehidupan sosial tidak ada satu pun manusia yang memiliki kesamaan yang persis, baik dari unsur etnis, kepentingan, kemauan, kehendak, tujuan dan sebagainya. Dari setiap konflik ada beberapa diantaranya yang dapat diselesaikan, akan tetapi ada juga yang tidak dapat diselesaikan sehingga menimbulkan beberapa aksi kekerasan. Kekerasan merupakan gejala tidak dapat diatasinya akar konflik sehingga menimbulkan kekerasan dari model kekerasan yang terkecil hingga peperangan.
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Definisi konflik menurut para ahli :
1. Daniel webster mendefinisikan konflik sebagai :
• Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain
• Keadaan yang bertentangan (misalnya : pertentangan pendapat,kepentingan atau pertentangan antar individu).
• Perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan atan tuntutan yang bertentangan.
• Perseteruan.
2. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
3. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
4. Menurut Pace & Faules (1994 : 294)Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami.
5. Menurut Ramlan Surbakti (1992:149) menyebutkan pengertian konflik yaitu “benturan”, seperti perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan antara individu dan individu, kelompok dan kelompok, indivudu dan kelompok, dan antara individu atau kelompok dengan pemerintah.
6. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun Poerwadinata (1976), konflik berarti pertentangan atau percekcokan. Pertentangan sendiri bisa muncul ke dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak bersebrangan.
7. Menurut Eep Saeffullah Fatah (1994:46-47) konflik adalah Suatu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, paham atau kepentingan di antara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini dapat berbentuk non fisik, bisa juga berkembang menjadi benturan fisik, bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent) ataupun berkadar rendah yang tidak menggunakan kekerasan (non-violent).
Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konflik adalah percekcokan, perselisihan dan pertentangan yang terjadi antar anggota atau masyarakat dengan tujuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dengan cara saling menantang dengan ancaman kekerasan.
2.2. Jenis-jenis Konflik
1. Konflik Diri (Intraindividu)
Konflik diri adalah gangguan emosi yang terjadi dalam diri seseorang, karena dia dituntut menyelesaikan suatu pekerjaan atau memenuhi suatu suatu harapan sementara minat, tujuan, dan tata nilainya tidak sanggup memenuhi tuntutan, sehingga hal ini menjadi beban baginya. Konflik inipun bisa terjadi apabila pengalaman, minat, tujuan, atau tata nilai pribadinya bertentangan satu sama lain. Konflik diri mencerminkan perbedaan antara apa yang anda katakan, inginkan, dan apa yang anda lakukan untuk mewujudkan keinginan itu.
2. Konflik Antarindividu
Konflik antarindividu adalah konflik antara dua individu.
3. Konflik Dalam Kelompok
Konflik dalam kelompok adalah konflik yang terjadi antara indivdu dalam suatu kelompok (tim, departmen, perusahaan, organisasi, dsb.)
4. Konflik Antarkelompok
5. Konflik antar kelompok adalah konflik yang melibatkan lebih dari satu kelompok (beberpa tim, departmen, organisasi, dsb.)
2.3. Teori Konflik
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosiologi sampai saat ini, yaitu:
1. Teori konflik C. Gertz, tentang primodialisme
Primordialisme adalah perasaan kesukaan yang berlebihan. Banyak lapian masyarakat sampai sekarangpun hidup semangat dengan primordialisme yang kental baik secara pribadi maupun secara kelompok.
Ciri masyarakat primordial menurut Gertz umumnya adalah mengutamakan kelompok, suku, agama, budaya dan segalanya masih sangatr diwarnai dengan ketertutupan, fanatisme, egoism dan cendeung mencari amannya sendiri. Konflik primordial serng terjadi karena sikap tertutup dan dan fanatisme ini.
Konflik pimordialisme berakar pada sikap masyarakat tertutup, tidak terbuka terhadap realitassosialnya.ketertutupan inilah yang membuat pribadi atau pun kelompo merasa eksklusif dalam diri atau klompoknya sendiri dan tidak menerima dan terbuka terhadap pihak lainnya yang berbeda dengan diri atau kelompok mereka.
Bahaya negatif primordialisme ini seara social tercetus dalam beberapa sikap dasar seperti:
a. Semangat eksklusivisme secara politik, ekonomi, social, religious (merasa diri atau kelompoknya lebih dari yang lainnya)
b. Fanatisme (merasa keyakinan dan pandangannya sendiri yang paling benar, yang bertentangan dengan diri atau kelompoknya tidak benar)
c. Anarkisme (sebenarnya kaum primordialisme ini adalah kaum yang “ phobis” dan selalu berusaha mengatasi ketakutannya dengan bertindak untuk “menguasai” pihak lainnya agar dirinya merasa aman, tidak terancam, superior, dianggap berkuasa dan sebagainya)
2. Teori Konflik Karl Marx tentang pertentangan kelas
Teori ini terutama didasarkan pada pemikiran karl Marx yang melihat, masyarakat berada dalam konflik yang terus-menerusdi antara kelompok atau kelas social. Dalam pandangan teori ini, konflik masyarakat dikuasai oleh sebagian kelompok atau individu yang mempunyai kekuasaan dominan. Selain Marx dan Hegel, tokoh lain dalam pendekatan konflik adalah Lews Coser.
Dengan demikian tampaklah bahwa ada pmbagian yang jelas antara pihak yang berkuasa dan pihak yang di kuasa. Keduanya itu mempunyai kepentingan yang berbeda dan bahkan mungkin bertentangan.
3. Teori Konflik James Scott, tentang Patron-klien
Scott menyebutkan ada faktor yang menjadi sebab tumbuh berkembangnya konflik relasi patron klien (patronase) dalam suatu komunitas, yaitu:
a. Ketimpangan ekonomi yang kuat dalam penguasaan kekayaan yang banyak diterima sebagai sesuatu yang sah
b. Ketiadaan jaminan fisik dan tidak ada kesetaraan setatus dan kedudukan yang kuat dan bersifat personal
c. Ketidak berdayaan kesatuyan keluarga sebagai wahana yang efektif bagi keamanan dan pengembangan diri.
Klien yang umumya cenderung dijadikan alat memperkuat kekuasaan, status, dan kekayaan saja bagi Patron. Konflik Patron-Klien lebih banyak terjadi karena relasi berat sebelah,idak setara baik secara ekonomi, social, politik atau budaya.
Suatu masyarakat yang tingkat ekonominya rendah,kesejahteraannya rendah,sumberdayanya akan lebih dikuasai oleh patron yang lebih berkuasa dan suatu masyarakat yang berdasarkan keagamaan dimana hanya kalangan tertentu saja yang dapat berhubungan dengan alam transcendental sangat rentan “terjangkiti” oleh relasi patron-klien. Namun tidak menutup kemungkinan relasi ini merasuk di berbagai komunitas di desa,perkampungan kumuh terutama di negara-negara ke tiga bahkan sampai di lingkungan perkantoran yang telah maju dan modern sekalipun.
2.4. Tahap-tahap Konflik
Analisis dasar tahapan konflik ada lima tahap, yang umumnya disajikan secara berurutan. Tahapan ini adalah:
1. Prakonflik
Ini merupakan periode dimana terdapat suatu ketidak sesuaian sasaran diantara dua belah pihak atau lebih, sehingga timbullah sebuah konflik. Konflik tersembunyi dari pandangan umum, meskipun satu pihak atau lebih mengetahui potensi terjadinya konfrontasi. Mungkin terdapat ketegangan hubungan diantara beberapa pihak atau keinginan untuk menghindari kontak satu sama lain pada tahap ini.
2. Konfrotasi
Pada tahap ini konflik terjadi semakin terbuka. Jika hanya satu pihak yang merasa ada masalah. Mungkin para pendukungnya mulai melakukan aksi demonstrasi atau prilaku konfrontatif. Pertikayan atau kekerasan pada tingkat rendah lainnya terjadi diantara kedua belah pihak. Masing–masing pihak mungkin mengumpulkan sumber daya dan kekuatan dan mencari sekutu dengan harapan dapat meningkatkan konfrontasi dan kekerasan. Hubungan diantara kedua belah pihak menjadi sangat tegang, mengarah pada polarisasi antara para pendukung dimasing–masing pihak.
3. Krisis
Ini merupakan puncak konflik, ketika ketegangan dan kekerasan terjadi paling hebat. Dalam konflik skala besar, ini merupakan periode perang, ketika kedua belah pihak jatuh korban dan saling membunuh. Komunikasi normal diantara kedua belah pihak kemungkinan terputus. Pernyataan–pernyataan umum cenderung menuduh dan menentang pihak–pihak lainnya.
4. Akibat
Suatu konflik pasti akan meninggalkan akibat. Satu pihak mungkin menakhlukan pihak lain, atau mungkin melakukan gencatan senjata. Satu pihak mungkin menyarah dengan sendirinya, atau menyerah atas desakan pihak lain. Keduabelah pihak mungkin setuju untuk bernegosiasi dengan atau tanpa perantara. Suatu pihak yang mempunyai otoritas atau pihak ketiga yang mungkin lebih berkuasa memaksa duabelah pihak untuk menghentikan pertikaian. Apapun keadaannya, tingkat ketegangan, konfrontasi dan kekerasan pada tahap ini agak menurun, dengan kemungkinan adanya penyelesaian.
5. Pasca konflik
Situasi diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai macam konfrontasi kekerasan, ketegangan berkurang dan hubungan mengarah pada situasi normal diantara kedua belah pihak. Namun isu–isu dan masalah–masalah yang timbul karena sasaran mereka yang saling bertentangan tidak diatasi dengan baik, tahap ini sering kembali lagi menjadi situasi prakonflik.
2.5. Penyebab Konflik
1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
2.6. Dampak Konflik
Dampak positif dari konflik antara lain :
• Bertambah kuatnya rasa solidaritas sesama anggota kelompok. Hal ini biasanya terjadi pada konflik antarkelompok, di mana anggota masing-masing kelompok karena merasa mempunyai identitas yang sama bersatu menghadapi ancaman yang datang dari luar kelompoknya.
• Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau belum tuntas untuk ditelaah. Contohnya, dalam menetapkan suatu rancangan undang-undang (RUU) menjadi sebuah undang-undang yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) dengan persetujuan presiden. Dalam hal ini perlu dilakukan telaah terlebih dahulu terhadap rancangan undang-undang tersebut dalam sidang di DPR. Dalam penelaahan itu tentunya terjadi perbedaan pendapat atau pandangan yang nantinya berguna untuk lebih memperjelas dan mempertajam kesimpulan yang dapat memperkuat undang-undang tersebut.
• Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok. Terjadinya konflik dapat menumbuhkan kesadaran dalam masyarakat terhadap norma dan nilai sosial, serta hubungan sosial tentang perlunya diterapkan beberapa aturan yang cenderung dapat membawa ke arah yang lebih baik.
• Merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan antarkelompok.
• Dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma yang baru.
• Dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.
• Memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan yang seimbang.
Dampak negatif konflik antara lain :
• Hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok. Hal ini biasanya muncul apabila terjadi konflik di antara anggota kelompok yang sama.
• Adanya perubahan kepribadian pada diri individu.
• Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
• Munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.
• Rusaknya fasilitas umum dan lingkungan alam
2.7. Strategi Menyelesaikan Konflik
Menurut Hugh Miall (2002:65) bahwa penyelesaian konflik dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Strategi Kompetisi
Merupakan penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain.
b. Strategi Akomodasi
Merupakan penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri.
c. Strategi Kolaborasi
Merupakan bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak.
d. Strategi Penghindaran
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri.
e. Strategi Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan dan saling member serta menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak
Menurut Wijono (1993 : 42-125) strategi mengatasi konflik, yaitu:
1. Strategi Mengatasi Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)
Menurut Wijono (1993 : 42-66), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tujuh strategi yaitu:
1) Menciptakan kontak dan membina hubungan
2) Menumbuhkan rasa percaya dan penerimaan
3) Menumbuhkan kemampuan /kekuatan diri sendiri
4) Menentukan tujuan
5) Mencari beberapa alternative
6) Memilih alternative
7) Merencanakan pelaksanaan jalan keluar
2. Strategi Mengatasi Konflik Antar Pribadi (Interpersonal Conflict)
Menurut Wijono (1993 : 66-112), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tiga strategi yaitu:
1) Strategi Kalah-Kalah (Lose-Lose Strategy)
Berorientasi pada dua individu atau kelompok yang sama-sama kalah. Biasanya individu atau kelompok yang bertikai mengambil jalan tengah (berkompromi) atau membayar sekelompok orang yang terlibat dalam konflik atau menggunakan jasa orang atau kelompok ketiga sebagai penengah.
Dalam strategi kalah-kalah, konflik bisa diselesaikan dengan cara melibatkan pihak ketiga bila perundingan mengalami jalan buntu. Maka pihak ketiga diundang untuk campur tangan oleh pihak-pihak yang berselisih atau barangkali bertindak atas kemauannya sendiri. Ada dua tipe utama dalam campur tangan pihak ketiga yaitu:
a. Arbitrasi (Arbitration)
Arbitrasi merupakan prosedur di mana pihak ketiga mendengarkan kedua belah pihak yang berselisih, pihak ketiga bertindak sebagai hakim dan penengah dalam menentukan penyelesaian konflik melalui suatu perjanjian yang mengikat.
b. Mediasi (Mediation)
Mediasi dipergunakan oleh Mediator untuk menyelesaikan konflik tidak seperti yang diselesaikan oleh abriator, karena seorang mediator tidak mempunyai wewenang secara langsung terhadap pihak-pihak yang bertikai dan rekomendasi yang diberikan tidak mengikat.
2) Strategi Menang-Kalah (Win-Lose Strategy)
Dalam strategi saya menang anda kalah (win lose strategy), menekankan adanya salah satu pihak yang sedang konflik mengalami kekalahan tetapi yang lain memperoleh kemenangan.
Beberapa cara yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan win-lose strategy (Wijono, 1993 : 44), dapat melalui:
a. Penarikan diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau lebih pihak yang kurang puas sebagai akibat dari ketergantungan tugas (task independence).
b. Taktik-taktik penghalusan dan damai, yaitu dengan melakukan tindakan perdamaian dengan pihak lawan untuk menghindari terjadinya konfrontasi terhadap perbedaan dan kekaburan dalam batas-batas bidang kerja (jurisdictioanal ambiquity).
c. Bujukan, yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya untuk mempertimbangkan informasi-informasi faktual yang relevan dengan konflik, karena adanya rintangan komunikasi (communication barriers).
d. Taktik paksaan dan penekanan, yaitu menggunakan kekuasaan formal dengan menunjukkan kekuatan (power) melalui sikap otoriter karena dipengaruhi oleh sifat-sifat individu (individual traits).
e. Taktik-taktik yang berorientasi pada tawar-menawar dan pertukaran persetujuan sehingga tercapai suatu kompromi yang dapat diterima oleh dua belah pihak, untuk menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan persaingan terhadap sumber-sumber (competition for resources) secara optimal bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
3) Strategi Menang-Menang (Win-Win Strategy)
Penyelesaian yang dipandang manusiawi, karena menggunakan segala pengetahuan, sikap dan keterampilan menciptakan relasi komunikasi dan interaksi yang dapat membuat pihak-pihak yang terlibat saling merasa aman dari ancaman, merasa dihargai, menciptakan suasana kondusif dan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi masing-masing dalam upaya penyelesaian konflik. Jadi strategi ini menolong memecahkan masalah pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, bukan hanya sekedar memojokkan orang.
Strategi menang-menang jarang dipergunakan dalam organisasi dan industri, tetapi ada 2 cara didalam strategi ini yang dapat dipergunakan sebagai alternatif pemecahan konflik interpersonal yaitu:
a. Pemecahan masalah terpadu (Integrative Problema Solving) Usaha untuk menyelesaikan secara mufakat atau memadukan kebutuhan-kebutuhan kedua belah pihak.
b. Konsultasi proses antar pihak (Inter-Party Process Consultation) Dalam penyelesaian melalui konsultasi proses, biasanya ditangani oleh konsultan proses, dimana keduanya tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan konflik dengan kekuasaan atau menghakimi salah satu atau kedua belah pihak yang terlibat konflik
2.8. Konflik-konflik yang Terjadi di Indonesia
Beberapa konflik yang pernah terjadi di Indonesia :
1. Konflik Antar Suku di Sampit (2001)
Gambar 1. Konflik antar suku di Sampit (2001)
Barangkali kerusuhan yang terjadi di Sampit adalah kerusuhan antar suku paling mengerikan yang pernah terjadi di Indonesia. Konflik ini diduga akibat adanya warga Dayak yang dibantai oleh Warga Madura yang menetap di sana. Versi lain mengatakan jika kedua suku saling membakar rumah dan mengakibatkan Suku Dayak yang memenuhi hampir semua wilayah Kalimantan Tengah murka.
Akibat hal ini, 500 orang dikabarkan meninggal dunia. Dari jumlah itu 100 di antaranya mengalami pemenggalan kepala oleh Suku Dayak. Pemenggalan ini dilakukan oleh Suku Dayak karena mereka ingin mempertahankan wilayah yang saat itu mulai dikuasai oleh Suku Madura. Pihak Kepolisian setempat sebenarnya sudah menangkap orang-orang yang dianggap sebagai dalang dari kerusuhan. Namun setelah ditangkap, Kantor Polisi justru dikepung oleh Suku Dayak hingga Polisi tepaksa melepaskan kembali tahanan. Konflik yang terjadi di tahun 2001 ini akhirnya berakhir setelah setahun berlangsung.
2. Konflik Antar Agama di Ambon (1999)
Gambar 2. Konflik antar agama di Ambon (1999)
Konflik yang ada kaitannya dengan agama terjadi di Ambon sekitar tahun 1999. Konflik ini akhirnya meluas dan menjadi kerusuhan buruk antara agama Islam dan Kristen yang berakhir dengan banyaknya orang meninggal dunia. Orang-orang dari kelompok Islam dan Kristen saling serang dan berusaha menunjukkan kekuatannya.
Konflik ini awalnya dianggap sebagai konflik biasa. Namun muncul sebuah dugaan jika ada pihak yang sengaja merencanakan dengan memanfaatkan isu yang ada. Selain itu ABRI juga tak bisa menangani dengan baik, bahkan diduga sengaja melakukannya agar konflik terus berlanjut dan mengalihkan isu-isu besar lainnya. Kerusuhan yang terjadi di Ambon membuat kerukunan antar umat beragama di Indonesia jadi memanas hingga waktu yang cukup lama.
3. Konflik Antara Etnis (1998)
Gambar 3. Konflik antar etnis (1998)
Kerusuhan yang terjadi di penghujung Orde Baru 1998 awalnya dipicu oleh krisis moneter yang membuat banyak sektor di Indonesia runtuh. Namun lambat laun kerusuhan menjadi semakin mengerikan hingga berujung pada konflik antara etnis pribumi dan etnis Tionghoa. Kerusuhan melebar dan menyebabkan banyak aset-aset miliki etnis Tionghoa dijarah dan juga dibakar karena kemarahan.
Selain menjarah dan membakar banyak hal penting dari etnis Tionghoa. Mereka juga melakukan tindak kekerasan kepada para wanita dari etnis ini. Kasus pelecehan seksual banyak dilaporkan hingga kasus pembunuhan pun tak bisa dihindari. Konflik antar etnis yang terjadi di Indonesia benar-benar membuat negeri ini menjadi lautan darah.
4. Konflik Antar Golongan Agama (Ahmadiyah dan Syiah) (2000-an)
Gambar 4. Konflik Antar Golongan Agama (Ahmadiyah dan Syiah) (2000-an)
Indonesia memiliki banyak sekali golongan-golongan dalam sebuah agama. Misal Islam ada yang memposisikan sebagai NU, Muhammadiyah, hingga Ahamdiyah. Sayangnya, ada beberapa golongan yang dianggap menyimpang hingga akhirnya dimusuhi oleh golongan lain yang jauh lebih dominan. Konflik yang paling nampak terlihat dari golongan Ahmadiyah yang mengalami banyak sekali tekanan dari kelompok mayoritas di wilayahnya.
Mereka dianggap menyimpang hingga akhirnya diusir, rumah ibadah dan warga dibakar hingga aksi kekerasan lainnya. Jemaah dari Ahmadiyah dipaksa kembali ke ajaran asli dan meninggalkan ajaran lamanya.
Selanjutnya ada kelompok lagi bernama Syiah yang juga ditekan di Indonesia. Kelompok ini dianggap sesat dan harus diwaspadai dengan serius. Sayangnya, masyarakat terlalu ekstrem hingga banyak melakukan kekerasan pada kelompok ini mulai dai pembakaran rumah ibadah hingga pesantren. Hal ini dilakukan dengan dalih agar Islam di Indonesia tidak tercemar oleh ajaran pengikut Syiah.
5. Konflik Antar Golongan dan Pemerintah (GAM, RMS, dan OPM)
Gambar 5. Konflik antar golongan dan pemerintah (GAM, RMS, dan OPM)
Konflik yang terjadi dengan kelompok-kelompok tertentu sering terjadi di Indonesia. Paling heboh hingga sampai di bawa ke dunia internasional adalah masalah dengan Gerakan Aceh Merdeka atau GAM. Konflik ini terjadi akibat banyak dari milisi GAM menginginkan lepas dari Indonesia. Sayangnya pemerintah tak mau hingga adu kekuatan terjadi selama bertahun-tahun. Konflik ini akhirnya selesai setelah muncul sebuah kesepakatan yang salah satunya adalah membuat Aceh menjadi daerah otonomi khusus.
Selain GAM adalah lagi RMS atau Republik Maluku Selatan dan Operasi Papua Merdeka atau OPM. Kelompok ini menginginkan merdeka dan lepas dari Indonesia. Untuk memenuhi hasrat ini tindakan-tindakan pemberontakan kerap terjadi dan membuat warga sekitar merasa sangat terganggu. Pasalnya gerakan separatis seperti ini hanya akan membuat situasi menjadi buruk.
2.9. Daerah-daerah Rawan Konflik di Indonesia
1. Papua
2. Jawa Barat
3. Jakarta
4. Sumatera Utara
5. Sulawesi Tengah
6. Jawa Tengah
2.10. Konflik yang Terjadi di Dunia
Beberapa konflik yang terjadi di dunia :
1. Konflik Israel dan Palestina
Gambar 6. Konflik Israel dan Palestina
Bisa dibilang konflik yang terjadi di Gaza adalah konflik abadi yang susah menemui jalan kelar. Setiap hari selalu saja ada baku tembak hingga serangan bom yang menggempur wilayah konflik. Palestina menjadi negeri pesakitan karena wilayahnya semakin habis dicaplok Israel yang menjadi saudara dekat Amerika.
Konflik militer yang terjadi antara Israel dan Palestina telah menjadi isu dunia. Sayangnya penyelesaian selalu tak terjadi. Konflik kedua kubu ini seperti sengaja dibiarkan karena ada kepentingan-kepentingan tertentu yang tersembunyi.
2. Konflik Korea Utara dan Korea Selatan
Gambar 7. Konflik Korea Utara dan Korea Selatan
Meski jarang sekali terjadi baku tembak di antara dua negara. Namun nyatanya sampai sekarang di perbatasan negara masih terjadi ketegangan. Konflik-konflik kecil kerap memenuhi area DMZ yang dijaga ketat oleh tentara dari dua negara.
Konflik militer antara Korea Utara dan Korea Selatan bisa dibilang tak akan ada akhirnya. Kedua negara sama-sama punya kepentingan. Apalagi saat ini Korea Utara dipimpin oleh Kim Jong-un yang dikenal sebagai diktator paling kejam saat ini.
3. Konflik di Afganistan
Gambar 8. Konflik di Afghanistan
Afganistan mengalami konflik militer yang sangat panjang. Bahkan sejak tahun 1978 negeri ini sudah harus berperang melawan kelompok militan. Setelah masalah ini selesai negeri ini kembali diguncang dengan beberapa manuver dari negara seperti Uni Soviet (Rusia) hingga akhirnya NATO menguasai pada 2001 buntut serangan AL-Qaeda di Amerika.
Konflik militer ini bisa dibilang perang besar yang katanya melawan terorisme. Selam 13 tahun perang telah memakan ribuan nyawa tak berdosa. Di tahun 2015 ini konflik senjata kembali dilanjutkan dengan dalangnya adalah Amerika.
4. Konflik Somalia Melawan Al-Qaeda
Gambar 9. Konflik Somalia melawan Al-Qaeda
Sejak tahun 1986 silam Somalia telah mengalami perang sipil yang mengakibatkan banyak sekali warganya tewas. Perang ini selesai pada tahun 1995 dan negara mulai damai kembali. Berpuluh tahun berselang Somalia dimasuki organisasi teroris mengerikan yang membuat negeri ini jadi memanas.
Perang terus terjadi hingga sekarang dan mengakibatkan banyak sekali rakyat sipil yang menjadi korban. Saat ini bahkan tentara Inggris ikut masuk bersama dengan tentara Amerika. Kerusuhan semakin menjadi-jadi di Somalia.
5. Konflik Internal Kolombia
Gambar 10. Konflik Internal Kolombia
Kolombia mengalami konflik berupa perang sipil yang terjadi sejak tahun 1964 dan sampai sekarang pun belum selesai. Konflik ini terjadi antara pemerintah, kaum pemberontak yang selalu menjadi oposisi pemerintah dan juga kaum gerilyawan.
Mereka terus berperang dan rebutan wilayah vital di Kolombia. Selama 50 tahun perang sipil terjadi setidaknya ada sekitar 200.000 lebih meninggal dunia. Sebagian besar berasal dari warga sipil yang berada di daerah konflik.
6. Konflik Kashmir India
Gambar 11. Konflik Kashmir India
Kashmir adalah daerah di utara India yang terus mengalami konflik hingga sekarang. Banyak sekali gerilyawan di Kashmir menginginkan adanya kebebasan dan lepas dari India. Sayangnya apa yang mereka inginkan justru menjadikan India kian murka dan baku hantam sering terjadi.
Tak terhitung lagi berapa banyak gerilyawan ditangkap lalu disiksa dengan cara yang mengerikan sampai tewas. Apa yang terjadi di Kashmir benar-benar telah melanggar hak asasi manusia dan terus dilakukan sampai sekarang. Itulah tujuh konflik militer ngeri yang masih terjadi sampai saat ini. Konflik-konflik seperti ini hanya akan membawa kepedihan dan kematian banyak orang di dunia. Karena dalam konflik apa pun, tak ada sebuah kemenangan, yang ada hanyalah penderitaan.
7. Perang Dunia II
Gambar 12. Perang Dunia II
Perang Dunia II adalah konflik militer global yang berlangsung 1939-1945, yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, termasuk semua kekuatan besar: akhirnya membentuk dua aliansi militer yang berlawanan, Sekutu dan Axis. Ini adalah perang yang paling luas dalam sejarah, dengan lebih dari 100 juta personil militer dikerahkan. Dalam keadaan "perang total," menempatkan peserta utama kemampuan mereka seluruh ekonomi, industri, dan ilmiah untuk melayani usaha perang, menghapus perbedaan antara sumber daya sipil dan militer. Ditandai dengan peristiwa penting yang melibatkan kematian massal warga sipil, termasuk Holocaust dan hanya menggunakan senjata nuklir dalam peperangan, itu adalah konflik paling mematikan dalam sejarah manusia, mengakibatkan 50 juta menjadi lebih dari 70 juta korban jiwa.
2.11. Daerah Rawan Konflik di Dunia
1. Suriah
2. Irak
3. Afghanistan
4. Nigeria
5. Sudan
6. Ukraina
7. Afrika
8. Somalia
9. Republik Afrika Tengah
10. Libya
11. Palestina
12. Yaman
13. Republik Demokratik Kongo
14. India
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Konflik adalah percekcokan, perselisihan dan pertentangan yang terjadi antar anggota atau masyarakat dengan tujuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dengan cara saling menantang dengan ancaman kekerasan. Jenis jenis konflik adalah Konflik Diri (Intraindividu), Konflik Antarindividu, Konflik Dalam Kelompok, Konflik Antarkelompok. Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial. Pertama adalah teori konflik C. Gerrtz, yaitu tentang primodialisme, kedua adalah teori konflik Karl. Marx, yaitu tentang pertentangan kelas, dan ketiga adalah teori konflik James Scott, yaitu tentang Patron Klien. Tahap-tahap konflik meliputi Prakonflik, Konfrotasi, Krisis, Akibat, Pascakonflik. Ada banyak alasan mengapa konflik terjadi,salah satunya perbedaan individu, meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Dampak konflik sendiri ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Menyangkut strategi menyelesaikan konflik,ada strategi Kompetisi, strategi Akomodasi, strategi Kolaborasi, strategi penghindaran, strategi kompromi dan negosiasi.
3.2. Saran
Janganlah sering membuat masalah masalah yang akan menimbulkan konflik. Dan jika ingin menyelesaikan sebuah konflik maka selesaikanlah dengan cara kompetensi, akomodasi, sharing dan penghindaran. Karena itu semua merupakan cara yang selain dapat menyelesaikan konflik juga berdampak positif bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Mujiraharja, H. (2015, Maret). 15 Negara Konflik yang Menimbulkan Korban Jiwa. Diambil kembali dari Okezone News: m.okezone.com/read/2015/03/20/18/1121904/15-negara-konflik-yang-menimbulkan-banyak-korban (Diakses pada : 18/11/2016)
Pickering, P. (2001). How To Manage Konflik (Kiat Menangani Konflik). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sumarwan, E. T. (2013, Desember 4). erik_erky. Diambil kembali dari Strategi Penyelesaian Konflik: https://erikandfiki.wordpress.com/2013/12/04/strategi-penyelesaian-konflik/
Wikipedia. (t.thn.). Konflik. Diambil kembali dari Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik (Diakses pada 18/11/2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar